Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia
Abstract
Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Tenaga kerja yang memadai dari segi kuantitas dan kualitas menjadi aspek penting dalam pembangunan ekonomi, yaitu sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang dan jasa, serta sebagai sasaran untuk menciptakan dan mengembangkan pasar. Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada kesempatan kerja. Ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia akibat lemahnya penyerapan tenaga kerja akan menimbulkan pengangguran yang akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan bidang kehidupan lainnya. Penelitian ini memberikan gambaran tentang keadaan ketenagakerjaan di Indonesia serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data yang digunakan berbentuk panel yang terdiri dari jumlah tenaga kerja yang merupakan variabel terikat, sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil, Upah Minimum Propinsi (UMP) riil, dan Investasi riil yang semuanya diambil dari 20 propinsi pada kurun waktu 2003-2007. Metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan regresi panel data dengan metode Fixed Effect pada taraf nyata 5 persen. Hasil penelitian menunjukkan selama tahun 2003-2007, secara umum terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja di Indonesia. Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan propinsi yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang paling tinggi. Variabel PDRB secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus. Variabel UMP secara signifikan juga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus, namun hal ini bertolak belakang dengan hipotesis di mana UMP berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan penyerapan tenaga kerja akibat kenaikan UMP diduga lebih dirasakan pada kelompok tenaga kerja kerja terdidik. Selain itu juga diduga akibat tingginya permintaan tenaga kerja di sektor jasa-jasa, industri pengolahan, dan pertanian. Kenaikan investasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus. Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain adalah kebijakan fiskal harus lebih diarahkan pada peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan untuk meningkatkan jumlah angkatan kerja terdidik. Pemerintah dan para pelaku usaha harus lebih mendukung dan meningkatkan kinerja perekonomiannya di sektor jasa-jasa, industri pengolahan, dan pertanian. Terakhir, investasi diharapkan lebih banyak dialokasikan untuk program padat karya.