Pemuda Sektor Informal di Kota Pinggiran dan Kebutuhan Pendidikannya (Kasus Pemuda Sektor Informal di Cibinong)
Abstract
Sektor informal merupakan sektor yang cukup penting diperhatikan, karena sektor ini dapat menyerap banyak tenaga keIja yang tidak terserap di sektor formal. Faktor-faktor yang menjadi penyebab maraknya sektor informal di perkotaan adalah kurangnya minat dari pemuda tani untuk bekeIja di sektor pertanian dan lebih memilih kota sebagai temp at pencarian nafkah utama, disamping itu karena adanya penyempitan lahan pertanian di desa. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui keadaan pemuda sektor informal, dalam hal a) persepsinya terhadap usaha yang dijalankan, (b) tingkat pendapatan, (c ) tingkat pendidikan, (d ) persepsi tentang kesempatan keIja, (e) status sosial ekonomi keluarga. 2) Mengetahui kemampuan yang diinginkan dalam, (a) pengembangan sikap kewiraswastaan, (b) pengakuan dari pemerintah dan instansi swasta. 3) Mengetahui kemampuan pada saat ini dalam hal, ( a) sikap kewiraswastaan, (b) pengakuan dari pemerintah dan instansi swasta. 4) Mengetahui pengaruh persepsi pemuda sektor informal mengenai usaha dan tingkat pendapatannya, terhadap kemampuan yang diinginkannya. 5) Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, persepsi kesempatan keIja, dan status sosial ekonomi orang tua terhadap kenyataan yang ada atau kemampuannya pada saat ini. 6) Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan pemuda sektor informal terhadap pengembangan usahanya. Penelitian dilakukan di kota pinggiran Cibinong (Jawa Barat), khususnya kelurahan Ciriung, Cirimekar dan Pabuaran. Sampel penelitian ini adalah 30 orang pemuda pedagang makanan keliling maupun menetap, pedagang koran, tukang ojek motor, dan sejenisnya. Kemampuan yang diinginkan terbukti dipengaruhi oleh persepsi pemuda sektor informal terhadap usahanya dan tingkat pendapatan yang diterimanya dari hasil usaha tersebut. Kemampuannya pada saat ini tidak terbukti dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, persepsi tentang kesempatan kerja dan status so sial ekonomi keluarga. Hal ini berarti bahwa tidak berbeda nyata antara pemuda sektor informal yang berpendidikan tinggi dengan yang rendah, tidak berbeda antara pemuda yang memiliki persepsi tentang kesempatan kerja baik dengan yang buruk., serta tidak berpengaruh antara orang tua berstatus sosial baik dengan yang buruk. Pada dasamya pemuda sektor informal memerlukan pembinaan untuk mempertahankan dan meningkatkan keberadaannya. Kebutuhan pendidikan merupakan pengurangan antara nilai kemampuan yang diperlukan dengan nilai kemampuannya pada saat ini. Pembinaan pemuda sektor informal di perkotaan tidak selalu harus disesuaikan dengan jenis usaha yang sedang dijalankannya. Hal tersebut terlihat untuk responden yang memiliki tingkat pendidikan SLTA ke atas. Bagi mereka bekerja di sektor informal bukan pilihannya, karena keinginan utamanya adalah menjadi pekerja yang layak di sektor formal.