Perilaku Curah Hujan Di Kototabang, Pontianak, Dan Biak Berbasis Hasil Analisis Data Ear Dan Wpr
Abstract
Kototabang, Pontianak, dan Biak relatif berada di sekitar ekuator. Namun perilaku atau karakteristik curah hujan di ketiga tempat tersebut berbeda. Kototabang dijadikan patokan untuk penentuan bulan basah dan kering. Hal ini dikarenakan Kototabang terletak di dekat Samudera Hindia dengan uap air dibawa dari Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data EAR, WPR, curah hujan, NCEP/NCAR Re-Analysis, GPCP dan OLR. Berdasarkan data curah hujan bulanan periode Maret 2007-Februari 2008, pola curah hujan Kototabang termasuk pola hujan Monsoonal. Bulan basah terjadi pada Bulan Desember sehingga bulan kering terjadi pada bulan Juni. Pada saat bulan basah, angin yang mendominasi daerah Kototabang adalah angin baratan sehingga curah hujan tinggi. Sedangkan pada bulan kering angin yang mendominasi adalah angin timuran sehingga curah hujan rendah. Daerah Pontianak baik pada bulan basah maupun kering angin yang mendominasi adalah angin baratan dikarenakan daerah ini dipengaruhi oleh osilasi tahunan yang sempurna, sehingga curah hujannya tinggi pula. Sedangkan daerah Biak baik pada bulan basah maupun kering terjadi angin timuran sehingga curah hujannya rendah. Hal ini dikarenakan semakin ke timur massa uap air yang bergerak dari barat semakin habis. Berdasarkan hasil analisis profil vertikal anomali angin zonal menunjukkan adanya propagasi angin baratan serta aktivitas konvergen dan divergen di Kototabang, Pontianak, dan Biak. Hal ini menunjukkan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) mempengaruhi curah hujan di ketiga tempat tersebut Berdasarkan analisis Spectral Power Density (PSD) dan Transformasi Wavelet, osilasi kecepatan angin zonal di Kototabang dan Biak terjadi 45 harian. Sedangkan Pontianak mengalami osilasi 55 harian. Berdasarkan analisis wavelet menunjukkan pergeseran kecepatan angin maksimum dari Kototabang menuju Biak. Hal ini membuktikan bahwa awan-awan konvektif seperti Super Cloud Cluster (SCC) bergerak dari barat menuju timur Indonesia. Hasil korelasi silang antara kecepatan angin dengan curah hujan menunjukkan signifikan baik di Kototabang, Pontianak maupun Biak.