Pemetaan Batimetri dan Karakteristik Dasar Perairan Dangkal di Perairan Pulau Dangar-Propinsi NTB dengan Data Satelit Penginderaan Jauh
Abstract
Pembuatan peta batimetri merupakan salah satu bidang kajian hidrografi. Batimetri adalah ukuran dari tinggi rendahnya dasar iaut yang merupakan sumber informasi utama mengenai dasar laut. Perubahan kondisi hidrografi di wiiayah perairan laut dan pantai, disamping disebabkan oleh faktor alam, juga disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut dan proses-proses yang terjadi di wilayah hulu sungai. Terbawanya berbagai material partikel dan kandungan padatan tersuspensi oleh aliran sungai semakin mempercepat proses pendangkalan di perairan pantai. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu upaya pengkajian yang berkaitan dengan faktor-faktor keselamatan pelayaran, salah satunya adalah pengukuran kedalaman perairan. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dapat digunakan untuk mendapatkan informasi kondisi hidro oseanografi secara cepat dengan cakupan wilayah yang luas. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan karakteristik dasar perairan Pulau Dangar menggunakan algoritma Lyzenga 78, membandingkan algoritma Lyzenga 75 dan Bierwirth '93 yang dipakai untuk pendugaan kedalaman perairan dangkal di perairan Pulau Dangar-NTB serta memetakannya menggunakan salah satu algoritma yang terpilih. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Landsat-7 dengan sensor Enhanced Thematic MapperPlus (ETM+) tanggal perekaman 13 September 2000 yang telah dikoreksi geometrik dan radiometrik, selanjutnya diolah di Laboratorium Penginderaan Jauh Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam-BPPT, Jakarta. Peta sebaran karakteristik dasar perairan Pulau Dangar diperoleh 6 kelas yaitu kelas darat, laut dalam, pasir, karang hidup, karang mati dan lamun. Berdasarkan perhitungan terhadap nilai digital kanal 1 dan 2 Pulau Dangar, diperoleh koefisien atenuasi di perairan tersebut (ki/kj) sebesar 0.796, sehingga persamaan pada transformasi Lyzenga 78 adalah Y = In TM1 - (0.796) ln TM2. Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa terumbu karang mendominasi karakteristik dasar perairan dan menempati 7.119 % (dengan pembagian 5.174 % karang hidup dan 1.945 % karang mati). Sebaran terumbu karang tersebut terkonsentrasi di pesisir Pulau Dangar. Jenis transformasi yang sesuai dengan daerah penelitian adalah algoritma Lyzenga 75 dengan nilai korelasi 0.81 dibandingkan dengan algoritma Bierwirth yang nilai korelasinya 0.73. Nilai korelasi ini diperoleh dari informasi kedalaman air dengan mencari relasinya yaitu dari nilai digital pada citra hasil transformasi. Algoritma Lyzenga 75 yang menggunakan kanal tunggal dapat melakukan penetrasi ke dalam tubuh air dan merupakan panjang gelombang optimum. Perhitungan RMS (tingkat kesalahan) dari kedua jenis transformasi untuk pemetaan estimasi kedalaman adalah 0.27 untuk transformasi Lyzenga 75 dan 0.28 untuk transformasi Bierwirth '93. Pembagian kedalaman hanya dapat diinterpretasikan hingga kedalaman 16 meter, lebih dari itu gelombang elektromagnetik tidak dapat digunakan lagi dikarenakan faktor kekeruhan dan merupakan laut dalam yang tidak dapat ditembus kedalamannya oleh sensor. Selisih kedalaman dugaan dengan kedalaman sesungguhnya menghasilkan selisih yang positif sehingga dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini underestimate, artinya kedalaman dugaan yang dihasilkan pada peta lebih kecil dari kedalaman sesungguhnya dan masih dapat digunakan untuk keselamatan pelayaran. Secara umum dapat dikatakan pemanfaatan satelit Landsat - ETM+ untuk pemetaan estimasi kedalaman hanya dapat digunakan pada daerah dangkal dan jernih. Perbandingan pemanfaatan penggunaan kedua algoritma untuk pemetaan substrat yaitu algoritma Lyzenga 75 sesuai untuk substrat lamun dengan nilai korelasi 0.91 sedangkan algoritma Bierwirth '93 sesuai untuk pemetaan substrat karang dengan nilai korelasi 0.88. Nilai korelasi pada substrat pasir sangat kecil yaitu 0.14 pada algoritma Lyzenga 75 dan 0.23 pada algoritma Bierwirth '93. Hal ini disebabkan nilai digital pada substrat pasir yang berubah-ubah karena nilai digital yang diterima oleh sensor bisa berupa obyek lain yang nilai digitalnya sama dengan pasir. Objek tersebut dapat berupa kekeruhan, ombak atau objek lain yang dekat dengan daratan. Peta potensi sumberdaya pesisir di perairan Pulau Dangar dibuat dengan cara menggabungkan peta sebaran karakteristik dasar perairan dengan peta estimasi kedalaman. Pada kedalaman 0-3 meter perairan Pulau Dangar didominasi jenis substrat karang dengan iuasan 1.530 km2. Pada kedalaman 3 - 16 m terdapat karang mati maupun karang hidup dengan luas 0.626 km2 dan pada kedalaman tersebut karang masih dapat tumbuh dengan baik. Adanya karang mati pada kedalaman tersebut diduga akibat kerusakan alami dan non alami. Hasil pemetaan potensi sumberdaya pesisir ini diharapakan dapat memberikan informasi tentang kondisi ekosistem pesisir di perairan Pulau Dangar mengenai pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem terumbu karang.pembangunan darmaga kapal serta mencari alur masuk kapal ke darmaga baik sipil maupun militer, karena belum adanya transportasi untuk menjangkau daerah tersebut dengan jalur kapal.