Komponen sterol dalam ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus) dan hubungannya dengan sistem reproduksi puyuh
Date
2007Author
Subekti, Sri
Piliang, Wiranda Gentini
Manalu, Wasmen
Murdiati, Tri Budhi
Metadata
Show full item recordAbstract
Katuk (Sauropus androgynus L Merr) diketahui mengandung karotenoid, vitamin E, vitamin C, protein, dan komponen sterol. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh fitosterol dari daun katuk pada sistem reproduksi puyuh betina. Seratus lima puluh ekor puyuh betina umur 2 minggu dipelihara sampai berumur 27 minggu, dibagi dalam tiga perlakuan ransum, dengan lima ulangan, dan sepuluh ekor puyuh pada setiap ulangan. Perlakuan ransum terdiri atas 1) ransum kontrol, 2) ransum dengan 9% tepung ekstrak katuk (TEK), 3) ransum dengan 9% tepung daun katuk (TDK). Saluran reproduksi puyuh yang diberi ransum TDK tumbuh lebih cepat (p<0.05) dibandingkan dengan puyuh yang diberi ransum kontrol dan TEK pada umur lima minggu. Bobot badan puyuh yang diberi ransum TDK pada umur 5 minggu juga lebih berat (p<0.05) dibandingkan dengan yang diberi ransum kontrol dan TEK. Puyuh yang diberi ransum TDK mulai bertelur sekitar 5 – 6 hari lebih awal (p<0.05) dibandingkan dengan yang diberi ransum kontrol dan ransum TEK. Kualitas telur yang meliputi bobot telur, bobot putih telur, indeks HU, dan intensitas warna kuning telur pada puyuh yang diberi ransum TEK dan TDK meningkat (p<0.05) dibandingkan dengan yang diberi ransum kontrol. Kolesterol total pada kuning telur, karkas, dan hati puyuh yang diberi ransum TEK dan TDK lebih rendah (p<0.05) dibandingkan dengan yang diberi ransum kontrol, kecuali kolesterol yang terdapat dalam serum. Vitamin A dalam serum dan kuning telur puyuh yang diberi ransum TDK lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi TEK, dan yang diberi TEK lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi ransum kontrol (p<0.05). Konsentrasi tertinggi vitamin E dan vitamin C serum terdapat pada puyuh yang diberi ransum TDK. Vitamin E dan vitamin C serum puyuh yang diberi ransum TEK lebih tinggi dibandingkan dengan serum puyuh yang diberi ransum kontrol. Pemberian ransum TDK dan TEK pada puyuh meningkatkan estradiol serum selama masa pertumbuhan. Fertilitas tertinggi (94.55%) dicapai oleh puyuh yang diberi ransum TDK pada umur 23 minggu, sedangkan daya tetas tertinggi (93.29%) juga dicapai puyuh yang diberi ransum TDK pada umur 24 minggu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sistem reproduksi puyuh betina bukan hanya ditingkatkan oleh fitosterol daun katuk saja, tetapi juga dipengaruhi oleh kandungan β-karoten, vitamin C, dan α-tokoferol dalam daun katuk. Katuk (Sauropus androgynus L Merr) is known to contain carotenoids, vitamin E, vitamin C, protein, and sterol compounds. This study was aimed to determine whether phytosterol in Sauropus androgynus (SA) leaf affected the reproductive system of female quails. One hundred and fifty female quails were raised from 2-27 weeks old, divided into thre e treatment diets, with five replicates with 10 quails in each replicate. The treatment diets were: 1) Control group: diet without katuk leaf meal; 2) Diet with 9% SA ethanol extract (SAE); 3) Diet containing 9% SA meal (SAM). The oviduct grew more rapidly (p<0,05) in SAM-fed quails than that of the control group and SAE-fed quails at 5 weeks old. In addition, the body weight of SAM -fed quails were significantly greater (p<0.05) than that of the SAE and the control group at 5 weeks old.
Collections
- DT - Animal Science [344]