Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor panili indonesia
Abstract
Panili (Vanilla planijolia, Andrews) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi sehingga di pasaran internasional panili disebut sebagai emas hijau atau green gold. Walaupun panili hanya mempunyai kontribusi yang relatif lebih kecil terhadap total ekspor non-migas dan total ekspor komoditi pertanian Indonesia, namun cukup besar sumbangannya terhadap penerimaan devisa negara. Komoditi panili di dalam dunia perdagangan menghadapi beberapa persoalan yang meliputi aspek produksi (dipengaruhi oleh iklim dan teknik budidaya), aspek perdagangan dalam negeri (dipengaruhi oleh harga domestik dan konsumsi domestik) serta aspek perdagangan luar negeri (dipengaruhi oleh fluktuasi permintaan yang inelastis dan perdagangan produk substitusi di luar negeri). Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menganalisis perkembangan pengusahaan panili di Indonesia, (2) perkembangan ekspor panili Indonesia ke Amerika Serikat dan Eropa dan (3) faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor panili Indonesia ke Amerika Serikat dan Eropa. Perkembangan pengusahaan panili yang meliputi perkembangan luas areal dan produksi panili Indonesia serta perkembangan ekspor panili Indonesia ke Amerika Serikat dan Eropa dia.l1.alisa secara deskriptif dengan tabulasi, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor panili Indonesia ke pasar internasional dianalisis dengan menggunakan regresi berganda dengan model persamaan tunggal untuk masing-masing pasar negara tujuan Amerika Serikat dan Eropa dan diduga dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dengan deret waktu (lime series) dari tahun 1980-1997. Tanaman panili dikembangkan dan diusahakan oleh Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta. Luas areal Perkebunan Rakyat mencapai 98.94 persen dari total keseluruhan luas areal perkebunan panili sementara produksinya mencapai 99.27 persen dari produksi total panili Indonesia. Perkebunan Besar Swasta mencapai luas areal I. 05 persen dari total keseluruhan luas areal perkebunan panili dengan produksi 0.73 persen dari produksi total panili Indonesia sedangkan sisanya sebesar 0.01 persen merupakan luas Perkebunan Besar Negara. Selama kurun waktu 1980-1999 pertumbuhan luas areal perkebunan panili rata-rata pertahun meningkat sebesar 10.99 persen dan pertumbuhan produksi ratarata meningkat sebesar 9.33 persen. Selama periode tahun 1980-1997, pertumbuhan volume ekspor rata-rata dan nilai ekspor rata-rata pertahun panili Indonesia terbesar pada pasar Eropa (63.29 dan 52.59 persen) diikuti pasar Amerika Serikat (15.19 dan 20.12 persen). Pada periode yang sarna pangsa volume dan nilai ekspor panili terhadap volume dan nilai ekspor total panili Indonesia terbesar pada pasar Amerika Serikat mencapai 88.64 dan 85.95 persen kemudian pada pasar Eropa yang mencapai 5.75 dan 7.70 persen, sehingga pasar Eropa mempunyai peluang yang besar untuk ditingkatkan pertumbuhan pangs a ekspornya terhadap total volume ekspor panili Indonesia. Hasil dugaan model penawaran ekspor panili Indonesia ke Amerika Serikat menunjukan bahwa semua tanda parameter dugaan peubah bebas seperti produksi domestik panili Indonesia, harga ekspor panili Indonesia di pasar New York, harga panili sintesis di pasar New York, nilai tukar riel efektif rupiah terhadap dollar Amerika dan volume ekspor tahun sebelumnya sesuai dengan hipotesis. Sedangkan pada ekspor panili Indonesia ke Eropa, tanda parameter dugaan nilai tukar efektif riel rupiah terhadap dollar Amerika tidak sesuai dengan hipotesis. Volume ekspor panili Indonesia ke Amerika Serikat tidak responsif terhadap perubahan semua parameter dugaan sedangkan volume ekspor panili Indonesia ke Eropa responsif terhadap perubahan harga ekspor panili Indonesia di pasar London dan perubahan harga panili sintesis di pasar London serta tidak responsif terhadap perubahan produksi domestik panili Indonesia, nilai tukar riel efektif rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan perubahan volume ekspor tahun sebelumnya. Sehingga secara agregat volume perdagangan ekspor panili Indonesia ke Eropa lebih responsif daripada volume perdagangan ekspor panili Indonesia ke Amerika Serikat. Untuk meningkatkan produksi panili, maka perlu adanya perbaikan teknik budidaya dan pemberantasan hama penyakit melalui pembinaan dan penyuluhan kepada petani secara terpadu dan berkala sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya. Untuk meningkatkan posisi tawar-menawar panili Indonesia di pasaran internasional, maka perlu peningkatan mutu melalui penanganan pasca panen yang lebih baik karena mutu sangat mempengaruhi harga yang akan diterima baik oleh petani maupun eksportir. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini masih bersifat agregat sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih spesifik. Dari sisi produksi, perlu dilakukan penelitian berdasarkan wilayah sentra produksi (Bali, Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Utara). Respesifikasi dari model yang telah diduga dapat dilakukan bagi penelitian lebih lanjut dengan mengganti atau menambah peubah-peubah lain yang lebih relevan seperti luas areal penanaman, harga panili domestik, pendapatan perkapita dan pengaruh volume ekspor dari negara eksportir lainnya.