Karakteristik Tanah Bekas Tambang di Wilayah Pertambangan Cikotok, Kab. Lebak Jawa Barat
Abstract
Tujuan penelitian ini untuk mempelaj ari karakteristik tanah bekas tambang di Wilayah Eksplorasi Pertambangan Emas-Perak Cikotok Lebak Jawa Barat. Melalui upaya pengklasifikasian jenis tanah alami dan jenis tanah bekas tambang atau tanah timbunan di lokasi tersebut, didapat gambaran umum tanah yang ada. Untuk mencapai tujuan terse but telah diobservasi enam pedon (dua pedon alami dan empat pedon timbunan), kemudian dilakukan deskripsi profil dan pengamatan lingkungan, selia analisis contoh tanah. HasiJ penelitian menunjukkan bahwa pedon PI level 100 Cirotan dan pedon P5 level 300 Cikidang yang mewakili tanah alami, berturut-turut diklasifikasikan sebagai Tipik Hapludult, berliat hal us, campuran, isohiperterrnik dan Tipik Distropept, berlempung hal us, campuran, isohipertermik. Sedangkan pedon P2 level 200 Cirotan, pedon P3 level 600 Cirotan, pedon P4 level 800 Cirotan dan pedon P6 level 300 Cikidang yang mewakili tanah timbunan, berturut-turut diklasifikasikan sebagai Tipik Troporthent, berlempung hal us, campuran, isohipertermik; Tipik Troporthent, berlempung kasar, campuran, isohipertermik; Tipik TropOlihent, berlempung kasar, campuran, isohipertermik; Tipik Troporthent, berlempung kasar, campuran, isohipertermik. Tanah alami di kedua daerah umumnya memiliki sifat fisik yang cukup baik, kecuali di Cikidang solum tanahnya dangka\. Selain itu, tanah di Cikidang dan Cirotan memiliki pH yang rendah. Sementara, sifat fisik mauplill kimia lIntlik tanah timbunan di kedlla daerah umumnya buruk. Sifat fisik yang buruk pada tanah bekas tambang tersebut (seperti: perkembangan horison lemah dan tingginya kandllngan fragmen batuan), umurnnya lebih sulit untuk diperbaiki dibandingkan dengan sifat kimia tanah tersebut (seperti: kemasaman dan kandungan hara yang rendah), karena memperbaiki karakter sifat fisik ini membutuhkan manipulasi mekanik yang sangat mahal. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, ciri khas vegetasi yang bisa tumbuh di lokasi studi terdiri dari; vegetasi hutan lokal, semak belukar dan rerumputan. Sedangkan upaya konservasi lahan pada lereng timbunan, selain dengan penataan timbunan dilakukan pula sistem bronjong, sebagai alat teknik sipil konservasi.