Perencanaan Lanskap Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor Sebagai Kawasan Wisata Terpadu
Abstract
Lanskap Gunung Kapur Cibadak (GKC) merupakan salah satu kawasan karst yang berada di Jawa Barat. Kawasan ini berpotensi dijadikan kawasan wisata melihat sumberdaya wisata yang sangat beragam. Sumberdaya tersebut meliputi sumberdaya alam dan sumberdaya budaya. Kawasan ini terletak di bagian barat Kota Bogor dan waktu tempuh dari Kota Bogor ±1 jam. Saat ini Kawasan GKC dimanfaatkan sebagai area penambangan dan perkebunan, akibatnya kelestarian GKC ini terancam. Di beberapa bagian gunung kapur tinggal tersisa bekas-bekas penambangan. Agar potensi wisata dapat dikembangkan dan kelestariannya dapat dipertahankan maka sangat diperlukan suatu perencanaan lanskap pada kawasan ini. Studi ini bertujuan untuk merencanakan kawasan GKC sebagai kawasan wisata terpadu dengan menyediakan ruang-ruang wisata yang disertai dengan jalur-jalur sirkulasi dan fasilitas penunjang. Metode yang digunakan dalam studi ini mengikuti tahapan perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Tahapan ini meliputi, persiapan, pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanaan. Analisis yang digunakan mengacu pada Gunn (1994) berdasarkan nilai kepekaan dan kelangkaan sumberdaya yang ada di GKC. Studi ini dibatasi pada tahap perencanaan dengan hasil akhir berupa landscape plan. GKC secara administratif terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Secara geografis GKC terletak pada 106° 32’ 0” BT – 106° 35’ 46” BT dan 6° 36’ 0” LS – 6° 55’ 46” LS. Kawasan ini memiliki luas ±470 Ha dan dikelilingi oleh perkebunan, permukiman dan sawah. Tapak terletak di ketinggian 200 m dpl dengan titik tertinggi 354 m dpl. Secara umum kondisi iklim kawasan GKC cukup sesuai sebagai kawasan wisata. Analisis yang dilakukan meliputi analisis biofisik, budaya, dan sumberdaya wisata baik alam maupun budaya berdasarkan nilai kepekaan dan kelangkaan. Dilihat dari kemiringan lahan dan jenis tanah maka didapatkan kepekaan lahan untuk erosi. Area yang tidak peka dapat dijadikan area wisata intensif, dan dapat dibangun fasilitas wisata, sedangkan area yang peka dijadikan kawasan konservasi. Tapak dialiri oleh Sungai Ciaruteun dengan air terjun dan mata air hangatnya. Vegetasi dan satwa yang terdapat di GKC terbagi menjadi dua yaitu satwa endemik dan non endemik. Terdapat bekas peninggalan kerajaan Siliwangi dan kesejarahan, dengan aspek sosial budaya yang bernilai tinggi. GKC juga dijumpai potensi sosialbudaya unik dan langka, hal ini ditandai dengan situs kesejarahan dan cerita mitos-mitos yang ada mengenai Gunung Kapur ini. Banyaknya potensi sumberdaya manusia yang ada di kawasan ini dapat mendukung adanya penyediaan tenaga kerja pendukung kegiatan pelayanan (service) bagi wisata. Aspek budaya yang potensial di kawasan ini antara lain: pasar, kehidupan masyarakat tani, kegiatan penambangan, dan perkebunan. Budaya tersebut dapat dijadikan atraksi bagi pengunjung.
Collections
- UT - Landscape Architecture [1258]