Studi Kualitas Tanah pada Tipe Penutupan Lahan Hutan Alam, Hutan Pinus dan Padang Rumput di Sub DAS Curug Cilember, Cisarua, Bogor
Abstract
Tanah sebagai salah satu' unsur habitat, dalam pengelolaannya dipandang perlu untuk diketahui kapasitasnya. Adanya praktek pengelolaan hutan berupa eksploitasi, penggunaan maupun pemanfaatan akan menimbulkan suatu perubahan yang salah satunya adalah teIjadinya perubahan terhadap kualitas tanah. Menurut Karlen, ef al., .(1997) definisi sederhana dan kualitas tanah adalah kemampuan atau kapasitas tanah untuk melakukan fnngsinya. Dalam rangka praktek pengelolaan hutan yang berkelanjUlan dan untuk menentukan praktek pengelolaan yang terbaik, infonnasi mengenai kualitas tanah ini penting untuk diketahui. Salah satu jasad hidup yang memegang peranan besar dalam pembentukan tanah adalah vegetasi. Tiap vegetasi yang tumbuh di pennukaan tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi proses pembentukan tanah itu sendiri. Vegetasi berfnngsi sebagai penutup lahan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah pada umumnya. Wilayah sub DAS Curug Cilember, kondisi penutupan lahannya terdiri dari tiga kelompok penutupan lahan yaitu hulan alam, hutan pinus dan padang rumpu!. Pada tipe penutupan lahan hutan alam, kondisi penutupan lahannya masih relatif bagus dengan tegakan yang terdiri dari beberapa strata dan tidak dilakukan pengelolaan karena tennasuk dalam kelas hutan lindung. Tipe penutupan lahan hutan pinus, tennasuk dalam kelas hulan produksi dimana intensitas pengelolaan yang dilakukan adalall intensif. Sedangkan tipe penutupan lahan padang rumput kondisi penutupan lahannya didorninasi oleh rumput karena berupa bumi perrkemahan dan wisata harian, dimana intensitas pengelolaan dan aktivitas manusianya relatif tinggi. Perbedaan penutupan lahan dan pengelolaan yang dilakukan diduga dapat menyebabkan teIjadinya perbedaan kualitas tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas tanah pada tipe penutupan lahan hutan alam, hutan pinus dan padang rumput di Sub DAS Curug Cilember pada bulan lembab (Agustus) dan bulan basall (Oktober). Penelitian ini dilakukan di areal penelitian Curug Cilember (Sub DAS Cilember). Wilayall ini ternlasuk \vilayall ke!ja Perhutani, Petak 12e, 12e, dan 12f, RPH Cipayung, BKPH Bogor Bagian Hutan Mega Mendung, KPH Bogor, Perhutani Unit ill Jawa Bara!. Dalam penelitian ini, digunakan contoh tanah utuh untuk sifat fisika tanah dan contoh tanah komposit untuk sifat kirnia dan biologi tanah. Pengambilan contoh tanall dilakukan pada plot pengamatan ukuran 20mX20m (0,04 Ha) yang ditentukan secara purposive sedernikian rupa sehingga tiap-tiap penutupan lahan tersebut dapat tenvakili. Pengambilan contoh tanah dilakukan dua kali pengambilan yaitu pada bulan Agustus 2000 (mewakili bulan lembab) dan bulan Oktober 2000 (mewakili bulan basaI1) dengan indikator kualitas tanah yang di ukur yaitu C-organik, N-total dan biomassa karbon rnikroorganisme (Cnuo). Sedangkan parameter penunjang lainnya yang dilakukan pengukuran adalah pH (H20 dan KCI), bulk density, porositas, penneabilitas, kelas tekstur dan rasio CIN. Hasil analisa tanah yang dilakukan di Labolatorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB meuunjukkan bal1\va kandungan C-organik dan N-total ketiga penutupan lahan yaitu hutan alam, Imtan pinus dan padang rumput lebih tinggi pada bulan lembab dibandingkan bulan basah. Sedangkan kandungan C-rnikroorganrnisme (c",;,) pada bulan lembab dan bulan basah bervariasi menurut tipe penutupan lahan. Pada tipe penutupan lahan hutan alam dan padang rumput kandungau Cnuo pada bulan basah lebih rendall dibandingkan bulan lembab. Sedangkan pada tipe penutupan lahan hutan pinus te!jadi sebaliknya. Menurunnya kandungan c",;, pada tipe penutupan lahan hutan alam dan padang rumput pada bulan basah diduga karena adanya penurunan nilai pH, yaitu sebesar 0,7 dan 0,1 sebagai akibat terjadinya perubahan lingkungan, yaitu curah hujan yang tinggi pada bulan basah (Oktober) sehingga banyak mikroorganisme yang dalam melakukan aktivitasnya relatif tidak optimum. Hakim el al., (1986) mengemukakan bahwa curah hujan yang tinggi dapat mencuci kation-kation basa dari lapisan pennukaan tanah (top soil) ke lapisan tanah yang lebih dalam, sehingga top soil didorninasi oleh ionion Al dan H. Akibatnya pH akan turun pada top soil menjadi lebih keci!. Lebih lanjut Hakim e/ al .. (1986) mengatakan bahwa aktivitas mikroorganisme secara umum dipengaruhi oleh iklim (suhu, eurah hujan), tanah (pH, kelembaban) dan vegetasi (hutan, padang rumput). Tingginya Cm" pada tipe penutupan lahan padang rumput dibandingkan dengan hutan alam, diduga karena karakteristik rumput yang mendominasi lokasi pengambilan tanah mempunyai sistem perakaran serabut, sehingga mempunyai rizosfer yang lebih luas. Imas dan Setiadi (1988) l11engatakan bahwa l11ikroorganisl11e tanah jumlalmya lebih besar di daerah rizosfer dibandingkan daerah di luar rizosfer. Lebih lanjut Alexander (1978) mengatakan bahwa pengaruh rizosfer terlihat jelas pada vegetasi padang rumput dengan populasi pseudomonas yang terdapat dalam jumlah yang tiggi dad pada populasinya di vegetasi lain. Tingginya kandungan Cm', pada tipe penutupan lahan hutau pinus pada bulan basah dimungkinkan karena tanah pada tipe penutupan lahan ini memiliki sifat yang mel11ungkinkan bagi l11ikroorganisme tanah untuk berkel11bang dan aktif. Dilihat dari rasio C/N nya, tipe penutupanlahan hutan pinus mempunyai rasio C/N yang berkisar antara 20-30, yang menunjukkan tidak teI:jadi iml110bilisasi dan pelepasan N ke dalam tanah yang berarti kandungan C organik dan N total relatif banyak tersedia, sehingga memungkinkan mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Tipe penutupan lahan hutan pinus adalah lahan dengan satu jenis tanal11an (l11onokultur), hal ini menunjukkan bahwa jenis mikroorganisme yang terkandung di dalanmyarelatif kecil tetapi jumlahnya relatif tinggi. Kondisi lingk'Ungan yang sesuai untuk pertul11buhan mikroorganisme tersebut menyebabkanjumlah c.u,juga mengalami peningkatan dengan eepat. Penurunan kandungan C-organik pada bulan basal!, terbesar teIjadi pada tipe penutupanlahan hulan alam sebesar 59,11%, kemudian tipe penutupan lahan hutan pinus sebesar 54,11% dan penurunan terendah teIjadi pada tipe penutupan lahan padang rumput yaitu sebesar 44,27%. Penurunan kandungan bahan organik tanah akan terus teIjadi selama masih terdapat adanya bahan organik yang mudah lapnk. Oleh karena itu teIjadinya penurunan bahan organik dapat dikatakan sebagai pertanda teIjadinya proses dekomposisi bahan organik. Menurut Anderson dan Swift (1983), proses dekomposisi sangat ditentukan oleh tiga variabel yaitu organisme pengurai (terdiri dari hewan dan mikroorganisme), kualitas serasah (karakter bahan organik yang menentukan kemampuan untuk dilapukkan) dan lingkungan fisik kimia (terdiri dari iklim ntikro dan tanah) Pada tipe penutupan lahan Imtan alam, yang mempunyai kandungan Cm" tinggi memungkinkan teIjadinya proses dekomposisi adalah cepat dibandingkan dua penutupan lahan lainnya. Oleh karena itu banyak bahan organik yang akan dimanfatkan karena mikroorganisme memperoleh energi dari bahan organik. Hal ini tentunya memyebabkan teIjadinya penurunan kandungan bahan organik. Selain itu, tingginya curah hujan pacta bulan basah diduga menyebabkan banyak bahan organik yang tereueL Hakim et al., (1986) mengtakan bahwa tanah dengan vegetasi hutan, air kuat sekali ditranspirasikan sehingga tanah banyak kehilangan air, akibatnya jika teIjadi hujan proses pencueian selalu efektif. Adanya perubahan penggunaan lahan (Land Use) dan perbedaan pola tanal11 dapat mempengaruhi keadaan bahan organik tanah. Konversi hutan menjadi lahan pertanian akan menyebabkan penurunan kadar bahan organik. Demikian puIa pola tanam monokuItur dan rotasi dapat menyebabkan perbedaan dari bahan organik tanah (Iswandi et al., 1995). Hal ini tentunya tidak sejalan dengan data yang diperoleh dimana tipe penutupan lahan hutan pinus mengalami penurunan kadar C-organik yang lebih kecil dibandingkan hutan alamo Keadaan ini diduga karena sifat dari serasah pinus itu sendiri yang snkar membusuk, sehingga walaupun eurah hujan tinggi tidak menyebabkan kandungan C-organik menurun. Hilwan (1993) mengatakan, menurut hasil analisa laboratorium bahwa dalam serasall pinus terkandung senyawa organik dan monoterpen (golongan terpenoid) yaitu alfa pinene dan beta pinene yang masing-masing berkadar 12% dan 9,9 %. Kedua senyawa monoterpen ini membuat daun pinus lebih sedikit yang lerdekomposisi, sehingga laju dekomposisi teIjadi lebih lambat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan N-total pada tiga tipe penulupan lahan yang diteliti pada bulan basah mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tipe penutupan lahan hutan alam yaitu sebesar 58,33%, kemudian tipe penulupan lahan hutan pinus sebesar 56,25% dan penurunan terendah terjadi pada tipe penutupan lahan padang rumput yailu sebesar 32%. Sumber nitrogeu dalam tanah adalah bahan organik dan senyawa-senyawa nitrogen hasil flksasi nitrigen udara. TeIjadinya penurunan kandungan N-total pada tipe penntupan lahan hutan alam hutan pinus dan padang rumput cenderung mengikuti penurunan kandungan ballan organik. Menurut Buckman e/ al., (1972), bahwajumlah N di dalam tanah tergantung padajUllllah bahan organik dalam tanah tersebul. Tanah yang memiliki bahan organik tinggi akan mampu mempertahaukan N yang lebih banyak. Tipe penutupan lahan hutan alam, kandungan c",i,nya tinggi sehingga menyebabkan cepatnya proses dekomposisi. Dalam proses dekomposisi bahan organik banyak nitrogen yang hilang melalui pengllapan. Sedangkan antara tipe penutupan lahan hutan pinus dengan padang rumput, nilai N-total yang diperoleh pada bulan basah adalah lebih tinggi pada tipe penutupan lahan padang rumputwalaupun kandungan bahan organiknya lebih rendah. Hal ini diduga karena pada tipe penutupan lahan padang rumputdi dominasi oleh rumput-rumputan. Tingginya kandungan N-total pada tipe penutupan lahan padang rumput, yang didominasi rumput pada lokasi pengambilan contoh tanah, pada bulan basah dibandingkan tipe penutupan lahan hutan pinus dan hutan alam, diperkirakan karena rumput-rumputan mempunyai kemampuan untuk mengikat nitrogen lebih baik dibandingkan tllmbuhan bawah lain. Hal ini sejalan Hardjowigwno (1986) yang mengatakan balma pada temperatur tertentu kandungan N-total lebih tinggi pada tanah yang ditumbuhi rumput-rumputan dibanding vegetasi hutan dan kandungan N tanah meningkat ssuai suplai air. Diperkirakan peningkatan nitrogen tanah terebut karena kecepatan produksi vegetasi (rumput-rumputan) dipengaruhi oleh flksasi nitrogen dan tidak berdasarkan menurunnya laju dekomposisi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan ballWa kualitas tanah pada bulan lembab dan bulan basall adalah berbeda. Di antara tiga tipe penutupan lahan yang diteliti, pada bulan lembab, tipe penutupan lahan hutan pinus mempunyai kualitas tanah yang terbaik, tipe penutupan lahan padang rumput mempllllyai kualitas tanah yang sedang dan tipe penutupan lahan hutan alam mempunyai kualitas tanah yang rendah. Sedangkan pada bulan basah tipe penutupan lahan padang rumput mempunyai kualitas tanah yang terbail<, tipe penutupan lahan hutan pinus mernpunyai kualitas tanah yang sedang dan tipe penutupan lahan hutan alam mempllllyai kualitas tanah yang reudah.
Collections
- UT - Forest Management [2836]