Estimasi Evapotranspirasi Spasial Menggunakan Suhu Permukaan Darat (LST) Dari Data MODIS Terra/Aqua Dan Pengaruhnya Terhadap Kekeringan
Abstract
Evapotranspirasi merupakan informasi penting dalam perkembangan bidang pertanian di Indonesia. Keterbatasan jumlah stasiun cuaca yang melakukan pengukuran mengenai evaporasi dan evapotranspirasi di Indonesia, merupakan salah satu penyebab kurang meratanya penelitian mengenai evapotranspirasi di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengestimasi evapotranspirasi dari nilai suhu permukaan darat (LST), dan menganalisis adanya hubungan antara evapotanspirasi dengan kekeringan. Penggunaan metode penginderaan jauh dalam penelitian ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan data dari stasiun cuaca. Hasil yang diperoleh dari pendugaan evapotranspirasi menggunakan data Citra MODIS Terra/Aqua di Bogor nilainya berkisar antara 11.4 – 14.5 mm/8 hari, Indramayu berkisar 10.7 – 12.6 mm/8 hari, Malang berkisar antara 10.6 – 14.2 mm/8 hari dan Surabaya berkisar antara 11.3 – 12.2 mm/8 hari. Sedangkan nilai evapotranspirasi dari pengukuran lapang di Bogor berada pada kisaran 23.7 – 33.2 mm/8 hari, Indramayu berada di kisaran 22.8 – 32.4 mm/8 hari, Malang berada pada kisaran 21.5 – 31.4 mm/ 8 hari dan Surabaya berada pada kisaran 21.4 – 32.9 mm/8 hari. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa evapotranspirasi bukan merupakan satu – satunya unsur meteorologi yang mempengaruhi terjadinya kekeringan. Dan tinggi rendahnya evapotranspirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti topografi, keadaan atmosfer/cuaca (CH, kelembaban, suhu, angin, dll). Nilai keeratan antara LST dengan ETp lebih tinggi dibandingkan nilai keeratan antara NDVI dengan ETp. Dalam hal ini proses evapotranspirasi merupakan salah satu faktor tak langsung pada suatu kejadian kekeringan.