Manfaat Penerapan Sistem Mutu di Unit Perkebunan Karet Sukamaju PT. Perkebunan Nusantara VIII Sukabumi, Jawa Barat
Abstract
Dalam menghadapi perdagangan bebas beberapa persiapan perlu dilakukan dan diantisipasi 01eh pemerintah Indonesia. Terbukanya pasar negara maju di mana akan terjadi penurunan tarif akan memberi peluang bagi negara berkembang untuk dapat menembus access pasar tersebut. Untuk dapat menembus pasar negara maju tersebut daya saing komoditi kita perlu ditingkatkan dengan berbagai cara, yang antara lain cukup penting ialah penerapan standar sistem mutu yang deviasinya sekecil mungkin dibandingkan dengan standar mutu internasional. Penerapan standar tersebut perJu didukung oleh infra struktur yang lengkap termasuk sist"!m mutu yang disesuaikan dengan ketentuan internasional. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. I 081MPPlKep/SIl 996 dan Surat Keputusan No. 164/MPP/Kep/6/1996, pengawasan mutu produk ekspor dilaksanakan melalui sertifikasi dalam bentuk Sertifikat Kesesuaian Mutu (SM) atau Sertifikat Produk. Sebagai persyaratan untuk menerbitkan sertifikat produk, maka perusahaan harus sudah menerapkan salah satu dari Modul Sistem Mutu. Dengan demikian PT. Perkebunan Nusantara VIII menerapkan Sistem Mutu Modul I (SMM-l). SMM-l merupakan salah satu seri modul dari lima modul yang ditetapkan oleh Dewan Standardisasi Nasional pada tahun 1992. Sistem mutu ini merupakan ancangan dan cernaan (ado psi) dari ISO 9002 yang lebih diperlunak yang disesuaikan dengan keberadaan industri Indonesia dalam rangka mencapai tingkat ISO 9000 series. PT. Perkebunan Nusantara VIII merupakan BUMN Perkebunan yang bidang usahanya meliputi budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan berupa karet, teh, kelapa sawit, gutta percha, kakao dan kelapa. Perkebunan Karet memproduksi RSS (Sit) dan Karet Jenis Crumb Rubber (SIR), Pabrik karet jenis SIR terdapat di 3 kebun yang tersebar di 3 wilayah yaitu 1 pabrik di Wilayah I (Bojongdatar), 1 pabrik di Wilayah II (Sukamaju) dan 1 pabrik di Wilayah IV (Cikumpay). Tempat penelitian dilaksanakan di Unit Perkebunan Sukamaju secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perkebunanJperusahaan ini sudah mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI dan ketersediaan data yang diperlukan. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi perusahaan sebelum dan sesudah menerapkan SMM -1, kendala-kendala yang dihadapi perusahaan serta manfaat yang diperoleh perusahaan dengan diterapkannya SMM-l tersebut. Untuk menjawab kedua tujuan pertama digunakan pendekatan deskriptif dan kualitatif, sedangkan untuk menjawab tujuan ketiga digunakan pendekatan AnalWeal Hirarey Process CARP) dengan menggunakan hasil olahan pengisian kuesioner dari tiga orang responden yang tergabung dalam sekretariat pengendalian sistem mutu modul I tingkat kebun yaitu wakil manajemen, ketua dan sekretaris. Sebelum menerapkan SMM-l perusahaan sudah melakukan pengendalian mutu terhadap produk, namun pengendalian ini hanya ditujukan pada proses akhir yaitu hasil uji produk akhir. Sedangkan pada saat ini, mutu produk tidak lagi dapat dibuktikan dengan hasil uji produk akhir yang memenuhi syarat, tetapi diperlukan bukti lain berupa sertifikat yang menyatakan bahwa sistem mutu yang ditetapkan dalam membuat produk tersebut menjamin mutu produk akhir yang akan selalu baik. Dalam menerapkan SMM-l ini perusahaan menghadapi beberapa kendala antara lain: budaya kerja, sumberdaya manusia dan faktor sarana pengolahan. Namun demikian, perusahaan sudah melakukan langkah perbaikan yaitu dengan diadakannya pelatihan, kursus, mengikuti seminar dan perbaikan terhadap sarana pengolahan yang kurang produktif. Awalnya penerapan SMM-l menjadi beban bagi para karyawan, karena karyawan harus mengerjakan tugasnya berdasarkan tata cara dan ketentuan yang ditetapkan, namun sekarang karyawan sudah terbiasa dengan tata cara tersebut sehingga karyawan dapat bekerja dengan baik dan terarah. Semua dokumen dan prosedur dapat ditata dengan baik. Selain itu pula pabrik menjadi jauh lebih bersih dan rapih, mesin-mesin terawat dengan baik. Prosedur pelaporan catatan ketidaksesuaian (Non Conforming Notes, NCN) untuk permintaan tindakan perbaikan (Corrective Actions) kepada kebun, menjadi umpan balik yang baik terhadap permasalahan bahan baku yang dikirim ke pabrik. Analisis manfaat penerapan SMM-l menunjukkan bahwa manfaat terbesar diperoleh pihak internal perusahaan yakni dari akumulasi manfaat yang diperoleh oleh perusahaan, produk dan pekerja sebesar 83 persen. Sedangkan yang diperoleh pihak luar perusahaan hanya sebesar 17 persen, hasil akumulasi manfaat dari pembeli dan pemasok. Sistem hirarki analisis manfaat penerapan S:tvIM-l menunjukkan penerapan SMM-l memiliki manfaat jangka panjang yang lebih besar (78,2%) dari pada manfaatjangka pendek (21,8%). Dengan total rasio inkonsistensi sistem seb(Csar 0,03 yang berarti bahwa keputusan dalam sistem ini dapat diterima (Valid) dengan kata lain tidak melebihi standar inkonsistensi yang ditetapkan sebesar 0,1. Mengingat manfaat penerapan S:tvIM-l lebih dapat dirasakan pada jangka panjang dibandingkan jangka pendek, maka perusahaan perlu menjalankan sistom mutu ini dengan konsisten dan berkesinambungan agar manfaat dapat seg ,ra dirasakan. Disamping itu pula perusahaan sudah selayaknya mempersiapkan diri untuk meningkatkan sistem mutunya untuk dapa! menerapkan ISO 9000, nalmun untuk menerapkan ISO 9000 perlu kajian yang mendetail mengenai manfaat dan biayanya.