Model pengelolaan perikanan di wilayah padat tangkap : kasus perairan laut Suawesi Selatan Bagian Selatan
Fishery management model on overfished rgion : case study Southern Sulawesi waters
Abstract
Meskipun secara agregat (nasional) potensi sumberdaya ikan belum dimanfaatkan optimal namun di beberapa kawasan perairan telah mengalami kondisi padat tangkap (overfishing) yang mengancam keberlanjutan sumberdaya perikanan dan keberlanjutan ekonomi (economic sustainability) masyarakat nelayan. Penelitian ini bertujuan menyusun model pengelolaan perikanan di wilayah padat tangkap, mencakup pengkajian parameter bioekonomi, karakteristik dan manfaat sosial ekonomi penangkapan ikan, serta simulasi model pengelolaan. Lokasi penelitian di perairan Sulawesi Selatan bagian Selatan yang merupakan bagian administratif wilayah Kabupaten/Kota : Makassar, Takalar, Bantaeng, Sinjai, Bulukumba, Jeneponto, dan Selayar. Metode yang digunakan adalah pemodelan yang dikombinasikan dengan SWOT dan AHP untuk menentukan prioritas kebijakan yang ditempuh. Analisis ekonomi usaha penangkapan menunjukkan bahwa biaya dan pendapatan nelayan berbeda antar jenis alat tangkap yang digunakan. Alat tangkap sero dan pukat cincin masing-masing memberikan nilai pendapatan terendah dan tertinggi bagi nelayan di Sulawesi Selatan bagian Selatan. Melalui berbagai skenario kebijakan menunjukkan bahwa keuntungan nelayan akan meningkat jika harga ikan naik. Sebaliknya, keuntungan berkurang jika harga BBM, bunga bank, dan upah ABK mengalami kenaikan. Model SUR dimodifikasi dari persamaan Tai and Heaps (1996) dimana perubahan upaya penangkapan sebanding dengan perkalian suatu parameter responsif dengan keuntungan per upaya penangkapan. Analisis pemodelan SUR dilakukan terhadap 13 alat tangkap dengan 8 skenario (meliputi BBM, harga ikan, bunga bank, upah) selama 1979 – 2003. Analisis model menunjukkan bahwa skenario kebijakan menyebabkan jenis alat tertentu jumlahnya tetap, berkurang atau bertambah. Pada umumnya dengan pemberlakuan setiap skenario, jenis alat tangkap yang berespon tidak menunjukkan perbedaan. Payang dan pukat cincin jumlahnya berkurang pada setiap skenario yang diberlakukan. Pukat pantai, jaring insang hanyut, bagan perahu, bagan tancap, rawai tetap, dan bubu adalah alat tangkap yang jumlahnya selalu dapat bertambah. Analisis prioritas kebijakan pengembangan perikanan untuk Sulawesi Selatan terarah pada perikanan tangkap sebagai prioritas pertama, disusul oleh budidaya perikanan, pengolahan perikanan, dan non-perikanan berturut-turut sebagai prioritas kedua, prioritas ketiga, dan prioritas keempat (terakhir).
Collections
- DT - Fisheries [725]