Show simple item record

dc.contributor.authorHaryanto, Fredy
dc.date.accessioned2010-05-20T03:45:48Z
dc.date.available2010-05-20T03:45:48Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/23803
dc.description.abstractIkan cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan salah satu sumber hayati laut yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Ditinjau dari segi potensinya yang cukup besar di perairan Indonesia, prospek perikanan cakalang di Indonesia cukup baik, akan tetapi pemanfaatannya masih rendah (Dirjen Perikanan, 1993). Rendahnya pemanfaatan ikan cakalang ini, disamping karena daya tangkap yang rendah sebagai akibat kurangnya kapal penangkap ikan skala besar, dan juga disebabkan belum ditemukannya cara yang efektif dan efisien untuk mengetahui daerah penangkapan ikan. Menurut Gunarso (1985), beberapa spesies ikan seperti tuna dan cakalang cenderung pada perairan dengan kisaran suhu tertentu karena spesies ikan ini sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Suhu optimum yang disukai ikan cakalang untuk perairan Indonesia adalah 28 - 29° C. Berdasarkan kepada pernyataan Gunarso (1985), maka untuk menduga daerah penangkapan ikan cakalang kita memerlukan distribusi suhu permukaan laut (SPL). SPL bisa didapat dari sensor sate lit NOAAlAVHRR yang setiap saat melewati wilayah Indonesia. Informasi SPL dari satelit akan sangat membantu dalam penentuan fishing ground (daerah penangkapan ikan) sehingga efisiensi penangkapan ikan cakalang di laut dapat ditingkatkan. Dalam menentukan daerah penangkapan ikan, faktor-faktor oseanografi lain pun seperti salinitas, kandungan zat hara dan kelimpahan fitoplankton harus dipelajari. Penelitian dilaksanakan pada pertengahan bulan April - September 1998. Pengolahan citra satelit dilakukan pad a bulan April - Juni 1998 di Laboratorium Penginderaan Jauh 8idang Matra Laut - LAPAN. Daerah pengamatan penelitian adalah sebelah selatan Cilacap pad a posisi 8,5° LS - 10,5° LS dan 108,5° 8T - 112,5° 8T. Data sekunder berupa data hasil tangkapan ikan cakalang di perairan sebelah selatan Cilacap bulan Maret - Desember tahun 1994 dari PT. Sinar Mangkudijya Jakarta dan data oseanografi perairan selatan Jawa hasil penelitian kapal Baruna Jaya I tahun 1990. Metode penelitian yang dipakai adalah mengolah data SPL dari data NOAAlAVHRR, menjadikan data distribusi SPL menjadi bentuk kontur SPL dan diplotkan ke daerah penangkapan ikan untuk kemudian dicari daerah penangkapan ikan yang baik dan suhu optimum untuk penangkapan ikan cakalang. Daerah penangkapan ikan diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu buruk, sedang dan tinggi berdasarkan kepada jumlah hasil tangkapan. Setelah daerah hasil tangkapan yang baik ditemukan, maka digambarkan ke dalam peta dan dihubungkan dengan parameter perairan selatan Jawa. Kondisi oseanografi perairan selatan Jawa dibedakan atas 2 musim yaitu barat dan timur. Pada musim timur secara umum suhu perairan selatan Jawa lebih rendah dari pada musim barat. Salinitas perairan selatan Jawa sepanjang tahun berkisar antara 33 - 35 %0 . Kandungan zat hara (fosfat, nitra dan silikat) pad a musim timur lebih tinggi dari pada musim barat. Kandungan fitoplankton pada musim barat tertinggi pada bag ian tengah (transek B) dan musim timur tertinggi pad a pada bag ian timur (transek C). Daerah penangkapan ikan yang dikategorikan baik memiliki SPL lebih tinggi dari pad a daerah penangkapan yang dikategorikan sedang dan rendah. Nilai SPL rata-rata tertinggi untuk daerah penangkapan ikan yang baik adalah 28,6° C (pada bulan November dan Desember) dan SPL terendah pad a bulan Juni sebesar 26,3° C. Hubungan antara daerah penangkapan ikan yang dikategorikan baik dengan kisaran SPL rata -rata menunjukkan bahwa semakin tinggi SPL rata-rata (mendekati 28 - 29° C) maka jumlah daerah penangkapan ikan yang dikategorikan baik akan semakin banyak. Daerah penangkapan ikan yang baik pad a bulan Maret - Mei (akhir musim barat tahun 1993) berada di payaos-payaos bag ian utara (payaos bagian dalam) pada posisi 8,50 LS - 9,50 LS dan 110,6 0 BT - 111, 50 BT. Pada bulan Juni - November (musim timur) daerah penangkapan yang baik ini bergerak ke payaospayaos bagian timur pada posisi 9,50 LS - 10,00 LS dan 111,50 BT - 112,30 BT, dan pad a awal musim barat (Desember 1994) daerah penangkapan yang baik ini bergerak ke payaos-payaos bag ian barat pad a posisi 9,00 LS - 10,00 LS dan 108,60 BT - 110,800 BT. Pergerakan daerah penangkapan ikan cakalang ini disamping karena SPL diduga juga karena keberadaan fitoplankton, dimana pad a musim timur kelimpahan fitoplankton tertinggi pada bagian timur (transek C) dan pad a musim barat kelimpahan fitoplankton tertinggi pada bagian tengah (transek C). Berdasarkan kepada data citra (yang dibuat dalam kontur suhu) yang dihubungkan dengan data hasil tangkapan parameter oseanografi lainnya, maka terlihat daerah penangkapan yang digolongkan baik yang jumlahnya paling banyak adalah pada bulan Desember (awal musim barat) dimana pada bulan ini ditemukan 10 titik daerah penangkapan yang dikategorikan tinggi. Pada bulan ini terdapat banyak lokasi dengan kisaran suhu 28 - 290 C, dimana suhu ini adalah suhu yang disukai oleh ikan cakalang di perairan Indonesia. Daerah Penangkapan ikan pada musim barat ada pada payaos-payaos bag ian utara dan barat, sementara daerahdaerah penangkapan ikan pad a musim timur berada pad a payaos-payaos bagian timurid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePenentuan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pe/amis) dengan Menggunakan Data Suhu Permukaan Laut dari Citra Satelit NOAA/AVHRR dan Parameter Oseanografi lain di Perairan Berpayaos, Selatan Cilacapid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record