Uji daya inhibisi ekstrak kasar flavonoid smabiloto (Andrographis paniculata [Burm, F] Ness) dan temu putih (Curcuma zedoaria Roscoe) terhadap aktivitas tirosin kinase secara in vitro
Abstract
Tirosin kinase mempunyai peran penting dalam perkembangan sel kanker. Senyawa yang dapat menjadi inhibitor spesifik tirosin kinase merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mencari obat antikanker. Senyawa flavonoid berpotensi menghambat aktivitas tirosin kinase. Berdasarkan uji fitokimia, tanaman sambiloto (A. paniculata [Burm. F] Ness) dan rimpang temu putih (C. zedoaria Roscoe) mengandung senyawa flavonoid. Tanaman sambiloto dan rimpang temu putih diekstraksi dengan metode maserasi. Jenis pelarut dan nisbah perbandingan mengikuti metode maserasi Markham (1988). Ekstraksi menggunakan pelarut metanol-air dengan nisbah 9:1 dan 1:1. Setelah itu, dipartisi dengan pelarut heksana dan kloroform. Rendemen ekstrak kasar flavonoid sambiloto dan rimpang temu putih masing-masing sebesar 16,90% dan 19,81%. Selanjutnya, uji toksisitas larva udang dan penentuan total fenol dilakukan. Daya inhibisi ekstrak kasar sambiloto konsentrasi 300 ppm terhadap tirosin kinase adalah sebesar 67,19% atau lebih besar dari kontrol positif (genistein), yaitu sebesar 6,71%. Daya inhibisi ekstrak kasar flavonoid rimpang temu putih terhadap tirosin kinase konsentrasi 300 ppm dan 700 ppm masingmasing sebesar 2,83% dan 27,49% atau lebih tinggi dibandingkan genistein. Daya hambat ekstrak kasar sambiloto terhadap tirosin kinase cukup tinggi sehingga dapat berpotensi sebagai obat antikanker, sedangkan daya hambat ekstrak kasar flavonoid temu putih lebih rendah.
Collections
- UT - Chemistry [2065]