Model Penduga Riap Diameter Pohon Jenis Resak (Vatica rassak) pada Hutan Alam Bekas Tebangan (Studi Kasus Di HPH PT. Belayan River Timber, Kalimantan Timur)
Abstract
Seiring dengan bertambahnya populasi penduduk dunia, permintaan terhadap kayu dan produk-produk tmunannya terus meningkat. Hal ini menyebabkan tekanan terhadap hutan alam semakin meningkat. Eksploitasi hutan secara terus-menems untuk memenuhi permintaan akan kayu menyebabkan semakin berkmangnya hutan alam yang tersisa. Hal ini dikarenakan eksploitasi yang sempat menimbulkan isu global tersebut belum didasari data riap yang akmat. Ketiadaan data yang mendasar nampak dari cara penetapan pertumbuhan pohon untuk menentukan jwnlab pohon yang dipungut dan kapasitas industri kayu. Untuk mengatasinya diperlukan upaya nyata agar pemanfaatan kayu tetap sesuai dengan besar riapnya mengingat syarat ini merupakan syarat untuk dapat tercapainya kelestarian hasil. Tu juan dari penelitian ini adalab untuk mendapatkan dugaan model hubungan antara riap diameter dengan diameter pohon, kerapatan tegakan dan inieraksinya, untuk jenis Vatica rassak pada hutan alam bekas tebangan di areal kerja HPH PT. Belayan River Timber Kalimantan Timm. Data yang dipergunakan dalam pembentukan model penduga riap diameter jenis Resak adalall data seri pertama PUP yang telab mengalami pengukman ulang sebanyak 4 kali (Juli 1995, juli 1996, Juli 1997, dan Juli 1998) yaitu PUP 1,2,3,4,5 dan 6. PUP 1,2 dan 3 merupakan kelompok plot yang tidak mengalami perlakuan sedangkan PUP 4,5 dan 6 merupakan kelompok plot dengan perlal"llln. Dalam pendugaan suatu model riap diameter dengan keterandalan data yang cukup baik diperlukan informasLtambaban riap CAl atan PAl yang akan digunakan melalui metode Uji Beda Nilai tengah. Untuk menguji beda nilai tengab antara CAl atau PAl diperlukan informasi sama tidakuya keragaman antara kedwmya melalui Uji Keragaman. Berdasarkan Uji Keragaman antara CAl dengan PAl, pada taraf nyata 5% atau selang kepercayaan 95% diperoleh bahwa pada PUP 4 keragaman antara CAl dengan PAl tidak berbeda nyata, sedangkan untuk PUP 1,2 dan 5 keragaman antara CAl dan PAl berbeda nyata. Berdasarkan uji beda nilai tengab CAl dengan PAl dapat diketallUi bahwa pada taraf nyata 5% atau pada selang kepercayaan 95% besamya CAl tidak berbeda nyata dengan PAl yang diperoleh dari periode pengukuran 4 tahwl untuk sel\lluh PUP yang dipergunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian . maka CAl dipilih untuk dipergunakan dalam penelitian inL Hasil Uji keragaman CAl p'ada masing-masing PUP dapat diketahui babwa pada taraf nyata 5% atau selang kepercayaan 95% keragaman CAl antara PUP 1,2 dan PUP 4,5 sangat berbeda nyata sehingga PUP tersebut tidak dapat digabungkan. Hasil Uji keragaman CAl pada masing-masing PUP dapat diketahui bahwa pada taraf nyata 5% at2.U selang kepercayuun 95% kcragfiill&i1 CAl antara PUP 1,2 dan PlJP 4,5 sangat berbeda nyata sehingga POP tersebm tidak dapat digabungkan. Pemilihan model terbaik dari ketujuh model yang dieobakan pada tiap-liap PUP didasarkan pada hiteria uji keterandalan model, yaitu memiliki nilai R' terbesar, nilai simpangan terkeeil, kenonnalan sisaan model eu[.:up baik dan ragam sisaan yang homogen Hasil dari uji keterandalan menunjukan bahwa model penduga ferbaik yang dipilih untuk setiap PUP adalah: model ke-7 (In CAl = a + /31 Ln D + /3, ( In D)') untuk PUP I, model ke-6 (CAl = a + /31 Ln DN + /3, D') untuk PUP 2, model ke-4 ( lIn CAl = a + /31 Ln D + /3, D') untuk PUP 4 dan model ke-2 (In CAl = a + /31 Ln D + /3, D) untuk PUP 5. Untuk menangani pasangan pengamatan yang tidak mengikuti ppola dominan dari pengamatan lainnya yang ada maka dapat dilakukan diagnostik baris: peneilan, leverage dan pengamatan berpengalUh. Model persamaan yang terbentuk setelah dilakukan diagnostik baris adalah : Ln CAl = -3,16 + 1,49 Ln D - 0,19 (Ln D)' (PUP I) dengan R'= 11,3%, CAl = 1,23 - 0,00038 DN + 0,00396 D' dengan R'= 16%, Ln CAl = -0,543 + 0,0921 LnD -0,00166D' dengan R' = 12,8% dan Ln CAl = 1,31 - 1,36 Ln D + 0,122D dengan R'= 17%. Rendahnya koefisien Determinasi model terbaik dari setiap PUP diasumsikan dipengalUhi oleh faktor lingkungan yang bersifat hayati dan non hayali selia rendahnya korelasi antara diameter pohon dengan umur. Berdasarkan penduga selang kelas diameter dapat diketahui bahwa riap diameter pertahun yang terbesar pada PUP tanpa perlakuan yaitu PUP I sebesar 0,59 em/th pada kisaran 0,57 - 1,42 em/tb, sedangkan untuk PUP dengan. perlakuan rial' rata-rata yang terbesar yaitu pada PUP 5 sebesar 0,60 em/th pada kisaran 0,59-2,23 em/th. Berdasarkan uji pembandingan (X') antara -CAl dugaan dengan CAl sebenamya dapat diketahui bahwa pada taraf nyata 5% atau selang kepereayaan 95% perbandingan antara CAl dugaan dengan riap sebenamya tidak berbeda nyata sehingga model penduga riap diameter pada penelitian ini dapat dipergunakan untuk menduga riap diameter.
Collections
- UT - Forest Management [2835]