Analisis optimalisasi pendapatan usahatani pada keragaman jenis usaha petani nenas (Studi kasus petani nenas di desa Bunihayu, kecamatan Jalan Cagak, kabupaten Subang, propinsi Jawa Barat)
Abstract
Sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor ekonomi yang masih mampu memiliki pertumbuhan positif dalam tahun 1998 yaitu 0,26 %, sedangkan sektorsektor lainnya demikian terpuruk, khususnya sektor kontruksi yang memiliki pertumbuhan -35,44 %. Pada Pembangunan Jangka Panjang II, orientasi swasembada pangan bergeser menjadi swasembada "Plus" (swasembada pangan secara total), salah satunya peningkatan pengembangan hortikultura. Pembangunan hortikultura sangat potensial sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia masa depan. Nenas merupakan salah satu komoditi hortikultura yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Penyebaran dan pengembangan nenas ditujukan untuk menunjang pembangunan khususnya di bidang pertanian, dimana komoditi nenas terutama nenas kaleng (olahan) mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dengan kontribusinya yang paling besar bagi penerimaan devisa negara dari semua produk buah olahan. Prospek pengembangan nenas di Indonesia cukup besar, baik dari potensi pasar dalam negeri dan luar negeri, kesempatan berdirinya industri pengolahan nenas, potensi sumberdaya alam yaitu lahan, iklim yang sesuai, tenaga kerja yang relatif murah serta kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan hortikultura, tetapi kurang memberikan motivasi kepada petani untuk lebih meningkatkan efesiensi usahataninya. Suatu usaha tidak cukup dilihat dari peluang dan potensinya saja karena pada akhirnya suatu usaha akan dinilai dari pendapatan yang dihasilkan, demikian pula dengan usahatani nenas. Dalam melakukan usahatani nenas, petani menginginkan pendapatan yang optimal. Namun, untuk mengoptimalkan pendapatannya petani dihadapkan pada berbagai kendala seperti keterbatasan luas lahan yang dimiliki, modal dan tenaga kerja. Oleh karena itu, perlu dikaji tingkat pendapatan yang diperoleh dari usahatani nenas dan bagaimana mengoptimalkannya. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh petani nenas, jenis kegiatan yang dapat mengoptimalkan pendapatan dan nilai pendapatan optimal, sumberdaya utama yang menjadi kendala dalam optimalisasi pendapatan petani nenas. Penelitian ini merupakan studi kasus, menggunakan data primer yang diperoleh dengan mewawancarai 30 orang petani nenas dan data sekunder. Analisis data meliputi anal isis biaya, penerimaan, pendapatan, efesiensi dan analisis optimalisasi yang terdiri dari analisis primal, dual dan sensitivitas. Rata-rata luas lahan garapan petani nenas adalah 16.361,33 m2 (± 1,636 ha). Petani dengan luas lahan di bawah rata-rata digolongkan sebagai petani berlahan sempit sedangkan di atas rata-rata sebagai petani berlahan luas. Terdapat tiga golongan petani berlahan sempit yaitu golongan pemilik-penyewa penggarap, pemilik penggarap dan penyewa penggarap serta dua golongan petani berlahan luas yaitu golongan pemilik-penyewa penggarap dan pemilik penggarap. Jenis nenas yang banyak ditanam di Desa Bunihayu adalah nenas jenis smooth cayenne dengan menggunakan bibit yang berasal dari tunas buah. Usahatani yang dilakukan berbentuk pola tanam yaitu pola tanam baris ganda atau kereta api dengan sistem tumpangsari. Tanaman yang sering ditumpangsarikan antara lain kencur, jahe, kunyit, cabe, pisang dan singkong. Biaya produksi atau variabel tunai untuk usahatani nenas meliputi pengeluaran untuk bibit, pupuk kandang dan pupuk buatan, obat ethrel dan obat PHPT untuk cabe serta tenaga kerja upahan. Selain itu masih ada biaya tetap tunai dan biaya yang diperhitungkan baik biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya tetap tunai yang dikeluarkan petani contoh adalah untuk Pajak Bumi dan Bangunan, sewa lahan untuk petani pemilik-penyewa dan penyewa serta Pajak Lantung sebagai penerimaan kas desa. Total biaya tetap tunai yang dikeluarkan petani lahan sempit golongan penyewa lebih besar daripada golongan petani lainnya karena biaya untuk tenaga kerja upahan sangat besar dan biaya sewa yang harus dikeluarkan. Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya tetap seperti penyusutan alat dan bunga modal dan biaya variabel sepeti nilai tenaga kerja keluarga. Seeara keseluruhan biaya diperhitungkan total yang dikeluarkan petani berlahan luas lebih keeil daripada petani berlahan sempit. Pengeluaran total baik tunai maupun diperhitungkan rata-rata per ha petani berlahan sempit golongan penyewa paling besar diantara semua golongan petani. Penerimaan petani nenas berasal dari penjualan nenas dan tanaman tumpangsari. Penerimaan rata-rata per ha petani nenas berlahan luas golongan pemilik-penyewa penggarap dalam satu musim tanam nenas (3 tahun) lebih besar dari golongan petani lainnya. Pet ani nenas berlahan sempit golongan penyewa memperoleh penerimaan rata-rata per ha yang terkeeil diantara semua golongan petani nenas. Pendapatan bersih tunai, pendapatan kerja petani atau pendapatan bersih total dan pendapatan kerja keluarga rata-rata per ha petani berlahan luas lebih besar dari petani berlahan sempit. Pendapatan per ha paling kecil diterima oleh petani berlahan sempit golongan penyewa. Berdasarkan perbandingan RIC ratio dan BIC ratio atas biaya total ternyata usahatani nenas lahan luas lebih efesien dari lahan sempit. Seeara keseluruhan usahatani nenas menguntungkan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Untuk menganalisis keoptimalan pendapatan yang diperoleh usahatani nenas digunakan program linier. Usahatani yang dipilih sebagai kasus untuk dioptimalkan adalah usahatani yang paling mendekati rata-rata luas lahan pada setiap golongan petani. Jenis-jenis tanaman yang dimasukkan sebagai aktivitas yang akan dioptimalkan adalah nenas, keneur, jahe, kunyit, eabe, pi sang dan singkong. Fungsi tujuan adalah optimalisasi pendapatan bersih total setiap golongan petani yaitu maksimisasi selisih antara harga dan biaya total dari setiap jenis kegiatan yang dimasukkan. Biaya tunai meliputi pengeluaran untuk produksi seperti bib it, pupuk, obat, tenaga kerja upahan dan biaya tetap. Kendala-kendala yang dihadapi untuk usahatani nenas adalah lahan, modal, tenaga kerja keluarga dan upahan serta besarnya biaya-biaya untuk bibit, pupuk kandang dan pupuk buatan, obat dan biaya tetap. Batasan kendala adalah ketersediaan masing-masing kendala tersebut dalam usahatani. Pendapatan bersih total aktual (sekarang) usahatani nenas lahan sempit golongan pemilik-penyewa penggarap dengan jenis tanaman yang berbeda hampir mendekati optimal sedangkan usahatani pada petani golongan lainnya masih di bawah optimal. Tanaman yang diusahakan dalam kondisi optimal pada usahatani lahan sempit golongan pemilik-penyewa penggarap adalah nenas dan singkong, golongan pemilik dan penyewa penggarap adalah nenas yang ditanam secara monokultur. Untuk petani lahan luas golongan pemilik-penyewa penggarap, tanaman yang diusahakan untuk mengoptimalkan pendapatannya adalah nenas dan cabe sedangkan untuk petani lahan luas golongan pemilik penggarap adalah nenas dan jahe. Sumberdaya langka atau sumberdaya yang habis terpakai yaitu yang memiliki nilai slack/surplus nol pada usahatani lahan sempit golongan pemilik-penyewa penggarap adalah biaya tetap, golongan pemilik dan penyewa penggarap tidak terdapat sedangkan untuk petani lahan luas golongan pemilik-penyewa penggarap adalah modal dan biaya bib it, petani lahan luas golongan pemilik penggarap adalah biaya pupuk kandang dan pupuk buatan. Kendala utama bagi usahatani lahan luas golongan pemilik-penyewa adalah modal sedangkan untuk golongan pemilik penggarap adalah biaya pupuk kandang. Harga bayangan dari setiap kendala atau sumberdaya langka tersebut menunjukkan bila menambah ketersediaan sumberdaya tersebut satu rupiah akan mendatangkan pendapatan sebesar harga bayangannya (shadow price). Analisis sensitivitas menunjukkan batasan perubahan dari harga dan biaya agar tidak merubah keadaan optimal.