Metode Standar Adisi Titik-H untuk Analisis Simultan Cr(VI) dan Mo(VI)
Abstract
Kromium heksavalen (Cr(VI)) diketahui sebagai salah satu zat toksik. Cr(VI) dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal, pendarahan dalam tubuh, dermatitis, kerusakan saluran pernapasan, dan kanker paru-paru. Metode yang umum digunakan untuk menentukan konsentrasi Cr(VI) dan kromium total adalah spektrofotometri sinar tampak dengan pewarnaan menggunakan 1,5-difenilkarbazida. Molibdenum heksavalen atau Mo(VI) merupakan logam pengganggu utama dalam analisis tersebut. Metode standar adisi titik-H (HPSAM) digunakan sebagai metode alternatif untuk menentukan kadar Cr(VI) dan Mo(VI) secara simultan. HPSAM dilakukan berdasarkan penggunaan dua panjang gelombang pada spektrofotometri dan metode standar adisi. Pasangan panjang gelombang yang digunakan jika adisi Cr(VI) dilakukan adalah (541.8 nm, 562.3 nm), (525 nm, 588.4 nm), (517.1 nm, 611.9 nm), (533.8 nm, 571 nm), dan (530.6 nm, 571.8 nm), sedangkan untuk adisi Mo(VI) adalah (524.5 nm, 558.8 nm), (518 nm, 567.4 nm), dan (526.6 nm dan 556.6 nm). Panjang gelombang terpilih yang menghasilkan akurasi terbaik, yaitu (517.1 nm, 611.9 nm) untuk adisi Cr(VI) dan (518 nm, 567.4 nm) untuk Mo(VI). Kisaran konsentrasi linear yang digunakan untuk adisi Cr(VI), yaitu 3x10-6–1.5x10-5 M, sedangkan untuk adisi Mo(VI) 8.9x10-4–1.89x10-3 M. Aplikasi HPSAM pada contoh sintetik (Cr(VI), Mo(VI)) dengan konsentrasi (9x10-6 M, 2.9x10-4 M), (1x10-5 M, 8.9x10-4 M), (3x10-6 M, 2.9x10-4 M), (1.10-5 M, 1.14x10-3 M), dan (6x10-6 M, 1.49x10-3 M) belum menghasilkan pengukuran yang teliti dan akurat ditandai dengan persentase simpangan baku relatif diatas 5 dan %kesalahan relatif -3.1 hingga 83.79. Metode ini belum dapat menghilangkan pengaruh Mo(VI) pada penentuan Cr(VI) maupun sebaliknya pada komposisi campuran sintetik yang digunakan.
Collections
- UT - Chemistry [2060]