Perencanaan penataan lanskap kawasan wisata dan penyusunan alternatif program Wisata di Grama Tirta Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat
Abstract
Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu wilayah dengan potensi alam berupa perbukitan dan objek wisata yang cukup terkenal yaitu Waduk Ir. H. Djuanda dimana kawasan sebelah Timur waduk telah dikembangkan menjadi Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur. Grama Tirta Jatiluhur (GTJ) memiliki sumberdaya lanskap dan potensi wisata dengan keragaman objek dan atraksi wisata, topografi yang bervariasi, vegetasi, dan akses yang mudah. Saat ini GTJ telah digunakan sebagai kawasan wisata dengan kegiatan wisata air di Waduk Ir. H. Djuanda. Banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke areal wisata tipe ini bila tidak disertai dengan perencanaan fisik lanskap yang baik serta pengelolaan yang tepat dapat mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari volume tangkapan air waduk yang meningkat diakibatkan oleh degradasi lingkungan di daerah hulu, sedimentasi yang masuk ke dalam waduk, dan kegiatan wisata yang melebihi daya dukung di area sempadan waduk sehingga mengakibatkan tanah menjadi rusak. Kondisi fisik sumberdaya lahan di sempadan waduk yang menurun diperlukan tindakan yang dapat mendukung upaya konservasi terhadap tanahnya yang selanjutnya dapat menjaga kelestarian kawasan wisata. Agar kelestarian alam kawasan wisata dapat terjaga dan berkelanjutan serta dampak negatif dapat diminimalisasi, maka diperlukan perencanaan penataan lanskap dan penyusunan program wisata. Pada penelitian ini, potensi sumberdaya lanskap, potensi objek dan atraksi wisata (demand) serta persepsi pengunjung (supply) diidentifikasi dan dianalisis. Kesesuaian lahan dan nilai ekologis kawasan wisata dianalisis secara spasial dengan menggunakan metode GIS untuk merencanakan penataan lanskap kawasan wisata di GTJ. Untuk menghitung nilai ekologis digunakan perangkat lunak Arcview 3.2 dengan ekstensi CITYgreen 5.4. Karakteristik, persepsi, dan preferensi pengunjung dianalisis dari hasil kuesioner yang kemudian menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan lanskap. Selain itu, ditentukan pula touring plan berdasarkan keberadaan objek dan atraksi yang terdapat di GTJ. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan sebagai kawasan wisata diperoleh hasil luas zona potensi tinggi adalah 176.06 ha (30.84%), zona potensi sedang seluas 206.89 ha (36.24%), dan zona potensi rendah seluas 187.9 ha (32.92%). Selanjutnya, zonasi tersebut dikembangkan ke dalam rencana blok yang digunakan sebagai dasar dalam perencanaan penataan lanskap kawasan wisata. Hasil analisis nilai ekologis pada kawasan eksisting menunjukkan total penghematan tahunan sebesar Rp 825.030.000,-, sedangkan pada kawasan perencanaan sebesar 3.141.144.000,-. Dengan pencitraan manfaat ekologis tersebut, kawasan hijau di GTJ perlu dipertahankan dan dijaga kelestariannya, yaitu dengan tidak melakukan pengembangan area terbangun melebihi 10.10 Ha (1.77% dari luas keseluruhan). Kawasan wisata alam yang dikembangkan di GTJ yaitu wisata alam yang terintegrasi dengan wisata penunjangnya didasarkan pada potensi sumberdaya lanskap serta objek dan atraksi wisata yang potensial untuk menjaga kelestarian sumberdaya lanskap dan keberlanjutan kawasan wisata. Pembagian ruang dibagi menjadi lima ruang utama, yaitu (1) ruang penerimaan, (2) ruang pelayanan dan penunjang wisata, (3) ruang wisata inti, (4) ruang wisata penunjang, (5) ruang penyangga, dan (6) ruang konservasi. Aktivitas wisata pada ruang dibedakan menjadi tiga, yaitu aktivitas wisata dengan tingkat tantangan tinggi (wisata alam), aktivitas wisata dengan tingkat tantangan sedang (wisata air dan teknologi), dan aktivitas wisata dengan tingkat tantangan rendah (agrowisata). Sarana dan fasilitas utama yang direncanakan di GTJ ini sebagai kawasan wisata alam, meliputi (1) sarana akomodasi, (2) fasilitas pelayanan umum dan kantor, (3) sarana rumah makan, (4) sarana wisata tirta, (5) sarana wisata alam, (6) sarana wisata pertanian. (7) sarana wisata teknologi, (8) sarana angkutan wisata, dan (9) sarana kios cinderamata. Selain itu, direncanakan pula dalam pengembangan fasilitas pelengkap wisata seperti papan interpretasi, bangku dan meja piknik, tempat ibadah, toilet, wartel, pasar tradisional pelelangan ikan, kantor pos, children playground, arena olahraga, kolam renang, dan fasilitas lainnya. Adapun rencana program penyelenggaraan wisata dibagi menjadi dua, yaitu program rutin dan insidental dimana pengembangan objek dan atraksi wisata yang telah ada dan penambahan objek bertujuan menarik minat wisatawan untuk mengekplorasi jenis kegiatan wisata tanpa mengurangi kualitas lingkungan.
Collections
- UT - Landscape Architecture [1258]