Penyebaran Dan Pendugaan Keanekaragaman Burung Air Pada Berbagai Tipe Habitat Di Kawasan Segara Anakan, Cilacap
Abstract
Segara Anakan mempakan laguna di daerah muara di Pantai Selatan Jawa T engah. Hutan mangrove yang mengelilingi mempakan kawasan terluas yang masih ada di Pulau Jawa. Sebagai salah satu hutan mangrove yang terluas di Pulau Jawa, Segara Anakan mendukung kekayaan avifauna yang tinggi. Laguna Segara Anakan ini paling sedikit mendukung kehidupan 85 jenis burung termasuk 160· 180 burung bluwok Myctena cinerea, suatu jenis yang terancam punah di seluruh dunia dan paling sedikit 25 bumng bangau tong tong Leptoplilos javaniclIs. Kawasan ini juga dikunjungi oleh jenis migran yang mencan makan di dataran lumpur pasang surut (Erftmeijer et at, 1988). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipe-tipe habitat bumng air di Kawasan Segara Anakan, mengetahui aneaman terhadap kelestanan habitat burung air di Kawasan Segara Anakan. serta membuat model pendugaan keanekaragaman buruog air pada berbagai tipe habitat di Kawasan Segara Anakan. Berdasarkan interpretasl citra satelit dengan memanfaatkan kombinasi saluran 5-4-3 didapatkan hasil bahwa kondisi penutupan di lokasi penelitian pada Juni 2001 sebagian besar adalah kawasan mangrove dan sungai/perairan. Tipe penutupan lainnya yang dapat teridentifikasikasi adalah lahan kosong, tambak, paparan lumpur (mudflat), pemukiman serta vegetasi lain berupa hutan alam, hutan tanaman, sawah, ladang, dan belukar. Kawasan mangrove mendominasi Kawasan Segara Anakan bagian timur, sedangkan sebelah barat merupakan laguna yang beberapa tabun terakhir mengalami proses sedimentasi cukup tinggi sehingga menyebabkan pendangkaJan di perairan laguna Segara Anakan. Kawasan persawahan dan tambak mendominasi Segara Anakan bagian utara. Vegetasi hutan trapis dataran rendah mendominasi Segara Anakan bagian selatan tepatnya di Pulau Nusakambangan. Lokasi yang digunakan sebagai habitat burung air berdasarkan tipe lahan basah di Kawasan Segara Anakan antara lain kawasan muara (Estuarine) meliputi paparan lumpur (mlldjlat) dan hutan mangrove, kawasan sungai (Riverille), kawasan persa.wahan, serta kawasan budidaya tambak. Kawasan mudflat di Segara Anakan sebagian besar terletak di muara sungai. Endapan lumpur tersebut dibawa oleh sungai yang berkumpul membentuk laban bam, sehingga oleh masyarakat setempat disebut sebagai tanah timbul. Kawasan mudflat terletak di wilayah muara Sungai Tritih dan Sungai Donan. paparan lumpur depan Pelabuhan Lohmanis dan di wilayah Klaces. Kawasan laguna Segara Anakan merupakan lokasi yang paling banyak dijadikan sebagai habitat burung air karena hamparan lumpumya mengandung banyak makanan. u.guna Segara Anakan merupakan habitat ikan, udang, kerang totok, kepiting dan biota air lainnya, bahkan kawasan itu merupakan tempat pemijahan dan pengasuhan (bruding nursery ground) berbagai jenis ikan dan udang, Tipe lahan basah lain yang digunakan sebagai habitat burung air adalah hutan mangrove Hutan mangrove di sekitar Segara Anakan tidak lagi dapat disebut hutan perawan, hampir di segenap peJosoknya dapat dijumpai bekas-bekas gangguan manusia (MAB-LIPI, 1986 do/am Santoso el aI" 1998) Kawasan persawahan tersebar di Karang Talun-Tritih dan Kampung. Muara Dua. Kawasan persawahan di wilayah Segara Anakan secara umum merupakan kawasan sawah irigasi yang berasal dari sungai-sungai yang mengalir menuju kawasan Segara Anakan dengan masa tanam padi 1-2 kali per tahun, selain itu juga terdapat sebagian kedl sawah tadah hujan. Pada saat pengecekan di Japangan pada awal bulan Maret 2003, keberadaan wilayah persawahan di Kawasan Segara Anakan dan sekitarnya sebagian besar sedang dalam musim tanam padi hingga menunggu masa panen. Lokasi tambak. di Kawasan Segara Anakan secara umum terdiri dad dua habitat, yaitu habitat rawang dan habitat tambak dengan keadaan terbuka. Kondisi habitat rawang biasanya merupakan tambak yang dikelola dengan sistem empang pant. Kawasan tambak ini berada di wilayah Babakan dan Klaces. Sedangkan tambak dengan kondisi yang terbuka biasanya merupakan tambak yang berada di wilayah bekas tanah timbul (muara dan pesisir) serta tambak yang berbatasan dengan areal sawah (wiJayah daratan). Kawasan tambak ini berada di wilayah Ujungmanik dan Karang Talun. Kawasan lambak yang berada di wilayah Segara Anakan pada umumnya adalah kawasan tambak milik masyarakat umum AOOpun jenis-jenis makanan burung air yang dibudiOOyakan oleh petani empang adalah Bandeng (ChaMS chanos), Mujair (Ti/apia mossambica), Blanak (Mligi/ dussumien) dan UOOng Windu (Penaells monodo,,). Secara umum burung air di Kawasan Segara Anakan tersebar menurut kondisi lahan basah yang berada di wilayah tersebut serta kecenderungan pola penyebaran masing-masing jenis burung. Dilihat dari penyebaran burung air di Kawasan Segara Anakan. terlihat bahwa perairan laguna Segara Anakan, kawasan hutan mangrove dan paparan lumpur depan K1aces paling banyak disukai burung air. Dominasi tersebut berkaitan erat dengan ketersediaan pakan bagi burung-buruog air di daerah tersebut Penyebaran burung dipengaruhi oleh kesesuaian lingkungan tempat hidup burung, meliputi adaptasi burung terhadap perubahan lingkungan, kompetisi dan seleksi alam (Welty, 1982). Penyebaran burung sangat erlll kaitannya dengan ketersediaan pakan, sehingga habitat burung berbeda antara jenis satu dengan yang lainnya, dikarenakan jenis makanan yang berbeda pula (peterson, 1980 do/am Muiyani, 1985). Perubahan yang terjadi pada habitat burung air di Kawasan Segara Anakan, sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia. Berbagai macam penyebab terjadinya perubahan habitat burung air yang ditemui pada areal penelitian ant&ra lain berupa kegiatan konversi hutan mangrove menjadi areal tambak: maupun pencurian kayu mangrove untuk kayu baku, telah menyebabkan tersingkirnya beberapa spesies burung air yang menggunakan habitat terscbut. Penebangan kawasan hutan mangrove menyebabkan luas hutan ini terus menyusut. Hutan mangrove yang luasnya pernah mencapai 21.000 ha lebih kini diperkirakan hanya seluas 6800 ha. Hilangnya hutan bakau juga mengurangi populasi ikan, udang, dan biota laut lainnya. Kawasan sisasisa hutan mangrove itu tidak lagi menjadi persinggahan burung-burung bangau Australia yang akan bermigrasi, karena sudah sulit mematuk ikan atau udang (Kompas, 2003). Bersamaan dengan menyusutnya hutan mangrove, perairan Segara Anakan ikul menyempit karena sedirnentasi dan Sungai Citanduy dan beberapa sungai yang bermuara di situ. Tahun 1970 luas Segara Anakan masih 4580 ha, tapi tahun 1995 luasnya tinggal 1695 ha. Berdasarkan analisis citra salelil tahun 2002, luasnya tinggai 849,670 ha. Menumpuknya sedimen Citanduy dan beberapa sungai lain selama bertahun-tahun rnendangkalkan dan menyempitkan perairan Segara Anakan yang merupakan habitat ikan, udang, kerang totok, kepiting dan biota lainnya. Sebagian besar dari biota air tersebut adaiah sumber rnakanan bagi burung-burung air di Kawasan Segara Anakan. Permasalahan lain yang timbul pada areal lahan basah adalah masalah pencernaran. Hal tersebut teJjadi karena lahan basah merupakan salah satu tipe laban yang dianggap marginal sehingga semua hasil dari kegiatan manusia seperti sarnpah-sampah domestik dan limbah industri dibuang ke perairan yang rnengakibatkan pencernaran. Keadaan ini menyebabkan kurang optimalnya fungsi lahan basah yang seharusnya dapat berfungsi sebagai breeding nursery groUI/d, sumber makanan bagi satwa yang hidup di dalamnya dan tempat persinggahan bagi jenis burung migran. Kebiasaan burung air mencan makan di areal persawahan, tambak dan areal tergenang lainnya memberikan peluang yang tinggi untuk terkontaminasi pestisida dan bahan kimia lainnya. Bahan kimia yang digunakan tersebut akan menurunkan keanekaragaman biota estuaria yang merupakan makanan burung air. Hal ini akan menyebabkan menurunnya daya tetas telur dan pada akhimya mengancam kelestarian burung air (Mustari, 1992). Validasi model pendugaan keanekaragaman burung air pada berhagai tipe habitat di Kawasan Segara Anakan, pada ripe habitat mangrove menduduki rangking pertama (114,29%) dengan jumlah keanekaragaman delapan. Tipe habitat mudflat (60010), tambak. (60%) dan sungailperairan (300%) menduduki rangking kedua dengan jumlah keanekaragaman burung air yang sarna, yaitu enam. Sedangkan sawah menduduki peringkat ketiga atau terakhir (50010) dengan jumlah keanekaragaman empat. Tipe habitat mangrove dan sungailperairan merupakan tipe habitat yang paling dominan di Kawasan Segara Anakan. selain itu kawasan mangrove juga merupakan habitat tempat tingg-al bagi berbagai burung air. Rendahnya keanekaragaman burung air pada tipe habitat sawah di Kawasan Segara Anakan, dikarenakan wilayah tersebut pada mw.t dilakukan validasi bulan Maret 2003, sedang musim paska tanam sehingga air tidak: banyak menggenangi sawah bahkan cenderung kering. Berbeda bila sawah sedang musim tanam, dimana saat itu sawah sedang digenangi air untuk memudahkan penanarnan sehingga banyak nutrisi yang dibutuhkan hurung air terbawa masuk ke areal sawah.