Perencanaan jalur interpretasi alam di pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi
Abstract
Pulau Kapota merupakan salah satu pulau berpenghuni di kawasan Taman Nasional Wakatobi (TNW) yang letaknya tidak jauh dari ibukota kabupaten, dengan luas wilayah sekitar 1.804,97 ha. Pulau Kapota memiliki potensi sumberdaya kawasan yang dapat dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata yaitu berupa potensi sumberdaya alam dan budaya. Melihat potensi sumberdaya kawasan tersebut pihak taman nasional memiliki rencana untuk menjadikan Pulau Kapota sebagai salah satu lokasi kegiatan ekowisata di TNW. Agar pengunjung yang datang ke Pulau Kapota mendapatkan nilai lebih dalam kunjungannya maka kegiatan ekowisata akan lebih baik lagi jika dipadukan dengan kegiatan interpretasi. Penelitian dilaksanakan di Pulau Kapota, salah satu pulau di TNW, Sulawesi Tenggara. Dilaksanakan selama dua bulan, yaitu bulan Juli-Agustus 2010. Alat dan bahan yang digunakan antara lain alat tulis, binokuler, kamera digital, tape recorder, GPS, Software Arcview 3.3, peta TNW dan kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi literatur, wawancara dan penyebaran kuesioner, serta observasi lapang. Hasil penelitian menemukan berbagai objek dan daya tarik wisata di Pulau Kapota yang diklasifikasikan menjadi potensi biologis, potensi fisik, potensi sejarah dan situs keramat, serta potensi seni-budaya. Potensi biologis berupa keanekaragaman flora yang ada pada jalur pengamatan (dijumpai 16 jenis flora), fauna (dijumpai 23 jenis burung, 2 jenis mamalia, 3 jenis reptil), dan ekosistem yang khas (mangrove, lamun, terumbu karang). Potensi fisik berupa Goa Kelelawar, Mata Air Kolowowa, Danau Tailaro Nto.oge, pantai berpasir putih dan pemandangan alam. Potensi sejarah dan situs keramat berupa benteng kerajaan masyarakat adat Kapota (Katiama dan Togo Molengo), makam penyiar agama Islam pertama di Pulau Kapota, Saru-sarua, Laudina, Watu Lulu, dan Watu Ndengu-ndengu. Potensi seni-budaya berupa kerajinan jalajah dan tenunan kain leja, tarian tradisional, dan pesta adat (Kabuenga dan Karia.a). Sudah terdapat jalur yang menghubungkan berbagai objek dan daya tarik wisata di Pulau Kapota. Dari hasil pengamatan dijumpai tujuh jalur yang dapat digunakan untuk mencapai objek-objek tersebut, enam jalur terestrial dan satu jalur aquatik. Berdasarkan potensi objek serta kondisi fisik jalur, dari ketujuh jalur yang ada terdapat enam jalur yang direncanakan sebagai jalur interpretasi, lima jalur terestrial dan satu jalur aquatik. Jalur tersebut yaitu Jalur Interpretasi Pantai Aowolio, Jalur Interpretasi Goa Kelelawar, Jalur Interpretasi Togo Molengo, Jalur Interpretasi Banakawa, Jalur Interpretasi Hutan Sara dan Jalur Interpretasi Kapota Reef.