Penggunaan pengetahuan etnobotani dalam pengelolaan hutan adat baduy
Abstract
Praktik-praktik pengetahuan tradisional telah membuktikan bahwa kelestarian hutan akan tercapai jika masyarakat adat terlibat dalam kegiatan pengelolaan, pengetahuan tradisionalnya diterapkan, dan hak-haknya dihormati. Namun pada kenyataannya, masih banyak gangguan terhadap masyarakat adat sehingga muncul kekhawatiran pengetahuan tradisional tersebut akan semakin ditinggalkan atau menghilang. Hilangnya pengetahuan tradisional akan berdampak negatif pada keanekaragaman hayati, karena masyarakat tidak lagi mengetahui cara-cara mengelola dan memanfaatkan sumberdaya hutan yang ada secara lestari. Hal ini mendorong perlunya dilakukan upaya untuk mengetahui status penggunaan pengetahuan tradisional oleh suatu masyarakat adat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengevaluasi kontribusi penggunaan pengetahuan tradisional berdasarkan pendekatan etnobotani, karena tumbuhan memiliki peran sangat penting bagi masyarakat adat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan tradisional masyarakat Baduy dalam pengelolaan hutan, mengidentifikasi tingkat pemanfaatan komersial tumbuhan liar, mengidentifikasi tingkat pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan, mengidentifikasi tingkat keanekaragaman tumbuhan di hutan lindung, reuma, dan pekarangan, serta mengidentifikasi partisipasi masyarakat Baduy dalam pengelolaan hutan, sehingga dapat diketahui status penggunaan pengetahuan etnobotani masyarakat Baduy dalam pengelolaan hutan dan kontribusinya dalam pelestarian hutan. Penelitian dilakukan di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten pada bulan Juli 2010-Januari 2011. Subyek penelitian adalah masyarakat Baduy Dalam (Kampung Cibeo) dan Baduy Luar (Kampung Kaduketug). Pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap kegiatan yaitu Focus Group Discussion (FGD) dengan informan kunci dan wawancara semi terstruktur kepada 60 orang responden. Data yang didapatkan dianalisis berdasarkan pendekatan etnobotani yang dikembangkan oleh Pei et al. (2009). Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan lima variabel etnobotani, diketahui bahwa masyarakat Baduy sampai sekarang masih menggunakan pengetahuan tradisionalnya dalam pengelolaan hutan. Kondisi ini terlihat dari partisipasi masyarakat Baduy dalam pengelolaan hutan yang sangat tinggi; hutan lindung, reuma, dan pekarangan Baduy memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi; masyarakat Baduy memanfaatkan keanekaragaman tumbuhan secara optimal; pemanfaatan komersial spesies tumbuhan liar berada pada tingkat yang rendah; dan tingkat pengetahuan etnobotani masyarakat Baduy berdasarkan kelas umur (V ke I) mengalami penurunan retensi yang rendah. Penggunaan pengetahuan etnobotani masyarakat Baduy dalam pengelolaan hutan ditunjukkan dengan terciptanya pembagian wilayah Baduy ke dalam beberapa zonasi yang terbukti secara efektif dapat mengelola kondisi alam Baduy sehingga tetap lestari.