Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya, Profil Suhu Udara Dan Akumulasi Panas Tanaman Soba (Fagopyrum Esculentum Moench.) Di Data Ran Tinggi Pasir Sarongge, Cianjur - Jawa Barat
Abstract
Soba tergolong tanaman temperate dan sUbtropik, namun dapat juga tumbuh baik pada elevasi tinggi di daerah tropik. Dalam usaha pengembangan tanaman ini di Indonesia diperlukan adanya kajian mengenai kondisi lingkungan yang cocok bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Percobaan penanaman soba dilakukan di dataran tinggi Pasir Sarongge, Cianjur-Jawa Barat. Dalam percobaan ini digunakan tiga perlal.:uan yaitu perbedaan pemupukan, populasi dan kultivar. Unsur-unsur iklim sekitar pertanaman yang diamati meliputi profil suhu udara, suhu daun dan radiasi surya. Perbedaan taraf pemupukan (diberi pupuk NPK dan tanpa pupuk) serta populasi ( 100 tanaman m" dan 150 tanaman m") tidak mempengaruhi perkembangan tanaman soba, tetapi dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman. Periode hidup tanaman soba untuk kedua kultivar relatif sarna, yaitu selama 55 HST dengan total akumulasi panas sebesar 908,9 °c h pada kultivar Kitawase dan 901,4 °c h untuk kultivar Hitachi. . Nilai indeks luas daun (lLD) tanaman soba pada kedua kultivar menunjukkan ILD populasi rapat (P2) lebih besar dibandingkan populasi renggang (P 1). Peningkatan ILD dapat meningkatkan persentase intersepsi radiasi matahari, sehingga dapat mempengaruhi besamya efisiensi pemanfaatan radiasi surya (EPR). Untuk perbedaan taraf perlakuan pemupukan dan populasi yang diberikan pada kedua kuitivar, hasil penelitian menunjukkan bahwa Kultivar Kitawase (VI) lebih efisien dalam penggunaan radiasi surya dibandingkan kultivar Hitachi (V2). Besamya EPR VI 5,579 g Mr' sedangkan V2 3,905 g Mr'. Pola suhu udara harian sekitar pertanaman mengikuti pergerakan surya. Saat kondisi cuaca eerah terdapat peningkatan suhu untuk seliap kenaikan 20 em sekitar O,l°C dan perbedaan antara suhu daun dengan suhu udara relatif besar yang menunjukkan tanaman sedang rnengalami cekaman panas. Sementara saat berawan, mendung atau menjelang hujan tidak te~adi demikian . .-\danya perbedaan populasi dan kultivar berpengaruh terhadap berat biji per tanaman (Wbj). Nilai Wbj pada PI lebih besar dibandingkan P2. Rata-rata Wbj VI juga lebih besar dibandingkan V2, sehingga besamya indeks panen VI lebih tinggi dibandingkan V2. Selain itu, perhitungan potensi hasil tanaman saba menunjukkan bahwa daerah Pasir Sarongge - Cianjur merupakan tempat yang cukup potensial untuk penanaman saba terutama untuk kultivar Kitawase.