Dampak Perpindahan Lokasi Pasar Induk Terhadap Sistem Pemasaran Sayur-Mayur Di Kota Bogor
Abstract
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor 1999-2009, pengembangan Kota Bogor diarahkan ke wilayah utara dan selatan. Salah satu fasilitas publik yang lokasinya dipindahkan berkaitan dengan RTRW Kota Bogor 1999-2009 adalah pasar Ramayana, "pasar induk" sayur mayur wilayah Kota Bogor dan sekitarnya. Sejak tahun 1990-an, keberadaan "pasar induk" sayur mayur di tengah kota ini telah menimbulkan kemacetan lalu lintas dan menebarkan bau yang tidak sedap bagi lingkungan di sekitarnya. Dengan demikian, keberadaan pasar induk sayur mayur di lokasi tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan arah pembangunan Kota Bogor. Oleh karena itu, para pedagang di pasar tersebut dialihkan oleh Pemerintah Daerah Kota Bogor ke "pasar induk" alternatif di Warung Jambu, Cimanggu/Yasmin, dan Kemang. Menjelang kepindahan pasar Ramayana, telah dilakukan penelitian mengenai efisiensi pemasaran sayur-mayur di Kota Bogor (Gustanto, 2000). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran sayur-mayur di Kota Bogor relatif cukup efisien dan pasar Ramayana dapat dijadikan barometer harga dalam pemasaran sayur-mayur di Kota Bogor. Akan tetapi setelah kepindahan lokasi pasar Ramayana ke ketiga lokasi pasar "induk" alternatif, hanya pasar induk Kemang yang berfungsi sebagai pasar induk. Sedangkan pasar Jambu Dua dan pasar Cimanggu lebih berfungsi sebagai pasar pengecer.
Collections
- UT - Agribusiness [4610]