Pengaruh Famili Dan Dosis Kapur Dolomit Pada Uji Keturunan Half-sib Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Di Taman Rutan Clkabayan Ipb
Abstract
Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu usaha untuk penyediaan kayu dan hasil hutan lainnya sebagai bahan baku industri, oleh karena itu perlu dipilih jenis pohon yang cepat tumbuh. Menurut Atmosuseno (1994), pemilihan pohon sengoR (Paraserianthes falcataria) untuk dibudidayakan baik dalam skala besar (HTI) maupun dalam skala kedl (taoaman rakyat) 5angat sesuai. karena memiliki beberapa kelebihan antara lain: masa masak tehang relatif pendek, pengelolaan relatif mudah, persyaratan tempat tumbuh tidak: rumit, kayunya serbaguna, pennintaan terus meningkat, membantu menyuburkan tanah dan membantu kualitas lahan. Keragaman yang tinggi merupakan salah satu kendala di dalam pembangunan HTI. Keragaman menunjukkan adanya variasi atau perbedaan dalam sifat suatu jenis pohon. Menurut Soerianegara dan Djamhuri (1979), dalam suatu jenis pohon dapat dijumpai keragaman geografis, keragaman lokal, keragaman antar pohon serta keragaman dalam pahon. Selanjutnya dikemukakan bahwa keragaman ini disebabkan oleh perbedaan keadaan lingkungan dan perbedaan susunan genetik. Kegiatan pemuliaan pohon merupakan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, yang salah satu kegiatannya berupa kegiatan uji keturunan, dimana dari kegiatan ini akan menghasilkan tegakan produksi yang memadai dari segi keseragaman populasi , kualitas tegakan dan riap yang tinggi. Famili-famili yang diteliti dalam penelitian ini merupakan tanaman yang benihnya diambil dari satu pohon induk sengon, yang selanjutnya disebut famili. Famili diketahui untuk kepentingan seleksi yang merupakan kerabat antar individu pohon. Pembagian beberapa famili dilakukan secara umum dan khusus sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Banyaknya famili dari suatu jenis merupakan dasar yang penting untuk mengetahui perbedaan antar individu pohon (Lawrence, 1959). Keragaman antar famili dan pendugaan nilai heritabilitas diteliti lebih lanjut untuk menduga mutu genetik tanaman. Keragaman ini akan menunjukkan pengaruh pohon induk terhadap pertumbuhan anaknya. Diharapkan dari nilai heritabilitas yang didapat lebih merupakan pengaruh pohon induk atau pengaruh genetik dari pacta faktor lingkungan tempat tumbuhnya. Pada umumnya lokasi tempat membangun HTI mempunyai pH tanah yang rendah. Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan pH tanah di kawasan hutan tersebut yaitu dengan tindakan pengapuran. Pengapuran diharapkan kisaran pH tanah akan mendekati nonnal yang cocok untuk ketersediaan unsur hara dan pertumbuhan tanaman pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh famili dan dosis kapur dolomit pada uji keturunan Half-Sib Sengon (Paraserianthes/alcataria (l) Nielsen) di Taman HUlan Cikabayan IPS. Untuk mengetahui pengaruh famili dan dosi.; kapur terhadap parameter yang diamati, dilakukan analisis sidik ragam terhadap anakan 20 pohon induk sengon yang selanjutnya disebut famHi, yang berasal dari lima daerah yaitu : Kuningan, Sukabumi, Tasikmalaya, Cianjur, dan Subang. lumlah individu anakan keseluruhan 120 tanaman. analisa menggunakan The SAS System 0/ Variance Procedure dalam Rancangan Acak Lengkap Berblok dengan dua faktor, faktor pertama adalah famili dan faktor kedua adalah dosis kapur. Untuk mengetahui perbedaan antar famm, dilakukan uji beda nyata Duncan (Duncan Multiple RiInge Test) terhadap nilai tengah masing-masing parameter, yaitu tinggi dan diameter tanaman umur I dan 6 bulan. Untuk pendugaan nilai heritabilitas famili dilakukan dengan menghitung komponen ragam melalui nilai kuadrat tengah pada setiap parameter. SeteJah komponen ragam dihitung, maka nilai heritabilitas famili dan individu dapat ditentukan. Untuk memudahkan penentuan famili mana yang terbaik dihitung rangking dati 20 famHi berdasarkan parameter dan tingkat umur yang diamati. Untuk melihat adanya hubungan antar parameter digunakan koefisien korelasi, adanya hubungan yang nyata menunjukkan bahwa penampakan suatu sifat akan dengan mudah diduga oleh sifat lain. HasH penelitian menunjukkan bahwa keragaman famili berpengaruh nyata terhadap tolok ukur yang diamati yaitu tinggi pada umur I dan 6 bulan. sedangkan untuk sifat diameter keragaman famili tidak berpengaruh nyata pada umur I dan 6 bulan. Keragaman karena pengaruh kapur dan interaksi famili dan kapur tidak memherikan pengaruh yang nyata untuk semua tolok ukur dan tingkat umur yang diamati. Famili 04.058 dan lokasi Sukabumi yang tumbuh di blok B (dosis kapUT 0 gr/lb) dan famili 05.013 dari lokasi Cianjur yang tumbuh di Blok C (dosis kapUT 50 gr/lb) memiliki tinggi tanaman umur I dan 6 bulan yang tertinggi dengan nilai rata-rata 93.5 em dan 143.5 em. Tinggi tanaman yang terendah dimiliki oleh famili 15.022 umur I bulan dari lokasi Subang yang ada di Blok B (dosis kapur o gr/lb) dengan nilai rata·rata tinggi 37.25 em dan famili 08.052 umur 6 bulan dari lokasi Tasikmalaya yang ada di blok C (dosis kapur 50 gr/lb) dengan nilai rata-rata tinggi 52.5 em . Famili 08.052 dari lokasi Tasikmalaya yang tumbuh di blok B (dosis kapur 50 gr/lb) dan famili 15.031 dari lokasi Subang yang sarna tumbuh di Blok C (dosis kapur 50 grllb) memiliki diameter tanaman umur I dan 6 bulan yang tertinggi dengan nilai rata-rata 7.85 mm dan 15.3 mm. Diameter tanaman yang terendah dimiliki oleh famili 15.033 umur I bulan dati lokasi Subang yang ada di Blok C (dosis kapur 50 gr/lb) dengan nilai rata-rata diameter 3.95 mm dan famili 05.010 umur 6 bulan dari lokasi Cianjur dengan nilai rata-rata diameter 6.65 mm. Berdasarkan pembuatan rangking I sampai 20 dari setiap tolok ukur dan tingkat umur yang diamat!, maka famili 05.013 dati Jokasi Cianjur dan famili 10.068 dari lokasi Kuningan merupakan famili yang dianggap mempunyai potensi genetik yang paling bagus. Hubungan antarn tinggi dan diameter tanaman pada berbagai tingkat umur yang diamati memiliki hubungan yang kuat karena nilai korelasi yang didapat hampir mendekati I. Hubungan yang paling kuat terdapal pada hubungan tinggi umur 1 bulan dengan diameter umur I bulan dimana nilai korelasinya 0.89 dan tinggi umur 6 bulan dengan diameter umur 6 bulan dimana nilai korelasinya 0.90. Dari hasil perhitungan nilai heritabilitas, diperoleh bahwa nilai heritabilitas individu lebih besar daripada nilai heritabilitas famili dan keduanya menurun seiring dengan pertambahan umur tanaman. Nilai heritabilitas individu dan famili untuk sifat tinggi pada umur J bulan adalah I dan 0.77, dan pada umur 6 bulan adalah 0.61 dan 0.52. Nilai heritabilitas i~d1vidu dan famili untuk sifat diameter pada umur I bulan adalah 0.61 dan 0.52, dan pada umur6 bulan ad.alah 0.07 dan 0.1. Nilai Heritabilitas individu dan famili untuk sifat tinggi selalu lebih besar dari sifat diameter, hal ini menunjukkan bahwa semua potensi genetik tinggi tereskpresikan dengan baik, dan untuk sifat diameter potensi genetik belum semuanya terekspresikan dengan baik. Penelitian sebaiknya dilakukan pada musim penghujan agar reaksi kapur dapat lebih cepat terlihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Vnluk mengetahui pengaruh dari kapur perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu setelah tanaman berumur lebih dari 6 bulan dilapangan. Kegiatan seleksi sebaiknya dilakukan pada saat tanaman berumur I bulan, karena pada saat itu potensi genetik sudah terekspresikan dengan baik.
Collections
- UT - Forest Management [2545]