Analisis Strategi Kompetitif Operator Cdma Esia Dengan Model Matriks Konsumen
View/ Open
Date
2007Author
Ratnawati, Dewi Adhi
Harianto
Djamaludin, Md
Metadata
Show full item recordAbstract
Sistem telekomunikasi di Indonesia sudah berkembang cepat dalam
beberapa tahun terakhir. Sarana komunikasi yang semula hanya berupa telepon
rumah (fixed line), telah bergeser menjadi telepon seluler (mobile phone).
Pengguna telepon seluler juga mengalami peningkatan yang sangat cepat, hampir
semua masyarakat saat ini memiliki telepon seluler.
Berbicara mengenai masalah sistem telepon seluler di Indonesia, tidak bisa
lepas dari peran serta operator-operator telepon seluler, yaitu operator GSM
(Global System for Mobile Communication) ataupun operator CDMA (Code
Division Multiple Access). Operator CDMA saat ini mulai diperhatikan
masyarakat dengan masuknya Telkom dengan produk Flexi beberapa tahun yang
lalu. Masuknya Telkom ke dalam bisnis CDMA ini diikuti oleh beberapa
perusahaan lain seperti Bakrie Telecom, Indosat dan Mobile-8.
Saat ini persaingan dalam bisnis CDMA diisi oleh empat perusahaan
besar, yaitu Telkom, Bakrie Telecom, Indosat dan Mobile-8. Masing-masing
perusahaan berusaha untuk meningkatkan jumlah pelanggannya dengan berbagai
cara, baik melalui promosi ataupun meningkatkan nilai investasinya. Untuk dapat
bertahan dalam bisnis CDMA ini maka Bakrie Telecom sebagai salah satu pelaku
bisnis memerlukan strategi untuk dapat memfokuskan diri kepada kebutuhan
pelanggan dan kekuatan pesaing.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam memilih kartu prabayar CDMA, menganalisis
perceived price yang berhubungan dengan elemen biaya yang dipertimbangkan
konsumen dalam memilih kartu prabayar CDMA, menganalisis perceived use
value berupa faktor-faktor yang dirasakan penting oleh konsumen dalam memilih
kartu prabayar CDMA, menganalisis hubungan antara karakteristik konsumen
dengan perceived price dan perceived use value, serta merumuskan alternatif
saran bagi brand Esia untuk menciptakan superior customer value. Penelitian
dilakukan di lima wilayah DKI Jakarta. Penelitian dilakukan selama enam bulan
dari Januari hingga Juni 2007 dengan pendekatan survei. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah metode tak berpeluang (non probability sampling)
dengan menggunakan convenience sampling dengan jumlah sampel sebanyak 110
responden. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis perceived
price, analisis tingkat kepentingan perceived use value, analisis perceived use
value, dan analisis matriks konsumen.
Hasil penelitian menunjukkan responden menganggap tarif SMS dan tarif
bicara termahal ada pada operator Fren, sedangkan termurah ada pada operator
Esia. Flexi menduduki posisi termahal kedua, dan StarOne pada posisi termahal
ketiga.
Dari hasil perhitungan tingkat kepentingan dimensi global terlihat bahwa
responden menganggap performance (kinerja) sebagai dimensi global terpenting
dengan tingkat kepentingan 15.60 persen. Terpenting kedua adalah kemudahan (14,98%), terpenting ketiga dan keempat adalah service reliability responsiveness
(14,96%) dan consistency (14,92%), sedangkan terpenting kelima dan keenam
adalah durability (14,53%) dan feature (12,54%). Responden menganggap
dimensi global self expressive value sebagai dimensi global yang paling tidak
penting (12,47%).
Dimensi performance merupakan dimensi global terpenting bagi
responden mempunyai dua dimensi detail, yaitu jaringan luas dan daya tangkap
sinyal. Daya tangkap sinyal mempunyai tingkat kepentingan yang lebih tinggi
(7,86%) jika dibandingkan dengan jaringan luas (7,74%). Dimensi global
terpenting kedua adalah kemudahan, dimana terdiri atas dua dimensi detail yaitu
variasi pecahan isi ulang dan kemudahan mendapat voucher. Kemudahan
mendapat voucher mempunyai tingkat kepentingan yang lebih tinggi (7,99%) jika
dibandingkan dengan variasi pecahan isi ulang (6,99%). Dimensi service
reliability responsiveness menduduki tingkat kepentingan ketiga pada dimensi
global, yang terdiri dari layanan call center yang mempunyai tingkat kepentingan
yang lebih tinggi (7,62%) jika dibandingkan dengan layanan counter resmi
(7,34%). Consistency (kekonsistenan) menduduki tingkat kepentingan dimensi
global keempat, dengan tiga dimensi detail, yaitu kecepatan SMS, kemudahan
dihubungi dan menghubungi serta kualitas suara. Kemudahan menghubungi dan
dihubungi menduduki tingkat kepentingan tertinggi (5,18%), diikuti kualitas suara
(5,03%) dan kecepatan SMS (4,71%). Dimensi global durability (keawetan)
menduduki tingkat kepentingan kelima dengan tingkat kepentingan sebesar
14,53%, dan terdiri dari satu dimensi detail, yaitu masa berlakunya pulsa. Dimensi
global feature (fitur) menempati peringkat keenam dari dengan tingkat
kepentingan sebesar 12,54%. Dimensi feature ini terdiri dari tiga dimensi detail,
masing-masing dengan tingkat kepentingan sebagai berikut : bonus/hadiah
(4,54%), variasi fasilitas kartu (4,15%) dan variasi handset (3,85%). Dimensi self
expresive value mempunyai tingkat kepentingan dimensi global terendah, yaitu
12,47%. Responden sepertinya tidak menganggap dimensi detail merek dari kartu
prabayar CDMA sebagai dimensi yang penting dalam memilih kartu prabayar
CDMA.
Dari hasil analisis perceived use, dapat dilihat bahwa Esia memiliki lima
kinerja terbaik dan tiga kinerja terburuk. Kinerja terbaik adalah variasi pecahan isi
ulang, layanan counter, kualitas suara, kecepatan SMS dan masa berlakunya
pulsa. Kinerja terburuk adalah daya tangkap sinyal, jaringan luas dan variasi
handset. Flexi mempunyai empat kinerja terbaik dan tiga kinerja terburuk. Kinerja
terbaik adalah layanan call center, layanan counter resmi, kecepatan SMS dan
variasi fasilitas kartu. Kinerja terburuk adalah kemudahan mendapat voucher isi
ulang, bonus/hadiah dan variasi handset. StarOne mempunyai dua kinerja terbaik
dan sembilan kinerja terburuk. Dua kinerja terbaik tersebut adalah masa berlaku
pulsa dan variasi handset. Sementara sembilan kinerja terburuk yang dimiliki
StarOne meliputi jaringan luas, kemudahan mendapat voucher, layanan call
center, layanan counter, kemudahan dihubungi/menghubungi, kualitas suara,
kecepatan SMS, variasi fasilitas kartu dan merek. Fren mempunyai kinerja terbaik
terbanyak jika dibandingkan dengan kartu prabayar CDMA lain, yaitu sembilan
kinerja terbaik dan hanya tiga kinerja terburuk. Kinerja terbaik meliputi daya
tangkap sinyal, jaringan luas, kemudahan mendapat voucher, layanan call center,
kemudahan dihubungi/menghubungi, kualitas suara, kecepatan SMS, bonus/hadiah dan merek. Kinerja terburuk terdapat pada dimensi PUV variasi
pecahan isi ulang, masa berlaku pulsa, dan variasi handset.
Analisis matriks konsumen menunjukkan bahwa Esia dan Flexi berada
dalam satu rute yang sama, yaitu rute 8. Fren berada pada rute 2, sedangkan
StarOne berada pada rute 6. Esia dan Flexi pada rute 8, menunjukkan bahwa
kedua produk ini sudah berada pada rute yang membawa kepada strategi
kemenangan. Rute 8 mengindikasikan bahwa perusahaan menawarkan PUV yang
lebih tinggi namun pada tingkat harga yang lebih murah dibandingkan pesaing.
StarOne berada pada rute 6, yaitu strategi yang mengurangi harga dan mengurangi
nilai guna. Fren berada pada rute 2, yaitu strategi menawarkan perceived use
value lebih tinggi dengan menuntut tarif yang lebih tinggi juga.
Karakteristik responden yang memiliki hubungan yang signifikan dengan
perceived price hanyalah karakteristik tingkat pendidikan dan tingkat pengeluaran
untuk pembelian voucher isi ulang. Sedangkan yang berhubungan signifikan
dengan dimensi performance hanya karakteristik tingkat pendidikan.
Berdasarkan informasi dari matriks konsumen, diperoleh rute-rute dari
perusahaan dan pesaingnya. Dari analisis perceived price, analisis tingkat
kepentingan dimensi detail dan global, serta analisis perceived use value,
diperoleh faktor-faktor yang dianggap penting oleh dan konsumen dan penilaian
konsumen atas faktor-faktor tersebut pada produk perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan dalam hal ini Bakrie Telecom perlu melakukan perbaikan untuk
kinerja yang dianggap buruk oleh konsumen, mempertahankan tarif murah dan
juga mengembangkan strategi komunikasi terhadap konsumen.
Collections
- MT - Business [4046]
