Analisis Sistem Perikanan Purse Seine di Pengambengan Kabupaten Jembaran, Bali
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis sistem perikanan purse seine di Pengambengan Kabupaten Jembrana, Bali. Perikanan purse seine di Pengambengan sangat kompleks, sehingga perlu pendekatan sistem untuk melakukan pengkajian. Analisis sistem dilakukan terhadap perikanan yang bersifat multi species dan terhadap sub sistem dalam perikanan purse seine yang terlibat dan saling berkaitan. Komposisi hasil tangkapan purse seine menunjukkan bahwa ikan lemuru merupakan hasil tangkapan dominan. Selama kurun waktu 1990-1998, produksi lemuru rata-rata 90,72%. Produksi lemuru tertinggi terjadi pada tahun 1993 dan terendah tahun 1996. Produksi tongkol rata-rata adalah 8,51% selama kurun waktu 1990-1998. Produksi tertinggi terjadi tahun 1998 dan terendah tahun 1991. Produksi layang tertinggi tahun 1993, terendah tahun 1991. Produksinya berfluktuasi dan jumlahnya relatif rendah yaitu rata-rata 0,77% dari total produksi setiap tahunnya. Jumlah alat tangkap purse seine selama tahun 1998-2000 relatif stabil. Hal ini sesuai dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 392 tahun 1994. Hasil analisis sumberdaya ikan dengan menggunakan pendugaan surplus produksi pada sub model sumberdaya ikan menunjukkan model produksi lemuru yaitu C= 5652,5E - 0,1149E2. Tingkat upaya optimum penangkapan lemuru dengan purse seine sebesar 24.597 trip/tahun, dengan produksi maksimum lestari sebesar 69.518.617 kg. Model produksi tongkol yang ditangkap purse seine adalah C - 9505,440E - 7,440E2. Produksi maksimum lestari diperoleh sebesar 3.036.068 kg, dengan tingkat upaya optimum 639 trip/tahun, sedangkan upaya optimum penangkapan layang dengan purse seine adalah sebesar 3501 trip/tahun, dengan produksi maksimum lestari sebesar 7.871.151 kg, yang diperoleh dari persamaan model C = 4495,9E - 0,642E2. Perbandingan produksi aktual purse seine selama tahun 1990-1998 dengan produksi lestari menunjukkan telah terjadi penangkapan yang melebihi MSY yaitu tahun 1996 penangkapan terhadap tongkol dan tahun 1998 yaitu penangkapan terhadap lemuru dan tongkol, sedangkan penangkapan layang belum pernah melebihi MSY. Analisis sub model teknis menggambarkan secara deskriptif unit penangkapan pwse seine yaitu kapal, nelayan, dan alat tangkap. Ukuran panjang jaring purse seine yang dioperasikan nelayan Pengambengan adalah 200-300 m dan dalam 60-70 m. Pengoperasian menggunakan dua perahu dengan ukuran sama yaitu panjang 17 m, lebar 4,5 m dan dalam 2,5 m. Analisis sub model usaha penangkapan dengan purse seine dikaji dengan model bio-ekonomi. Perhitungan bio-ekonomi terhadap usaha penangkapan lemuru menunjukkan tingkat keuntungan pada upaya optimum (24.597 trip/tahun) adalah sebesar Rp.465.691/trip. Keuntungan bionomi tidak diperoleh karena TR=TC. Upaya optimum penangkapan tongkol adalah 639 trip/tahun, dengan keuntungan usaha sebesar Rp. 3.515.590/trip. Usaha penangkapan layang dengan purse seine menghasilkan keuntungan pada tingkat upaya optimum adalah Rp.l.080.502/trip. Berdasarkan perhitungan pendugaan keuntungan pada tingkat effori berbeda diperoleh bahwa keuntungan rata-rata tertinggi usaha penangkapan ikan dengan purse seine adalah sebesar Rp.l 1.279.029/trip, yaitu pada tingkat upaya tangkap 76 trip/tahun. Keuntungan total usaha penangkapan purse seine diperoleh sebesar Rp.4.818.451.637 per tahun, pada tingkat upaya tangkap 639 trip/tahun dan keuntungan usaha tidak diperoleh lagi pada tingkat upaya tangkap 1775 trip/tahun. Hasil analisis terhadap sub model harga menggambarkan fluktuasi harga yang berkaitan dengan mutu dan produksi. Berdasarkan perhitungan diperoleh pada tingkat produksi maksimum lestari dapat diduga harga lemuru adalah sebesar Rp.965/kg, tongkol diperoleh sebesar Rp. 1.324/kg, dan harga layang adalah sebesar Rp. 814/kg. Hasil analisis mutu dan pemasaran menyimpulkan adanya pengendalian mutu yang meliputi penanganan ikan di kapal, pembongkaran ikan dari palka, penanganan di darat dan pengangkutan ke tempat pemasaran. Sedangkan analisis aspek pemasaran menjelaskan bahwa pemasaran ikan yang terjadi di PPI Pengambengan dilakukan melalui beberapa saluran tata niaga dan secara umum pemasaran tersebut tidak mengalami kesulitan. Hasil analisis terhadap sub model pendapatan nelayan menggambarkan tingkat kesejahteraan nelayan purse seine sangat bervariasi. Pemilik perahu menerima penghasilan sebesar 50 % dari penerimaan setelah dikurangi biaya operasi, berdasarkan perhitungan (Lampiran 6) adalah sebesar Rp. 786.319/trip. 50% sisanya digunakan untuk membayar upah ABK dengan rincian sebagai berikut 3 bagian untuk juragan laut sebesar Rp.71.484/trip, 2 bagian untuk juru mudi masing-masing sebesar Rp. 47.656/trip, 1 bagian untuk masing-masing juru mesin dan mendapat 1 bagian lagi yang dibagi sama rata yaitu sebesar Rp. 27.799/trip,dan 1 bagian untuk masing-masing buruh nelayan yaitu sebesar Rp. 23.828/trip. Hasil analisis pendapatan daerah menunjukkan bahwa pendapatan daerah dari sektor perikanan laut diperoleh melalui retribusi pelelangan ikan. Retribusi diberlakukan pada kegiatan pelelangan ikan di TPI Pengambengan . Besarnya tarif retribusi pelelangan ikan ditetapkan sebesar 5% dari harga transaksi penjualan ikan hasil lelang saat itu, yaitu 2,5% dipungut dari nelayan/penjual dan 2,5% dipungut dari pedagang/pembeli Hasil analisis terhadap tujuh sub model menghasilkan beberapa langkah alternatif yang berkaitan dengan kelangsungan usaha perikanan purse seine di Pengambengan yaitu (1) penegakan peraturan yang mengatur tentang ukuran mata jaring purse seine yang digunakan yaitu 1 inci pada bagian kantong, (2) penentuan daerah dan musim penangkapan terutama lemuru, (3) diversifikasi usaha perikanan, yaitu lebih memanfaatkan sumberdaya ikan demersal dan mengintensifkan budidaya laut dan (4) Membuat mekanisme pasar untuk harga ikan.