Etos Kerja Wanita Buruh Industri. Kasus Buruh Industri Garment, Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Keadaan desa, kondisi fisik dankependudukan di Desa Tarikolot; (2) Pembahan struktur yang terdapat di Desa Tarikolot ; (3) Pandangan dan nilai-nilai masyarakat terhadap buruh /pekerja wanita industri ; (4) Keadaan dan kondisi kerja buruhlpekerja wanita di industri garmen dan permasalahan yang dihadapi buruhlpekerja wanita industri tersebut ; (5) Etos kerja buruhlpekeIja industri pada wanita yang inenikah dan wanita lajang ; (6) Faktorfaaktor yang berhubungan dengan etos kerja wanita buruh industri. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang etos kerja wanita pada buruhlpekerja industri di Indonesia dan sebagai informasi bagi peneliti yang berminat tentang masalah etos kerja, khususnya pada buruhlpekerja industri. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari 1998. Penentuaan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa di Desa tersebut mempunyai industri besar yang memiliki peluang kerja bagi masyarakat di Desa Tarikolot. Penelitian ini menggunakan metode survey yang dilengkapi dengau wawancara mendalam, dengan unit analisa individu. Sampel penelitian berjumlah 40 responden, yang dibedakan dalam 20 wanita buruhlpekerja industri menikah (WBIlY!) dan wanita buruhlpekerja industri lajang (WBIL). Data yang dikompulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data yang eliperoleh diolah dengan data program Lotus 123. Data dan informasi yang bersifat kualitatif dianalisa secara deskriptif sedangkan data kuantitatif diolah secara manuaL Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keadaan Desa Tarikolot teljadi perubahan struktur ekonomi. Dengan didirikannya industri-industri modern sebanyak 10 buah pabrik/industri, menyebabkan beralihnya fungsi lahan yaitu dari lahan sawah menjadi lokasi pabrik. Sejalan masukuya industri tersebut, pekeljaan di sektor jasalperdagangan berkembang sangat pesat yaitu dengan semakin bertambahnya rumah-rumah penduduk dan pemilik modal dari luar desa yang menyewakan kamarkamar bagi pekelja pendatang, juga herkembang usaha dagang warung, jasa ojeg dan angkutan umum. Dalam lembaga ekonomi, selama 3 tahun desa Tarikolot berturut-turut mendapat dana program IDT (Jnpres Desa Tertinggal) sebesar Rp 20 juta karena desa tersebut termasuk salah satu desa teltinggal eli Propinsi Jawa Barat. Selain itu di desa Tarikolot juga terdapat KUD (Koperasi Unit Desa) Mekar Sari yang berusaha di bidang simp an pinjam khususnya di sektor industri, pengadaan sarana pertanian, dan pertanian, tetapi saat ini yang beljalan hanya di bidang simp an pinjam sektor indnstri karena untuk sektor pertanian dan peternakan, lahan di desa Tarikolot sangat terbatas karena sudah dijadikan lokasi industri. Dalam lembaga non ekonomi, penduduk desa Tarikolot sebagian besar aktif dalam rap at-rap at desa. Salah satu program yang sudah dilaksanakan selama kurang lebih 14 tahun adalah program LKMD. Adapun program yang dilaksanakan adalah untuk menampung aspirasi masyarakat khususnya da1am wadah pembangunan, membantu Kepa1a Desa da1am bidang pembangunan. Wanita buruh/peketja industri menikah sebagian besar ada pada kisaran umur 25-29 tahun dan wanita buruhlpeketja industri 1ajang sebagian besar berusia 20-24 tahun. Tingkat pendidikan baik pada wanita menikah rnaupun pada wanita 1ajang sebagian besar menye1esaikan pendi'dikan sampai tingkat SLTP. Dilihat dari 1amanya ketja wanita buruh industri menikah dan wanita buruh industri 1ajang sebagian besar yang menjadi buruh di industri garment ada1ah masih dibawah 5 tahun. Rata-rata upah/gaji wanita buruh industri sebagian besar berkisar antara Rp 200.000 - Rp 250.000. Untuk jam ketja, wanita buruh industri menikah dan wanita buruh industri 1ajang sebagian besar beketja kurang atau sarna dengan 8 jam. Dari sumberdaya keluarga, rata-rata a10kasi pendapatan untuk pangan pada wanita menikah dan wanita 1ajang 1ebih besar (59,4 persen dan 55,8 persen) 1ebih besar daripada nonpangan (31,6 persen dan 44,2 persen). Secara kese1uruhan a10kasi pendapatan untuk pangall mereka 1ebih besar dari 50 persen sehingga dapat dikatakan strategi pencaharian nafkahnya ada1ah smyival. Dari tingkat subordinasi temyata wanita menikah tersubordinasi oleh pria (suarni) yaitu sebanyak 10 orang dan untuk wanita 1ajang mereka (diri sendiri) yang dominan da1am pengambi1an keputusan (tingkat subordinasinya rendah). Banyaknya buruh wanita yang beketja di industri disebabkan karena adat dalam bekerja mereka tidak terlepas dari nilai dan norma serta pandangan hidup yang dimilikinya, yaitu nilai budaya (adilt iStiadat) tetapi nilai agama sangat kecil pengaruhnya pada buruh wanita. Hal ini disebabkan karena mereka tidak tahu bahwa bekerja itu adalah merupakan perintah agama (ibadah) dan mereka bekerja hauya untuk mendapatkan materi (upah/gaji) dan hidup untuk makan. Wanita menikah cenderung bekerja karena dorongan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sedangkan pada wanita lajang motivasi mereka untuk bekerja cenderung karena dorongan ekonomi untuk membantu orangtua. Dengan pembagian kerja yang tinggi dan lebih terspesialisasi di perusahaan garment, baik pada wanita buruh industri menikah dan wanita buruh industri lajang, akan terbentuk individualitas dan saling ketergantungan yang tinggi. Pada konsensus nilai-nilai abstrak, wanita buruh industri cenderung taat dan patuh pada aturan perusahaan serta bersedia ditempatkan dibagian mana saja tanpa menuntut. Dengan demikian dapat dikatakan etos kerja mereka tinggi. Keamanan dan keselamatan kerja di industri garmen cukup terjamin karena perusahaan tersebut tidak banyak menggunakan alat-alat berat yang dapat membahayakan bagi pekerja. Perusahaan mengijinkan buruhlpekerja mendirikan Serikat Pekerja, namun dalam pelaksanaannya perusahaan terlalu turut-campur seperti dalam pengangkatan kepengurusan yang lang sung ditunjuk oleh pihak perusahaan dari buruhfpekerja perusahaan itu sendiri sehingga mengakibatkan serikat pekerja kurang berfungsi. Perusahaan juga menerapkan peraturan-peraturan yang sangat ketat kepada buruh dan sanksi yang diberikan kepada buruhlpekerja yang berbuat salah terlalu keras (ekstrim) sehingga memberatkan buruh. Hal lID mengakibatkan kurang nyamannya suasana keIja bagi buruh. Hal-hal yang berhubungan dengan etos keIja wanita buruh industri adalah tingkat pendidikan, lama keIja, upahlgaji, dan jam keIja. Sedangkan dalam hal umur, tingkat subordinasi wanita dan strategi"O pencaharian nafkah, tidak berhubungan dengan etos keIja. NilaiJnorma agama yang mereka anut tidak berhubungan dengan etos keIja karena apa yang mereka keIjakan khususnya dalam bekeIja sebagai buruh terlepas dari apa yang mereka anut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wanita buruh industri di Desa Tarikolot mempunyal etos keIja yang tinggi.