Penilaian Manfaat Ekonomi Hutan Mangrove di Kawasan Angke-Kapuk Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara
Abstract
Hutan Mangrove memiliki beragam fungsi ekologis dan ekonomis baik sebagai sumber makanan yang penting bagi biota perairan maupun untuk memenuhi kebutuhan manusia, meskipun hutan mangrove memiliki fungsi yang sangat penting, namun keberadaannya mengalami tekanan yang cukup serius, terutama di daerah Angke Kapuk, Jakarta Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara kuantitatif barang dan jasa hutan mangrove yang dimanfaatkan oleh masyarakat berdasarkan kondisi hutan mangrove di kawasan tersebut saat ini serta menghitung nilai total manfaat ekonomi dari hutan mangrove yang dikonversikan ke dalam nilai rupiah. Nilai total ekonomi yang akan diuraikan dalam pembahasan ini dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu nilai manfaat langsung (Direct use value), nilai manfaat tidak langsung (Indirect use value), nilai manfaat pilihan {Oplion value), dan nilai manfaat keberadaan {Existence value) dari ekosistem hutan mangrove. Rekapitulasi hasil estimasi seluruh manfaat hutan mangrove adalah sebesar Rp 2.203.744.187,01 per tahun atau rata-rata sebesar Rp 12.235.545,98 per ha per tahun Dalam rangka mencapai pengelolaan yang optimal, data nilai manfaat ekonomi Hutan Mangrove Kawasan Angke Kapuk Jakarta Utara tahun 2002 digunakan sebagai dasar aplikasi beberapa skenario alternatif pengelolaan hutan mangrove secara berkelanjutan. Setiap skenario yang dibuat kemudian dianalisis dengan menggunakan Analisis Biaya Manfaat untuk mendapatkan Net Present Value (NPV) dari ekosistem hutan mangrove. Hasil perhitungan analisis biaya dan manfaat untuk ekosistem hutan mangrove Angke Kapuk dengan menggunakan tiga skenario alternatif pengelolaan diperoleh nilai NPV terbesar pada skenario 3 yaitu sebesar Rp 30.014.795.489,00; dalam skenario ini diberikan kebijakan untuk investasi di bidang pendidikan sebesar Rp 8.645.280,00 per tahun dan tetap memasukkan komponen yang sama dengan skenario lainnya yang telah diukur dalam skenario 1 dan skenario 2, yaitu peningkatan investasi di sektor pemancingan sebesar 40 % mengingat peningkatan pengunjung ke kawasan ini dan pengelolaan tambak seluas 25 ha.