Penyelamatan Embrio Hasil Persilangan Kacang Hijau (vigna radiata (l).wilczek.) Dengan Kerabat Liarnya Melalui Kultur In-Vitro
Abstract
Penyakit kudis pada kacang hijau telah menyebabkan kehilangan hasil panen kira-kira sebesar 60 %. Saat ini, usaha pemulian kacang hijau dikembangkan untuk menghasilkan galur baru yang tahan terhadap penyakit kudis dengan menyilangkan kacang hijau dengan kacang hitam. Persilangan antara kacang hijau dengan kacang hitam menghasilkan biji FI berbentuk tidak normal dengan kulit biji pecah, kotiledon merekah keluar serta biji tidak terisi penuh. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh umur eksplan dan komposisi media terhadap perturnbuhan embrio hasil persilangan pada media in-vitro sehingga diperoleh kecambah normal yang dapat digunakan sebagai bibit untuk induk tanaman pada persilangan berikutnya. Penelitian dilakukan pada tahun 2002 di Laboratorium Kultur Jaringan BB BlOGEN, Cimanggu Bogor. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor yaitu umur eksplan dengan dua taraf yaitu Al = umur eksplan 7 hari setelah persilangan (HSP), A2 = umur eksplan 14 HSP dan komposisi media kultur dengan tiga taraf yaitu: KO = MS, lAA ImJ/L, kinetin 0.2mJ/L KI = MS, lAA ImJ/L, kinetin 0.2mllL, casein hydrolysat (CH) 500 mglL tanpa penyimpanan, K2 = MS, lAA I milL, kinetin 0.2mJ/L, casein hydrolysat (CH) 500mgIL dengan penyimpanan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan umur eksplan embrio 14 HSP berbeda nyata dengan umur eksplan 7 HSP, pada keserempakan tumbuh hipokotil, epikotil dan kalus. Demikian juga, pada paujang hipokotil, panjang epikotil dan jumlah cabang akar, sehingga menghasilkan persentase kecambah normal yang diaklimatisasi sebesar 37 %. Perlakuan komposisi media MS lAA I mglL, kinetin 0.2 mglL, CH 500 mglL dengan penyimpanan (K2) menunjukan pengaruh yang berbeda dengan perlakuan media lainnya, terhadap penekanan kalus. Media tersebut menghasilkan persentase kecambah normal tertinggi sebesar 68 %. Pengaruh interaksi perlakuan nyata terhadap keserempakan tumbuh hipokotil, epikotil, panjang hipokotil adan epikotil. Kombinasi perlakuan A2K2 menghasilkan panjang hipokotil dan epikotil lebih baik dari pada perlakuan lainnya sehingga menghasilkan persentase kecambah normal sebesar 89 %.