Kajian Perbandingan Efisiensi Penanganan Aliran Bahan (Material Handling) Pada Produk Teh Hitam Mutu I dan Teh Hitam Mutu II (Kasus Pabrik Teh Hitam Gambung, PPTK Gambung, Bandung - Jawa Barat).
Abstract
Dalam rangka mengembangkan dan memajukan pembangunan nasional, pemerintah saat ini kembali menjadikan sektor pertanian sebagai basis industri. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu komoditas agribisnis di Indonesia yang berperan cukup penting dalam penyerapan tenaga kerja dan penerimaan ekspor non migas. Fluktuasi harga teh di pasar dunia sempat memberikan keuntungan yang besar pada perusahaan agroindustri teh hitam di Indonesia ketika krisis moneter teIjadi pada tahun 1998. Keadaan ini memberikan tanda periunya melakukan manajemen produksi yang baik dan efisien bagi perusahaan agroindustri teh hitam untuk dapat mempertahankan eksistensinya bahkan meningkatkan kineIja manajerial dan tingkat keuntungannya. Salah satu unsur manajemen produksi yang berperan dalam kelancaran produksi teh hitam adalah penanganan aliran bahan (material handling). Penanganan ali ran bahan dalam proses produksi teh hitam sampai saat ini belum menjadi perhatian utama perusahaan dalam kebijakan manajemen produksinya, padahal penanganan aliran bahan secara tidak lang sung dapat menentukan jumlah pengeluaran biaya dan tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan. Permasalahan dan tujuan penelitian yang timbul dalam kaitannya dengan hal tersebut yaitu untuk mengetahui dan mengkaji : 1). Pola aliran bahan yang dilakukan di pabrik dalam proses pengolahan teh hitam, 2). Pengaruh tata letak mesin di pabrik teh hitam terhadap efisiensi penanganan aliran bahan, dan 3). Keadaan penanganan aliran bahan yang teIjadi jika ditinjau melalui pendekatan manajemen produksi dan pendekatan biaya. Penelitian dilaksanakan di pabrik teh hitam Gambung yang bertempat di PPTK (Pusat Penelitian Teh dan Kina) Gambung, Kabupaten Bandung - Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih secara sengaja, dengan pertimbangan bahwa PPTK Gambung merupakan pusat penelitian dan pengembangan teh serta salah satu sentra produksi dan pengolahan teh di Indonesia. Sedangkan waktu penelitian dilakukan sekitar dua bulan yaitu akhir bulan April sampai dengan akhir bulan Juni 1999. Data yang disusun diperoleh dari data sekunder dan primer yang selanjutnya dianalisis secara manual dan komputerisasi, yaitu melalui program LINDO. Berdasarkan urutan kegiatannya, pengolahan teh hitam Gambung dibagi menjadi empat tahap utama yaitu : Pelayuan; Penggilingan - Sortasi Basah - Oksidasi Enzimatis; Pengeringan, dan Sortasi Kering - Penyimpanan - Pengemasan .. Teh hitam Gambung Mutu I terdiri dari : 344.4 Kgjenis BOP, 393.6 Kgjenis BOPF, 393.6 Kg jenis PF I, 49.2 Kg jenis BP I, 98.4 Kg jenis BT I, dan 344.4 Kg jenis Dust 1. Teh hitam Gambung Mutu IT terdiri dari : 78.2 Kg jenis PF IT, 39.1 Kg jenis BP II, 50.6 Kg jenis BT II, 124.2 Kg jenis Dust II, 145.2 Kg jenis BBL, dan 39.1 Kg jenis BTL. Pada bagian pelayuan pola aliran yang terjadi yaitu pola U, teh hasil pelayuan berada pada lokasi yang berdekatan dengan awal proses. Pada bagian penggilingan pola aliran yang dilakukan adalah pola zig - zag. Aliran bahan banyak terganggu oleh kehadiran mesin - mesin yang tidak digunakan. Pada bagian pengeringan, aliran bahan yang digunakan yaitu pola lurus. Kedua mesin pengering yang digunakan diletakkan sejajar. Pada bagian sortasi kering aliran bahan antar mesin disusun menurut pola sudut ganjil / tak beraturan, keadaan ini cenderung menghasilkan aliran pemindahan bahan yang tidak efisien. Tata letak mesin di pabrik teh hitam Gambung secara keseluruhan telah ditata dengan baik, namun masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu pada bagian proses penggilingan dan sortasi basah jumlah mesin yang ada pada ruangan tersebut relatif banyak namun hanya sebagian yang digunakan, sedangkan luasan ruangan relatif terbatas. Namun pada bagian proses oksidasi enzimatis ruangan yang digunakan relatif lebih leluasa dan berjauhan dengan mesin sortasi basah. Pada proses sortasi kering tata letak mesin disusun terlalu berdekatan dan tidak sistematis dengan aliran teh yang dipindahkan. Hal ini menyebabkan aliran pemindahan teh yang simpang siur bahkan bertabrakan. Keadaan tersebut dapat memperiama waktu pemindahan bahan antar mesin. Sehingga sebaiknya mesin ditata agar ada jalur pemindahan yang dapat memperlancar rute aliran bahan. Input pucuk teh basah sebesar 9800 Kg menghasilkan teh hitam Mutu I sebesar 1623.6 Kg (77.31 persen) dan 476.4 Kg (22.69 persen) teh hitam Mutu II. Jumlah waktu pemindahan optimal untuk teh hitam Mutu I adalah 11.08 jam atau per kilogram teh yang dipindahkan membutuhkan waktu sebesar 0.41 menit. Sedangkan untuk teh hitam Mutu II jumlah waktu pemindahan optimalnya adalah 9.92 jam atau 1.25 menit / Kg teh yang dipindahkan. Berdasarkan upah keIja pabrik per jam sebesar Rp. 825 ,- pemindahan aliran bahan untuk teh hitam Mutu I menghasilkan jumlah nominal sebesar Rp. 9141,- atau Rp. 5.63 / Kg teh hitam Mutu I yang dipindahkan. Sedangkan teh hitam Mutu II membutuhkan biaya sebesar Rp. 17.18/ Kg atau Rp. 8184,- untuk seluruh teh hitam Mutu II yang dihasilkan. Perbandingan jumlah produksi yang dihasilkan untuk teh hitam Mutu I adalah 3.4 kali jumlah teh hitam Mutu II sedangkan jumlah waktu dan biaya pemindahan per kilogramnya hampir sepertiga kali teh hitam Mutu II. Hal sebaliknya teIjadi pada teh hitam Mutu II, yaitu jumlah produksinya hanya sepertiga kali teh hitam Mutu I sedangkan waktu dan biaya pemindahannya mencapai tiga kali teh hitam Mutu 1. Jumlah seluruh waktu dan biaya pemindahan optimal antara teh hitam Mutu I dengan Mutu II temyata perbedaannya tiditk terlampau besar, bahkan hanya sebesar 5.5 persen. Perbedaan yang relatif kecil ini sangat ironis sekali dengan perbedaan jumlah waktu dan biaya pemindahan per kilogramnya yang sebesar 50.6 persen. Perbandingan jumlah produksi, waktu dan biaya pemindahan pada kedua jenis teh hitam tersebut dengan keadaan proses produksi yang relatif sarna, dapat mengisyaratkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara tingkat efisiensinya. Berdasarkan tinjauan tersebut dapat dikatakan bahwa penanganan ali ran bahan untuk teh hitam Mutu I lebih efisien jika dibandingkan dengan teh hit am Mutu