Pelindian Pirit Dan Jarosit Pada Tanah Sulfat Masam Daerah Pasang Surut Balandean Dengan Air Payau Pada Berbagai Nilai Eh
Abstract
Penyebab utama munculnya permasalahan pada tanah sulfat masam adalah adanya reaksi oksidasi terhadap pirit. Oksigen yang terlarut dalam air tanah mula- mula bereaksi lambat dengan pirit, menghasilkan ion-ion Fe 3+ , SO4 2- , dan H+ . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Eh tanah sulfat masam yang dilindi menggunakan air payau terhadap kelarutan Al-dd, Fe 3+ , dan SO4 2- . Penelitian ini dilakukan di laboratorium Bagian Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sampel tanah berupa tanah sulfat masam yang mengandung bahan sulfidik >2% diambil dari Kebun Percobaan Balandean, Banjarmasin. Perlakuan yang diberikan adalah pelindian bahan sulfidik dalam enam macam nilai Eh, yaitu -100±25 mV, 0±25 mV, 100±25 mV, 200±25 mV, 300±25 mV, dan 400±25 mV. Nilai Eh paling rendah mewakili kondisi pirit dan nilai Eh paling tinggi mewakili kondisi jarosit. Jarosit merupakan hasil intermediat dari okidasi pirit. Setelah dijenuhi dan didapatkan nilai Eh yang diinginkan, proses pelindian tanah sulfat masam dimulai. Pelindian dilakukan selama delapan minggu. Analisis yang dilakukan adalah analisis kadar Fe 3+ , Fe 2+ , SO4 2- , dan Al 3+ pada air lindian setiap minggu serta analisis kadar Fe 3+ , Fe 2+ , SO4 2- , dan Al-dd pada tanah setelah delapan minggu pelindian. Proses pelindian berpengaruh positif terhadap penurunan konsentrasi Fe 3+ dan SO4 2- pada tanah dan berpengaruh pula pada penurunan kemasaman tanah. Pelindian juga berpengaruh positif terhadap penurunan konsentrasi Fe 2+ pada tanah.Setelah pelindian delapan minggu, pH tanah naik dari pH 3,3 menjadi 3,6 - 4,2. Hasil analisis menunjukkan bahwa pelindian paling efektif terjadi pada tanah yang memiliki Eh awal tinggi, yaitu pada Eh 400±25 mV. Pada Eh ini, terjadi penurunan konsentrasi Fe3+ dari 3680 ppm menjadi 2789,53 ppm dan penurunan konsentrasi SO42- dari 3328 ppm menjadi 358,84 ppm serta penurunan konsentrasi Al-dd dari 16,49 me/100g menjadi 11,75 me/100g. Keefektifan pelindian kemudian diikuti berturut-turut oleh Eh 300±25 mV, Eh 200±25 mV, Eh 100±25 mV, Eh 0±25 mV, dan yang paling rendah adalah Eh -100±25 mV. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi oksidatif (Eh positif) paling efektif dalam pelindian Fe3+, SO42- , dan Al3+dibandingkan kondisi reduktif (Eh negatif). Kata Kunci : E