"Angkutan Antara" pada Pemanenan Kayu Jati (Studi Kasus di BKPH Conggeang KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat)
Abstract
Manf.at hutan dapat dirasakan bila dilakukan kegiatan pemanenan yang seeara garis besar kegiatannya meliputi pereneanaan, pembukaan wilayah hutan, penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengumpulan, pengangkutan dan penimbunan. Salah satu kegiatan pemanenan hutan yang memiliki kontribusi biaya terbesar adalah pengangkutan. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugasi untuk mengelola hutan di Jawa. Areal ataupun petak pengelolaannya sudah dibagi-bagi berdasarkan wilayahnya, mulai dari yang terbesar adalah unit sampai dengan petak dan anak petak yang merupakan unit terkeei1. Antara petak yang satu dengan yang petak yang lainnya memiliki akses berupa jalan angkutan. Pada kegiatan angkutan antara di BKPH Conggeang kayu diangkut mulai dan tempat pengurnpulan sementara (di petak penebangan) yang disebut TP, menuju tempat pengumpulan di dekat jalan ang.kutan yang disebut TP2 dengan menggunakan alaI angkut jeep pick lip. Kegiatan angkutan antara ini dilakukan oleh kontraktor dengan biaya rupiah per m' kayu yang dapat diangkut. Jalan pada kegiatan angkutan antara ini adalah jaJan sementara yang sengaja dibuat oleh Perum Perhutani untuk memudahkan penyaluran kayu dari petak penebangan ke Tempat Penimbunan Kayu (TPK). Tujuan dan penelitian ini adalah untuk mendapatkan garnbaran mengenai angkutan antara pada pemanenan kayu jati. untuk mengetahui produktivitas dan biaya angkutan antara pada pemanenan kayu jatL untuk mengetahui hubungan antara volume dan kondisi permukaan jaJan terhadap produkti\'itas angkutan antara dan untuk mengetahui hubungan antara jarak dan volume terhadap produkli\'itas dan biaya pad a kondisi permukaan jaJan kering dan jalan basah. :\ngkutan antara adalah kegiatan memindahkan kayu dan tempat pengumpulan kayu ;ementara pada lokasi pemanenanlpetak tebang (TP,). menuju ke tempat pengumpulan kayu didekat jalan angkutan (TP2), melalui jalan sementara dan melewati areal yang belurn dipanen atau petak yang belum masak tebang. dengan seminimal mungkin membuat kerusakan pad a areal yang dilalul. Jalan angkutan antara yang dibuat umumnya disebut jalan semen tara, yang dibuat tanpa pengerasan atau hanya jalan tanah yang dibuat oleh Perum Perhutani untuk memudahkan kegiatan mengeluarkan kayu yang ada di dalam areal pemanenan. Alat angk-utan antara yang digunakan adalah Jeep pick up dengan merk Toyota Land Cruiser tahun pembuatan 1978 berbahan bakar premium. Alat angkutan antara ini milik kontraktor yang tiap kegiatan pemanenan dikontrak oleh pihak perum Perhutani untuk membantu mengeluarkan kayu jati yang masih berada di TP1 (petak tebang). Satu regu angkutan antara terdiri dan 2 orang operator dan 8 orang pekerja muat-bongkar. Sistem upah untuk operator dan regu muat bongkar adalah adalah berdasarkan volume kayu yang berhasil dikeluarkan, yaitu Rupiah per m'. Kegiatan angkutan antara yaitu diawali dengan bergeraknya alat angkut dan TP, menuju TP, (berjalan kosong), dan sete1ah sarnpai di lokasi petak tebang operator akan memanuver a1at angkut dengan cara ngatret atau mundur, agar posisi bak muatan lebih dekat ke tumpukan sortimen yang sebelurnnya telah disusun disisi jalan sementara. Setelah kayu yang dimuat diikat operator akan menjalankan alat angkutan antara tcrsebut sampai ke TP2. kegiatan ini disebut beTjalan dengan muatan. Setelah sampai di TP2 pekerja muat-bongkar akan membongkar muatan dengan menank. mendorong dan mengungkit kayu yang berada di atas alat angkut. Kegiatan dan muat sarnpai dengan bongkar disebut satu sik1us keIja yang elemen kerjanya adalah berjalan kosong, manuyer. memuat, berjalan bennuatan, dan bongkar. Kegiatan pengangkutan yang diteliti mempunyai wal-m tetap rata-rata sebesar 38:41 (38 menit 41 detik) pada kondisi perrnukaan jalan kering dan 43:~O.90 pada h.ondisi pennukaan jalan basah, terdiri dari unsur ketja manuver, muat dan bongkar Waktu variabel pengangkutan rata-rata sebesar 1:21 :7,8 (I jam 21 menit 7,8 detik) pad a kondisi permukaaan ,ialan kering, dan 2 0049,15 pad a kondisi pennukaan jalan basah. Wah.'1u variabel tersebut adalah waktu yang digunakan alai angkut berjalan dengan muatan dan tanpa muatan. Pada kondisi pennukaan jalan kering produktivitas rata-ratanya sebesar 0.740 m.l;jam dengan nilai rata-rata volume angkut 1,481 m:\ produktivitasnya sebesar 0,521 m'/jam sedangkan pada kondisi permukaan jalan basah rala-rata 3 dengan rata-rata volume angkutnya sebesar 1.428 m Produktivitas pengangkutan per satuan jaraknya pada kondi::.i pemlUkaan jalan hcnng adalah !'ebL':-ar 0,030 m·l/jamlhm dan pada kondisi pennukaan jalan basah sebesar 0,020 m'/janvhm. Hal-hal yang mempengaruhi produh.'1ivitas adalah waktu angkut dan volume angkut. hila waktu tidak efektif dapat dikurangi maka produl'1ivitas pengangkutan akan meningkat. Penekanan \\aktu tidak clektif itu sendiri berhubungan dengan jarak angkut. volume pengangkutan. kondisi jalan semL'ntara dan keterampiJan operator. Semakin pendek jarak angkut maka produktivitas akan semakin meningkat karena dapat memperpendek wahu angkutnya, semakin besar volume kayu yang dlangkut maka akan semakin besar produktivitas pengangkutannya, semakin baik kondisi jaJan sementara maka akan semakin cepat waktu angkut dan semakin besar produkti\;tas yang diperoJeh. dan yang terakhir. semakin terampil operator maka akan sernakin cepat wak-tu umuk mernindahkan kayu dari TP1 rnenuju TP2 sehingga akan semakin meningkatkan produktivitas. Rata-rata biaya total pengangkutan pada kondisi pennukaan jalan kenng adalah sebesar Rp 18.'539,16 terdin dan rata-rata biaya tetap pengangkutan Rp 6.091,16 dan biaya rata-rata biaya vanabel pengangkutan Rp 12.448,00, sedangkan biaya rata-rata pengangkutan per satuan jarak adalah sebesar Rp 502,95. Rata-rata biaya total pengangkutan pad a kondisi pennukaan jalan basah ada1ah sebesar Rp
Collections
- UT - Forestry Products [2386]