Kondisi Fisika-Kimiawi Air Perairan Pantai Sekitar Tambak Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Jepara,. Kabupaten Jepara, Jawa Tengah
Abstract
Perairan pantai merupakan salah satu ekosistem rentan terhadap masalahmasalah pencemaran, yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan yang ada disekitgmya misalnya kegiatan budidaya tambak. Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Jepara merupakan salah satu contoh kegiatan yang diperkirakan memanfaatkan air laut dan membuang lim bah di perairan pantai sekitarnya. Limbah tambak ini banyak mengandung bahan organik yang berasal dari sisa pakan dan kotoran. Hal ini diperkirakan akan mempengaruhi kualitas air perairan pantai tersebut. Penelitian ini bertluuan untuk menentukan tingkat pencemaran peralran sekitar tambak BBAP Jepara berdasarkan kualitas fisika-kimia air perairan pantai tersebut dan untuk mengetahui kemungkinan sumber-sumber potensial pencemar bahan organik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 1998 - lanuari 1999, di perairan pantai sekitar tambak Balai Budidaya Air Payau (BBAP ) Jepara. Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Daia primer berupa data kualitas air, meliputi: suhu, kedalaman, pasang surut, arus, TSS, salinitas, pH, oksigen terlarut, BODs, COD, NH3, NOl ', HzS, NO/, dan PO}'. Data sekunder berupa data kualitas air, data kegiatan sekitar pantai selain tambak (diambil dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini). Lokasi pengamatan sebagai tempat pengamatan dan pengambilan contoh air dilakukan dengan pertimbangan, sebagai berikut: saluran pembuangan limbah tambak (Stasiun I), muara saluran pembuangan limbah tambak (Stasilll1 II), perairan laut (3 stasiun yaitu Stasiun III, IV dan V). Tingkat pencemaran perairan dianalisis dengan eara membandingkan hasil pengukuran kualitas air eli lapangan dengan baku mutu air laut untuk biota laut/budielaya perairan (Kep-2/MENKLHII1l9S8) dan baku mutu limbah cair untuk kegiatan industri (Kep-51IMENLHI1 0/1995). Sedangkan untuk melihat sumber potensial pencemar dilakukan dengan menggunakan pendekatan rapid assessment (Bapedal, 1993). Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari parameter yang diukur, hanya HzS yang tidak terdeteksi. Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa walaupun nilai-nilai parameter umumnya tidak berbeda nyata terhadap pasang surut, namun terdapat tiga parameter yang nampak cukup jelas dipengaruhi pasang surut, yaitu TSS, COD dan NH3. Kondisi pasang surut tidak berpengaruh karena pengambilan contoh air tidak tepat pada saat surut dan pasang. Pengaruh pasang surut terhadap nilai parameter yang diukur dapat diHhat dari fluktuasinya dimana pada saat pasang nilai TSS dan COD lebih rendah dari pada saat surut. Untuk kasus NH3 tidak selamanya pengaruh pasang dapat menurunkan nilai konsentrasi. Hal ini dapat dilihat pada stasiun di perairan laut yaitu pada pasang nilai konsentrasi NH3 menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data yang ada kurang dapat dijelaskan mengapa pengaruh pasang tersebut meningkatkan konsentrasi NHJ pada stasi un-stasi un tersebut. Dari hasil pengamatan Juga terlihat bahwa nilai parameter kimia tidak menunjukkan fluktuasi yang cukup nyata. Hal ini berarti bahwa kondisi peralran pantai sampai pada batas pengamatan cukup homogen. Dilihat dari tingkat pencemaran beberapa parameter seperti TSS, NH3 dan DO telah melebihi ambang batas baku mutu untuk biota lautl budidaya perairan (Kep-2IMENKLH/II1988). Salah satu sumber yang dapat meningkatkan konsentrasi TSS, NH3 dan DO adalah dari buangan tambak. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap limbah buangan tambak dimana nilai Nt1) yang sudah melebihi ambang batas baku mutu limbah Calr untuk kegiatan industri (Kep- 511MENLH/1011995) sebesar dua kali lipat nilai baku mutu. Namun demikian sumber limbah ini dapat berasal dari kegiatan lain seperti pemukiman, industri, dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat dengan pendekatan rapid assessment dimana kegiatan tersebut temyata memiliki potensi sumber pencemaran. Dan dari hasil tersebut potensi sumber pencemaran organik terbesar adalah dari pemukiman.