Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem Pertanian Terpadu
Abstract
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin berkurangnya lahan pertanian, dilakukan usaha untuk meningkatkan produksi pertanian. Sejalan dengan kemajuan teknologi, munculah penggunaan varietas unggul, pupuk kimia, pestisida, dan bahan kimia lainnya serta mesin-mesin pertanian sebagai usaha untuk meningkatkan produksi pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan. Usaha yang dilakukan ini dikenal dengan sistem pertanian modern. Dalam perjalanannya sistem pertanian modern tidak dapat menjamin keberlanjutan pertanian karena tidak ramah lingkungan. Sistem pertanian modern mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekologis yang mekanismenya dikendalikan oleh hukum alam. Untuk menjaga pertanian tetap berkelanjutan dan ramah lingkungan diperlukan suatu sistem pertanian yang memanfaatkan penggunaan sumber daya lokal secara optimal serta penggunaan masukan seperti pupuk dan pestisida yang ramah lingkungan. Selain itu, untuk mengurangi penggunaan masukan luar dilakukan usaha pemanfaatan limbah dari tanaman, ternak, dan ikan menjadi masukan bagi produksi pertanian. Namun, untuk memenuhi kebutuhan pangan yang meningkat diperlukan produksi pertanian yang berkelanjutan dan mempunyai produktivitas optimal. Padahal, untuk mendapatkan produksi yang optimal sering kali petani dihadapkan pada kepemilikan lahan yang sempit sehingga diperlukan usaha mengoptimalkan lahan pertanian yang sempit sebagai lahan pertanian yang produktif dengan sistem pertanian yang ramah lingkungan. Sistem pertanian yang ramah lingkungan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah sistem pertanian terpadu dengan konsep LEISA (low-external-input and sustainable agriculture). LEISA merupakan sistem pertanian terpadu yang memanfaatkan limbah produksi pertanian sebagai masukan sehingga mengurangi penggunaan masukan luar. Limbah dari produksi pertanian meliputi kotoran ternak serta limbah organik dari tanaman. Dusun Teluk Waru mempunyai penduduk yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani, tetapi sebagian besar mempunyai lahan pertanian yang sempit, yaitu kurang dari 0,5 ha. Untuk memenuhi kebutuhan bulanan, warga tidak dapat mengandalkan dari produksi lahan pertaniannya sehingga mereka masih mempunyai pekerjaan sampingan. Pekarangan menjadi lahan potensial untuk diusahakan sebagai lahan pertanian yang produktif karena lokasinya yang dekat dengan rumah sehingga mudah dalam pengelolaannya. Warga Dusun Teluk Waru belum memanfaatkan pekarangan secara optimal. Untuk mengoptimalkan pekarangan dibuatlah rencana lanskap pekarangan dengan sistem pertanian terpadu berkonsep LEISA yang diharapkan mampu mencukupi kebutuhan bulanan warga Dusun Teluk Waru. Dalam usaha mengoptimalkan pekarangan direncanakan dua alternatif usaha tani. Alternatif 1 mengusahakan jagung (172 m2), kacang merah (172 m2), kacang panjang (172 m2), cabai merah (172 m2), talas (24 m2), ubi jalar (24 m2), sengon (172 m2), kambing (5 ekor), ayam kampung (50 ekor), dan ikan lele (1250 ekor). Alternatif 2 mengusahakan jagung (100 m2), kacang merah (100 m2), kacang panjang (100 m2), cabai merah (100 m2), talas (42 m2), ubi jalar (42 m2), pisang (24 pohon), singkong (42 m2), kambing (5 ekor), ayam kampung (100 ekor), dan ikan lele (1250 ekor). Dari hasil perencanaan lanskap pekarangan dengan sistem pertanian terpadu pada pekarangan warga di Dusun Teluk Waru dengan luas lahan 350 m2 diperoleh hasil analisis kelayakan finansial usaha tani Alternatif 1 dengan NPV sebesar Rp 45.261.784,00, IRR sebesar 111%, dan Net B/C 3,49. Usaha tani Alternatif 1 layak untuk dijalankan karena mempunyai NPV>0, IRR di atas suku bunga 20%, dan Net B/C>1. Hasil analisis kelayakan finansial usaha tani Alternatif 2 diperoleh NPV sebesar Rp 72.128.612,00, IRR sebesar 137%, dan Net B/C 4,28. Usaha tani Alternatif 2 layak pula untuk dijalankan karena mempunyai NPV>0, IRR di atas suku bunga 20%, dan Net B/C>1. Nilai produksi dari usaha tani Aternatif 1 dan Alternatif 2 masingmasing sebesar Rp 34.059.280,00 dan Rp 47.990.994,00 per tahun. Keuntungan usaha tani di pekarangan Alternatif 1 dan Alternatif 2 masing-masing adalah Rp 27.393.751,00 dan Rp 38.841.848,00 per tahun atau Rp Rp 2.282.816,00 dan Rp 3.236.821,00 per bulan. Keuntungan yang diperoleh dari produksi pekarangan dapat mencukupi kebutuhan keluarga petani karena masih di atas kebutuhan bulanan keluarga petani sebesar Rp 1.284.450,00 atau Rp 13.742.045,00 per tahun. Untuk mencukupi kebutuhan hidup bulanan petani usaha tani Alternatif 1 dan Alternatif 2 masing-masing membutuhkan luas lahan minimum 175,57 m2 dan 123,83 m2. Luas lahan ini lebih kecil daripada luas kepemilikan lahan ratarata petani setempat.
Collections
- UT - Landscape Architecture [1259]

