Komposisi Jenis-Jenis Ikan Serta Aspek Biologi Reproduksi dan Kebiasaan Makanan Ikan Genggehek (Mystacole'1lcus marginatus) di Sungai Cimanuk, Segmen Sumedang
Abstract
Pemanfaatan dan pengelolaan suatu sumberdaya perikanan didasarkan pada prinsipprinsip pengelolaan yang ditujukan pada kelestarian sumberdaya perairan tersebut. Kelestarian ikan-ikan di Sungai Cimanuk Segmen Sumedang sangat ditentukan oleh frekuensi penangkapan yang besar. Upaya menjaga kelestarian ikan-ikan di Sungai Cimanuk , khususnya ikan lokal dominan yaitu ikan genggehek (Mytacolellcus marginatlls) diperlukan suatu pengelolaan yang tepat. Untuk itu diperlukan informasi spesifik mengenai aspek biologi reproduksi dan makanan ikan yang bernilai ekologis di Sungai Cimanuk, sehingga potensi ikan tersebut lebih optimal untuk dikembangkan oleh nelayan setempat, pihak pengelola ikan, maupun pihak akademisi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek biologi reproduksi dan kebiasaan makanan ikan genggehek di Sungai Cimanuk Segmen Sumedang Jawa Barat. Kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus - Desember 2000 dengan tiga kali pengambilan contoh ikan. Lokasi pengambilan contoh ikan terletak pada dua stasiun, stasiun satu bertempat di Kecamatan Wado dan stasiun dua di Kecamatan Sumedang Utara (Sukatali), Jawa Barat. Setiap stasiun terdiri dari tiga substasiun/lubuk, stasiun satu terdiri dari Lubuk Panjang, Kapek dan Rakit sedangkan stasiun dua terdiri dari Lubuk Kadongdong, Peundeuy dan Tonjong. Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan menggunakan cast net, trame! net dan gill net. Pengukuran panjang dan berat ikan dilakukan di lapangan kemudian analisis laboratorium dan data dilakukan di laboratorium. Ikan diawetkan dalam formalin 8-10% kemudian dianalisis di laboratorium yang meliputi analisa Tingkat Kematangan Gonad, fekunditas, diameter telur, dan makanan ikan. Analisa datanya meliputi faktor kondisi, Indeks Kematangan Gonad, penyebaran diameter telur, rasio kelamin, hubungan panjang-fekunditas dan index of preponderance makanan ikan. Selama penelitian ditemukan ikan sebanyak 6 famili, 12 genus dan 13 spesies. Ikan yang tertangkap didominasi oleh cyprinidae dengan 8 genus. Ikan cyprinidae yang dominan yaitu ikan genggehek (Mystaco!ellclls marginatus) dan lalawak (Barbodes balleroides). Secara umum dari kedua stasiun tersebut ikan genggehek merupakan ikan dominan pertama. Ikan genggehek yang terkumpul sebanyak 116 ekor yang terdiri dari 44 ekor ikan jantan dan 37 ekor ikan betina dan 35 ekor yang tidak teridentifikasi. Komposisi jumlah jantan dan betina menunjukkan rasio kelamin yang seimbang yaitu 1 : 0,84 (ex = 0,05%). Faktor kondisi rata-rata ikan genggehek betina berdasarkan TKG menunjukkan hubungan yang positif karena semakin tinggi TKG, faktor kondisi semakin tinggi. Saat TKG V faktor kondisi menurun karena energinya digunakan untuk aktivitas selama pematangan gonad dan telah terjadinya pemijahan sebagian. Pada ikan betina semakin panjang ikan , faktor kondisi semakin tinggi. Berdasarkan TKG dan selang panjang, faktor kondisi rata-rata ikan jantan lebih kecil daripada ikan betina. Kisaran nilai IKG ikan genggehek jantan adalah 0,038 - 2,92% dengan berat tubuh 2,7 - 35 g dan berat gonad 0,01-0,19 g, sedangkan nilai IKG ikan betina adalah 0,1136-7,30% dengan berat tubuh 4-53 g dan berat gonad 0,01-1,46 g. Hubungan TKG dengan lKG rata-rata positif yaitu semakin tinggi nilai TKG maka nilai lKG semakin tinggi pula. Analisis hubungan panjang-fekunditas tidak dapat dilakukan karena contoh ikan yang bisa digunakan untuk analisis hubungan tersebut sangat sedikit. Fekunditas ikan ini termasuk ke dalam jumlah yang sedikit, sehingga periu mendapatkan perhatian khusus dengan pengelolaan yang tepat. TKG ikan genggehek pada bulan Agustus didominasi TKG ill-IV sedangkan pada bulan Oktober TKG II-V dan pada bulan Desember TKG I-II. Berdasarkan diameter telurnya diduga ikan ini mempunyai sifat pemijahan partial spawner ( pemijahan yang dilakukan secara bertahap dalam waktu yang berbeda). Makanan ikan genggehek yaitu organisme nabati 31,4%, organisme hewani 12,2%, detritus 56,2% dan tidak teridentifikasi 0,3%. Karena detritus melebihi 50% maka ikan ini dapat digolongkan sebagai pemakan detritus dan makanan lainnya hanya sebagai makanan tambahan ikan.