Pola Usaha Tani di Sekitar Pertambangan Emas Desa Bantarkaret dan Cisarua, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor
Date
2024Author
Aziz, Nendah Istighfarini
Panuju, Dyah Retno
Yusuf, Sri Malahayati
Metadata
Show full item recordAbstract
Area pertambangan emas PT. Aneka Tambang di Kecamatan Nanggung berdekatan dengan area pertanian produktif. Kedekatan lokasi tersebut berimplikasi peluang adanya manfaat maupun resiko akibat aktivitas tambang. Manfaat yang diperoleh masyarakat antara lain berupa akses terhadap fasilitas pendukung di pusat penambangan, atau bantuan teknis yang diberikan oleh perusahaan bagi masyarakat di sekitar kawasan tambang. Kedekatan lokasi dengan area tambang menarik minat masyarakat untuk melakukan aktivitas tambang tanpa izin (PETI) disamping aktivitas pertanian. Namun, aktivitas PETI meningkatkan resiko pencemaran logam berat pada lahan pertanian. Distribusi area pertanian serta pola usaha tani masyarakat perlu dipetakan untuk memahami sebaran aktivitas pertanian di sekitar area tambang. Selain itu, rencana pemanfaatan ruang dan kondisi eksisting penggunaan lahan perlu dievaluasi keselarasannya untuk memahami rencana mitigasi yang diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui sebaran mata pencaharian masyarakat serta aktivitas pertanian di sekitar area tambang sebagai informasi dasar dalam upaya memitigasi resiko pencemaran di area pertanian; (2) mengevaluasi kemampuan lahan di sekitar area tambang; dan (3) mengevaluasi keselarasan pola ruang dan penggunaan lahan. Dua desa yaitu Bantarkaret dan Cisarua dipilih sebagai lokasi penelitian mengingat kedekatannya dengan area pertambangan. Penelitian dilakukan menggunakan metode klasifikasi kemampuan lahan, keselarasan pola ruang, dan analisis land rent. Perbandingan nilai land rent dilakukan pada beberapa jenis pola usaha tani. Mayoritas lahan di Desa Bantarkaret berada pada kemampuan lahan kelas V, sedangkan sebagian besar lahan di Desa Cisarua berada pada kelas III. Terdapat enam jenis penggunaan lahan, antara lain area tambang, kebun, sawah, tegalan, pemukiman, dan hutan. Beberapa penggunaan lahan tidak selaras dengan kemampuan lahan dan pola ruang. Ketidakselarasan ini berpengaruh pada produktivitas pertanian. The gold mining area of PT. Aneka Tambang in Nanggung District is adjacent to productive agricultural fields. The consequences of proximity include benefits and risks due to mining activities. The community can access supporting facilities at the mining center, or technical assistance provided by the company to the community of the surrounding mining area. Meanwhile, the proximity to the mining
area attracts inhabitants to mine illegally (PETI) in addition to agricultural activities. However, PETI activities increase the risk of heavy metal pollution on agricultural land. The distribution of agricultural areas and farming patterns around the mining area need to be mapped. Furthermore, the spatial conformity of plan and existing risk and land use need to be assessed to mitigate develop strategic plan. This study aims to (1) determine the distribution of people's livelihoods and agricultural activities at the surrounding mining area as basic information to mitigate the adverse effect of pollution in agricultural areas; (2) evaluate land capability of the surrounding mining area; and (3) evaluate the conformity of spatial patterns and existing land use. Two villages, namely Bantarkaret and Cisarua, were chosen considering their proximity to the mining concession. The research was conducted based on land capability assessment, spatial pattern alignment, and land rent analysis. Land rent amongst farming patterns are compared. Land capability in Bantarkaret Village is dominated by class V, while most of land capability in Cisarua Village is in class III. There are six types of land use, including mining areas, gardens, rice fields, uplands, settlements, and forests. Some land uses are unconformed with land capabilities and spatial plan. This lack of conformity affects agricultural productivity.