Perbandingan Efisiensi Metode Pohon Contoh (Tree Sampling) dan Metode Konvensional dalam Pendugaan Potensi Tegakan Jati (Tectona grandis L.F.) Di KPH Mantingan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah
Abstract
Kegiatan InYentarisasi hutan adalah salah satu aspek penting dalam perencanaan dan pengelolaan hutan. InYentarisasi hutan ditujukan untuk mendapatkan data yang akurat dan berkualitas. Tapi ada beberapa faklor pembatas yang dihadapi yaitu keterbatasan sumberdaya manusia, biaya dan waktu yang diperlukan. Untuk mengatasi hal itu digunakan metode sampling yang dipandang sebagai metode yang sesuai dan efektif. Selama ini dalam kegiatan pengumpulan data pada tegakan hutan jati metode sampling yang digunakan adalah metode konyensional yang diterapkan oleh Penun Perhutani sesuai SK Dirjen kehutanan No 143IKptsIDjlIII974 tentang tata cara inventarisasi hutan tanaman jati yang menggunakan plot lingkaran dengan luas dan intensitas sampling yang telah ditentukan tergantung pada KU jati. Selain metode konyensional ini ada metode lain yang dianggap mampu memberi hasil yang baik dengan ketelitian yang cukup akurat yaitu metode Iree sampling. Prinsip dasar metode ini adalah petak contoh yang tidak tetap luasnya. Dalam tulisan ini disajikan perbandingan antara metode konyensional dan metode Iree sampling. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan tingkat ketelitian dan efisiensi antara metode Iree sampling (5, 6, 7 dan 8 pohon) dengan metode konyensional sehingga akan diketahui sejauh mana ketelitian dan keefektifan dari metode Iree sampling tersebut. Penelitian dilakukan di BKPH Kalinanas KPH Mantingan Penun Perhutani Unit I Jawa Tengah dengan menggunakan tegakan Jati KU V dan VI. Pada tegakan Jati KU V dan VI diterapkan dua jenis metode inventarisasi yaitu metode konvensional dan metode tree sampling. Penempatan contoh metode konvensional disesuaikan dengan SK Dirjen Kehutanan No I 43IKptsIDjlIli 974. Untuk metode Iree sampling penempatan contoh dilakukan dengan tiga cara yaitu sesuai metode konyensional (Ts.a), Iree sampling dengan penempatan I plot contoh per ha (Ts.b) dan Iree sampling dengan pola clusler (Ts.c). Pada pengambilan data di lapangan, untuk metode konyensional dilakukan pengukuran diameter pohon yang masuk ke dalam luas plot 0,1 ha. Sedangkan untuk metode Iree sampling dilakukan pengukuran diameter hanya pada pohon terdekat saja (5, 6, 7 dan 8 pohon) dan pengukuran jarak pohon terjauh. Selain itu waktu pengerjaan untuk masing-masing metode juga dicatat. Dari hasil pengukuran di lapangan kemudian dilakukan pengolahan data untuk memperoleh jumlah pohon, luas bidang dasar dan yolume per ha untuk masing-masing metode. Kemudian dari hasil perhitungan tersebut akan dapat diketahui rata-rata populasi, ragam dugaan rata-rata populasi, kesalahan sampling dan efisiensi rela!if antara metode tree sampling dan metode konvensional. Berdasarkan pengukuran waktu di lapangan, metode tree sampling 5 pohon dengan penempatan I petak coba tiap ha (Ts.b 5 pohon) mempunyai rata-rata waktu pengerjaan untuk masingmasing plot paling kecil. Metode yang mempunyai rata-rata pengerjaan tiap plot paling lama adalah metode tree sampling dengan pola cluster (Ts.c) 5 pohon. Dari hasil uji keragaman, perbedaan perlakuan, dalam hal ini adalah metode inventarisasi tidak berpengaruh nyata terhadap ketelitian pendugaan pohon, luas bidang dasar dan volume kecuali pada pendugaan pohon pada KU V. Hal ini menunjukkan bahwa metode tree sampling cukup teliti dan cukup akura!. Dari hasil perhitungan sampling error diketahui bahwa baik untuk KU V maupun VI metode tree sampling 8 pohon dengan penempatan 1 petak ukur tiap ha mempunyai nilai sampling errol' yang paling kecil baik pada pendugaan jumlah pohon, luas bidang dasar dan volume. Untuk KU V nilai SE masing-masing adalah 10,50 %, 9,77 % dan 9,60 %. Pada KU VI nilai SE adalah 9,02 %, 8,24 % dan 8,27 %. Hal ini tidak terlepas dari jumlah unit contoh yang banyak dengan luas plot yang relatif besar sehingga sampling error akan menurun. Berdasarkan perhitungan efisiensi relatif diketahui pada KU V metode yang paling efisien adalah metode tree sampling 7 pohon dengan penempatan petak ukur sesuai metode konvensional (Ts.a 7 pohon) dengan nilai efisiensi relatifberturut-turut 148,37 %, 278,43 % dan 196,39 % untuk parameter pendugaan jumlah pohon, luas bidang dasar dan volume. Pada KU VI, untuk pendugaan jumlah pohon nilai efisiensi relatifterbesar dicapai oleh metode tree sampling 7 pohon dengan penempatan petak coba sesuai metode konvensional (Ts.a 7 pohon) sebesar 113,76 %. Untuk pendugaan luas bidang dasar dan volume efisiensi relatif terbesar dicapai metode tree sampling 6 pohon dengan penempatan petak coba sesuai dengan metode konvensioal (Ts.a 6 pohon) dengan nilai efisiensi relatif sebesar 137,61 % dan 142,33 %. Dari hasil perhitungan sampling error dan efisiensi relatif dapat disimpulkan bahwa untuk inventarisasi hutan Jati pada KU V dapat digunakan metode tree sampling 7 pohon dengan penempatan petak coba sesuai metode konvensional (Ts.a 7 pohon) apabila mendasarkan pada target efisiensi waktu dan biaya. Apabila mendasarkan pada target ketelitian hasil dapat digunakan metode tree sampling 8 pohon dengan penempatan 1 petak coba tiap ha. Pada inventarisasi tegakan Jati KU VI, untuk pendugaan jumlah pohon dapat digunakan metode tree sampling 7 pohon dengan penempatan petak coba sesuai metode konvensional (Ts.a 7 pohon), sedangkan pada pendugaan luas bidang dasar dan volume dapat digunakan metode tree sampling 6 pohon dengan penempatan petak coba sesuai metode konvensional (Ts.a 6 pohon) apabila mendasarkan pada target efisiensi waktu dan biaya. Apabila mendasarkan pada target ketelitian hasil dapat digunakan meta de tree sampling 8 pohon dengan penempatan I petak coba tiap ha (Ts.b 8 pohon).
Collections
- UT - Forest Management [2467]