Penentuan Wilayah Rawan Demam Berdarah Dengue Di Indonesia Dan Analisis Pengaruh Pola Hujan Terhadap Tingkat Serangan (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu)
Abstract
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit menular yang masih menimbulkan masalah kesehatan di Indonesia. DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya, semenjak itu jumlah penderita DBD cenderung meningkat dan menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu, dalam menentukan langkah-langkah operasional dalam penanggulangan dan pemberantasan DBD di Indonesia perlu dilakukan analisis data kasus DBD dalam pemetaan wilayah rawan DBD dan analisis faktor-faktor penyebab meningkatnya DBD. Faktor Lingkungan di duga berpengaruh besar terhadap peningkatan dan penularan penyakit tular nyamuk seperti DBD. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan biologi, lingkungan sosial ekonomi dan budaya serta sistem pelayanan kesehatan. Faktor lingkungan dinilai berperanan penting terhadap meningkatnya penyakit DBD adalah lingkungan fisik seperti iklim. Faktor iklim yang sangat berpengaruh adalah curah hujan, karena curah hujan merupakan habitat stadium pradewasa nyamuk vektor DBD. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan wilayah rawan Demam Berdarah Dengue (DBD) tiap kabupaten di Indonesia berdasarkan nilai Indeks kerawanan. Selain itu, untuk melihat pengaruh pola hujan terhadap tingkat serangan DBD dengan menggunakan studi kasus Kabupaten Indramayu. Penentuan wilayah rawan DBD dilakukan untuk tiap kabupaten di seluruh Indonesia. Penentuan wilayah rawan berdasarkan indeks kerawanan tiap kabupaten. Indeks kerawanan diperoleh berdasarkan pembobotan dari Incidence Rate (IR), Frekuensi Tahun Kejadian (FK) dan Deret Tahun Kejadian DBD per tahun untuk setiap kabupaten. Untuk penentuan Indeks kerawanan tiap kabupaten digunakan persamaan: IK = 0.3 * IR + 0.3 * FK + 0.4 * DKDB, dimana IR = Incidence Rate, FK = frekuensi tahun kejadian dan DKDB = deret tahun kejadian DBD . Hasil indeks kerawanan diklasifikasikan kedalam kategori aman, agak aman, rawan, agak rawan dan sangat rawan berdasarkan metode kuartil pola sebaran data. Indeks kerawanan tiap kabupaten yang telah diklasifikasikan yang telah diklasifikasikan ke peta dengan bantuan software Arc View 3.3 menggunakan sistem pewarnaan. Selanjutnya dilihat peluang IR DBD pada kondisi ringan, sedang dan berat berdasarkan kategori curah hujan normal, atas normal dan bawah normal. Berdasarkan nilai indeks kerawanan DBD tiap kabupaten didapatkan wilayah Sumatera memiliki 5 kabupaten sangat rawan, 14 kabupaten rawan, 21 kabupaten agak rawan, dan 31 kabupaten agak aman. Wilayah Jawa-Bali terdapat 58 kabupaten sangat rawan, 42 kabupaten rawan, 13 kabupaten agak rawan dan 3 kabupaten agak aman. Wilayah Nusa Tenggara tidak terdapat kabupaten sangat rawan, 2 kabupaten rawan, 4 kabupaten agak rawan, 13 kabupaten agak aman. Wilayah Kalimantan terdapat 5 kabupaten sangat rawan, 6 kabupaten rawan dan 14 kabupaten agak rawan, dan 4 kabupaten agak aman. Wilayah Sulawesi terdapat 6 kabupaten sangat rawan, 6 kabupaten rawan, 16 kabupaten agak rawan, dan 11 kabupaten agak aman. Wilayah Maluku terdapat 4 kabupaten kategori agak aman dan 1 kabupaten kategori agak rawan. Wilayah Irian Jaya terdapat 1 kabupaten rawan, 3 kabupaten agak rawan, 34 kabupaten agak aman dan 2 kabupaten yang dinyatakan aman. Untuk, peluang IR DBD berat tertinggi terjadi sebesar 80 % pada kondisi curah hujan curah hujan bulanan atas normal dan curah hujan tiga bulanan sebelumnya juga atas normal. Sedangkan peluang IR DBD sedang terjadi sebesar 0 % p pada kondisi curah hujan curah hujan bulanan normal dan curah hujan tiga bulanan sebelumnya atas normal, normal dan bawah normal.