Beberapa Penyakit Utama Dalam Usaha Budidaya Rusa (Cervus Spp)
Abstract
Dalam rangka diversifikasi pangan "untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani, semua pihak termasuk pemerintah berusaha menciptakan dan mengembangkan berbagai alternatif. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah budidaya rusa (Cervus spp). Kegiatan budidaya ini selain mempunyai nilai komersil, juga akan mendukung pelestarian plasma nutfah Indonesia (Semiadi, 1998 ; Saragih, -1>.. :,\' 2000). .: Indonesia memiliki 4 spesies rusa yang tersebar luas di seluruh tanah air. Selain itu terdapat satu spesies rusa• asal "india yang juga telah beradaptasi dengan baik di Indonesia (Semiadi, 1998). Rusa Timor (Cervus timorensis ) dan Rusa Sambar (Cervus unic%r) adalah dua spesies rusa yang mungkin dikembangkan ke arah budidaya peternakan. Hal ini didukung oleh populasi dan penyebarannya yang luas serta daya adaptasi dan reproduksinya yang cukup tinggi. Keberhasilan perkembangbiakan di kebun binatang dan beberapa tempat penangkaran bisa menjadi parameter untuk mengembangkan rusa ke arah budidaya yang intensif atau peternakan di Indonesia (Semiadi, 1998 ; Saragih, 2000 ; Thohari, 2000). Peternakan rusa telah dikenal dan berkembang semenjak lama di luar negeri, terutama di daerah-daerah sub-tropis seperti Australia, New Zealand, Cina, Amerika dan lain-lain. Penelitian yang dilakukan di New Zealand menujukkan bahwa, peternakan rusa di negara tersebut menjadi penyumbang devisa terbesar dibandingkan dengan peternakan sapi potong, sapi perah dan domba (Subekti, 1995 do/am Aliambar 2000). Kasus Capture Myophathy sering terjadi di berbagai temp at penangkaran rusa baik di Indonesia maupun di luar negeri. Hal ini disebabkan karena hewan tersebut mudah mengalami stres, dan penanganan yang dilakukan tidak hati-hati. Sind rom yang kelihatan adalah, kematian mendadak dan tiba-tiba, tanpa diketahui gejalanya IJl terIebih dulu. Kasus ini terjadi setelah penangkapan dan pembiusan untuk memindahkan hewan-hewan tersebut ke lokasi baru dari habitatnya. Untuk mencegah masalah ini perIu penanganan yang baik dan hati-hati, karena sampaJ sekarang belum ditemukan prosedur yang efektif untuk pengobatan jika telah timbul kasus (Spraker, 1993 ; Aliambar, 2000). Rusa seperti ruminansia lainnya, bisa terinfeksi berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, ektoparasit dan endoparasit. Penyakit virus yang sering dilaporkan adalah Malignant Catarrhal Fever, Blue Tongue, Epizootic Hemorrhagic Disease dan Chronic Wasting Disease. Kejadian penyakit virus bisa ditularkan dari ternak domestik seperti sapi dan do mba, serta pakan tambahan yang tercemar virus tersebut (Reenen, 1982 ; Tapscott, 1998). Penyakit bakteri yang sering dilaporkan adalah : Penyakit Anthrax, Bruselosis, ParatuberkulosisUon;s Disease, Yersiniosis dan Salmonelosis. Penyakit -penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut bersifat zoonosis (Reenen, 1982 ; Direktorat Bina Kesehatan Hewan, 1993 ; Akoso, 1996 ; Tapscott, 1998). Ektoparasit yang cukup berbahaya bagi rusa maupun hewan lainnya, termasuk manusia adalah Tick Paralysis yang disebabkan oleh gigitan caplak Dermacentor variabilis. Gigitan caplak tersebut bisa menimbulkan kematian mend adak pada induk semang. Infeksi cacing secara umum menyebabkan penurunan kondisi hewan yang bersangkutan (Reenen, 1982; Fowler, 1993). Adanya informasi tentang penyakit yang bisa menginfeksi rusa ini, diharapkan akan membantu para peternak rusa di Indonesia. Sehingga persiapan dan antisipasi bisa dilakukan sedini mungkin untuk menghindari resiko penyakit, dalam upaya mencapai nilai ekonomis yang tinggi pada suatu usaha peternakan.