Pengembangan Sistem Perikanan Tangkap Di PPI Pasir Perairan Kebumen Jawa Tengah
Abstract
Pengembangan bidang perikanan sangat diperlukan di suatu daerah karena dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan asli daerah dan pembangunan daerah secara umum. Salah satu daerah yang memungkinkan untuk dilakukannya upaya pengembangan di bidang perikanan adalah Kabupaten Kebumen, yang memiliki potensi sumberdaya perikanan cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Di Kabupaten Kebumen terdapat tiga Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yaitu PPI Karangduwur, PPI Argopeni dan PPI Pasir. PPI Pasir merupakan penyumbang produksi yang paling besar di Kabupaten Kebumen. PPI Pasir memberikan kontribusi sekitar Rp. 73.159.000,00 per tahun atau sekitar 0,91 % terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Kebumea Perikanan sebagai suatu sistem memiliki permasalahan yang bersifat kompleks dimana banyak elemen yang terkait di dalamnya, untuk mengatasi permasalahan yang ada perlu dikaji dengan menggunakan pendekatan sistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kebumen dan menentukan strategi kebijakan dalam pengembangan perikanan tangkap di PPI Pasir Perairan Kebumen. Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada tanggal 1-19 Februari 2002 di PPI Pasir Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan pengamatan secara langsung di lapangan dan wawancara dengan pelaku sistem. Data sekunder diperoleh dari kantor Dinas Perikanan Kebumen yaitu data volume dan nilai produksi tahunan perikanan, jumlah armada, jumlah nelayanjumlah alat tangkap di PPI Pasir tahun 1995 - 2000 dan keadaan umum perikanan daerah Kebumen. Analisis sistem perikanan tangkap dilakukan dengan sub analisis produktivitas, sub analisis teknik, sub analisis ekonomi, sub analisis mutu, sub analisis pemasaran dan sub analisis kebijakan pengembangan. Persamaan yang didapat dari hasil regresi antara upaya penangkapan dengan produktivitas untuk gillnet adalah y - 0,9883 - 0,0003 x, sedangkan hubungan antara upaya penangkapan dengan produktivitas rawai adalah y ~ 0,5334 - 0,001x. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan satu satuan upaya penangkapan gillnet maka akan menurunkan produktivitas sebesar 0,0003, sedangkan setiap peningkatan upaya penangkapan rawai akan menurunkan produktivitas sebesar 0,001. Unit penangkapan ikan di PPI Pasir terdiri dari kapal, alat tangkap dan nelayan. Kapal yang digunakan nelayan PPI Pasir untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan terbuat dari bahanfibreglass yang berukuran panjang 9,0 m, lebar 0,6 - 0,9 m dan dalam 0,7 - 1,0 m, menggunakan mesin tempel dengan kekuatan 15 PK. Alat tangkap yang digunakan nelayan PPI Pasir sebagian besar adalah gillnet. Gillnet yang digunakan ada dua macam yaitu gillnet monofilament (jaring sirang) dan gillnet multifdament (jaring ciker). Satu unit jaring sirang biasanya berukuran panjang 120-800 m, lebar 6-8 m dengan ukuran mesh size 4,5-5,5 inci. Satu unit jaring ciker yang digunakan juga berukuran panjang 120-800 m, lebar 15-25 m dan mesh size 2-3 inci. Rawai merupakan alat tangkap sampingan yang digunakan nelayan PPI Pasir. Rawai yang biasa digunakan mempunyai mata pancing dengan nomor 7-9 sebanyak 200-550 buah mata pancing. Nelayan yang mengoperasikan gillnet dan rawai biasanya berjumlah dua atau tiga orang. Pada analisis efisiensi teknik diketahui bahwa kebutuhan bahan bakar untuk seluruh kapal yang ada di PPI Pasir sebesar 1.988 liter bensin dan 106,5 liter oli/hari. Pada gillnet penggunaan bensin untuk satu kali trip sekitar 8 liter dan oli sekitar 1,5 liter, sedangkan pada rawai penggunaan bensin untuk satu kali trip sekitar 6 liter dan oli sekitar 0,75 liter yang sangat tergantung dari fishmggtovmd yang ditempuh. Berdasarkan hasil pada sub analisis ekonomi diketahui keuntungan yang diperoleh nelayan sebesar Rp. 56.512.213,30 per tahun. Nilai BEP yang diperoleh sebesar Rp. 10.614.558,00 dan volume produksi per tahun 674,21 kg. Pada unit gillnet nelayan pemilik mendapat Rp. 252.250,00 per hari dan masing-masing nelayan buruh mendapatkan upah sebesar Rp. 63.100,00 per hari. Pada unit rawai nelayan pemilik mendapat Rp. 80.200,00 per hari dan masing-masing nelayan buruh mendapat Rp. 20.100,00 per hari. Penanganan hasil tangkapan oleh nelayan biasanya langsung diletakkan di atas dek kapal dengan cara dilempar. Nelayan jarang membawa es walapun ada diantara mereka yang membawa es sejumlah 3 balok dengan harga per balok es yaitu Rp. 7.000,00. Penanganan ikan di Tempat Pelelangan Ikan yaitu dicuci dengan air yang berasal dari kolam pelabuhan karena sumber air bersih yang tersedia sangat terbatas. Ikan-ikan yang dilelang di TPI diletakkan di lantai gedung TPI. Kualitas ikan pada saat didaratkan di PPI Pasir sebagian besar dalam keadaan mati, akan tetapi masih dalam kondisi segar. Penanganan dengan menggunakan es dilakukan oleh bakul/pedagang pengumpul yang akan memasarkan hasil tangkapan dalam bentuk segar ke beberapa tempat baik di daerah maupun ke luar daerah Kebumen. Pengolahan yang dilakukan di PPI Pasir merupakan usaha sampingan dimana ikan diolah menjadi ikan asin. Jenis ikan yang dipasarkan untuk keperluan lokal antara lain udang, kakap, pepetek, tongkol, pari dan ekor kuning. Jenis ikan yang dipasarkan ke luar kota adalah layur, bawal putih, udang, pari dan rajungan. Sedangkan jenis ikan untuk keperluan ekspor adalah layur dan bawal putih. Pemasaran di daerah Kebumen dilakukan oleh bakul dan Wanita Tani Nelayan. Pemasaran ke luar daerah Kebumen dilakukan oleh pedagang pengumpul yang akan memasarkan ikan ke Cilacap, Semarang, Jakarta dan Surabaya. Negara tujuan ekspor layur dan bawal putih adalah Jepang. Kebijakan pengembangan diperoleh berdasarkan pendekatan Proses Hierarki Analitik (PHA). Hasil analisis menghasilkan alternatif kebijakan pengembangan yang cocok untuk PPI Pasir adalah prioritas pertama modernisasi (mengganti dengan teknologi yang lebih baik) dengan nilai 0,62, prioritas kedua perluasan daerah operasi penangkapan dengan nilai 0,25 dan prioritas ketiga adalah peningkatan unit penangkapan dengan nilai 0,13. Pelaku yang paling mempengaruhi kegiatan pengembangan perikanan di PPI Pasir adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen dengan nilai 0,49 sebagai penentu utama kebijakan pengembangan di PPI Pasir. Pertimbangan yang memberikan kontribusi paling besar bagi pengembangan adalah dari aspek ekonomi yaitu 0,45, berarti bahwa secara sosial-ekonomi kegiatan perikanan di PPI Pasir cukup baik.