Pengaruh Teras Gulud dan Rorak yang dilengkapi dengan Lubang Resapan dan Mulsa Vertikal terhadap Kadar Air Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit Unit Usaha Rjosari, PTPN VII Lampung
Abstract
Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan penghasil minyak nabati yang telah banyak dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini membutuhkan air dalam jumlah banyak. Curah hujan optimum rata-rata 2000 – 2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun. Di Lampung, penyebaran hujan menjadi masalah Unit Perkebunan Kelapa sawit, karena terdapat musim kemarau yang jelas. Pada musim kemarau terjdi defisit air yang nyata, sementara pada musim hujan air berlebih yang menyebabkan aliran permukaan. Keadaan demikian menyebabkan perlunya dilakukan tindakan konservasi untuk meresapkan air di musim hujan secara maksimal sehingga dapat meningkatkan cadangan air tanah yang dapat digunakan tanaman pada musim kemarau. Tindakan konservasi berupa teras gulud dan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar air tanah pada tiga daerah tangkapan air yang diberi perlakuan berbeda yaitu T0: kontrol, T1: teknik konservasi teras gulud yang dilengkapi lubang resapan dan mulsa vertikal, T2: rorak yang dilengkapi lubang resapan dan mulsa vertikal, untuk mendapat teknik konservasi yang lebih efektif dalam meresapkan air sehingga dapat meningkatkan kandungan air tanah. Pengamatan terhadap kadar air tanah dilakukan setiap hari pada kedalaman 25, 50, dan 100 cm dari permukaan tanah sebanyak 121 titik pada ketiga microcatchment. Pengamatan dinamika kelembaban air tanah tersebut dilakukan dengan mengukur tahanan listrik pada setiap sensor kelembaban tanah. Sebelum digunakan untuk penetapan kadar air, hasil penetapan tahanan listrik tersebut terlebih dahulu dikalibrasi dengan kadar air. Setelah hasil kalibrasi diperoleh maka pada setiap nilai tahanan yang terukur dapat dikonversi ke nilai kadar air.