Analisis keseragaman genetik tanaman teh (Camellia Sinensis (l) o. Kuntze) asal kultur jaringan, setek, dan biji dengan teknik RAPD
Abstract
Kultur jaringan melalui induksi tunas aksiler dan penggandaan embrio somatik dikembangkan sebagai eara perbanyakan tanaman teh dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang cepat dan tingkat keseragaman yang tinggi. Analisis terhadap variasi somaklonal yang terjadi pada tanaman kultur jaringan merupakan salah satu upaya konservasi tanaman. RAPD (random amplified polymorphic DNA) memanfaatkan kemampuan nukleotida dari suatu primer acak dengan nukleotida pada DNA cetakan yang mengandung basa komplemennya sering digunakan untuk menganalisis tingkat keseragaman genetik. RAPD menggunakan mesin peR (polymerase chain reaction), yaitu alat amplifikasi DNA yang dapat diatur suhunya untuk terjadinya proses sintesis DNA seperti denaturasi DNA, penempelan primer, dan pemanjangan primer. Dalam analisis ini digunakan 8 primer hasil seleksi. yaitu OPA 1. OPA 2. OPA 3. OPA 7, OPA 8, OPB I, OPB 3, dan OPB 7. Sctiap primer menghasilkan pola pita yang spesifik sehingga keseragaman tanaman dapat dilihat dari pola amplifikasi oleh primer tertentu. Primer OPA 8 dan OPB 3 memberikan pita polimorfik yang tinggi sehingga penentuan seragam tidaknya genetik suatu populasi dapat lebih mudah diamati Berdasarkan perbandingan pola pita amplifikasi, kesamaan genetik dihitung dengan menggunakan koefisien Dice. Hasil penelitian menunjukkan tingkat keseragaman genetik rata-rata taRaman teh asal embrio somatik paling tinggi, yaitu sebesar 890/0, diikuti tanaman asal setek dengan tingkat keseragaman genetik rata-rata sebesar 77%, sedangkan tingkat keseragaman genetik rata-rata tanaman teh asal biji sarna dengan tunas wiler sebesar 64%. Ketidakseragaman pada tanaman kultur jaringan khususnya tunas wiler ini dapat disebabkan oleh siklus pengkulturan yang panjang dan tidak teratur, mutasi karena penyerapan zat pengatur tumbuh tertentu pada
Collections
- UT - Chemistry [2034]