Penerapan Urban Growth Boundary Berbasis Ekologi dan Perkembangan Perkotaan (Studi Kasus: Kota Tegal dan Sekitarnya)
Date
2024Author
Imana, Rizal
Pravitasari, Andrea Emma
Pribadi, Didit Okta
Metadata
Show full item recordAbstract
Urbanisasi di berbagai negara telah menjadi salah satu perubahan demografi yang paling signifikan pada dekade ini. Diproyeksikan bahwa pada tahun 2050, jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan akan meningkat hingga sekitar 68,4%. Di Indonesia, pada tahun 2022, sekitar 56,4% penduduk tinggal di perkotaan, dan angka ini diproyeksikan meningkat menjadi sekitar 72,9% pada tahun 2045. Urbanisasi yang masif dapat memberikan dampak positif dengan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, urbanisasi juga dapat menimbulkan dampak negatif seperti deplesi sumber daya, degradasi lingkungan, dan kerusakan ekologi. Saat ini, tekanan terhadap lingkungan perkotaan semakin meningkat, ditandai dengan pertumbuhan perkotaan yang tidak terkendali, yang memicu terjadinya urban sprawl.
Masalah perkotaan, seperti fenomena urban sprawl, tidak hanya terjadi di kota besar atau metropolitan, tetapi juga di kota kecil dan menengah. Dari perspektif lingkungan, kota kecil dan menengah merupakan area sumber pendukung ekologi yang penting, sehingga perlu dilakukan konservasi dan restorasi. Di Pulau Jawa, pada masa mendatang, kota-kota kecil dan menengah seperti Cirebon dan Tegal diproyeksikan akan berkembang menjadi metropolitan. Di Kota Tegal dan Kabupaten Tegal, aglomerasi perkotaan telah meluas sekitar 60 km dari pusat kota.
Sekitar 60% jasa ekosistem telah menurun performanya selama periode 1988-2000 akibat urbanisasi yang pesat. Pengembangan kota yang berkelanjutan dapat mencegah permasalahan ini semakin parah di masa mendatang. Di kawasan perkotaan kecil dan menengah, perlu diterapkan konsep-konsep pengembangan kota yang berorientasi pada pengendalian urbanisasi dengan pendekatan ekologi, seperti konsep Urban Growth Boundary (UGB). UGB secara luas diakui sebagai cara efektif untuk menghambat urban sprawl dan mempromosikan pembentukan kota yang kompak, melalui identifikasi kawasan-kawasan dengan batasan ekologi (ecological constraint) dan skenario dinamis pengembangan perkotaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis batasan ekologi di Kota Tegal dan sekitarnya, menganalisis tren dan proyeksi perkembangan perkotaan di wilayah tersebut, serta menganalisis alternatif delineasi UGB dan implikasinya terhadap perencanaan kota. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Remote Sensing Ecological Index (RSEI), analisis sensitivitas ekologi, proyeksi penduduk menggunakan metode aritmatika, Land Change Modeler (LCM), dan derajat urbanisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) zona batasan ekologi (Prioritas-1) dapat digunakan sebagai dasar dalam delineasi UGB, zona pengembangan kota bersyarat (Prioritas-2) dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan ruang terbuka hijau (RTH), dan zona prioritas pengembangan kota (Prioritas-3) dapat digunakan sebagai dasar dalam penerapan konsep kota kompak; (2) tren perkembangan perkotaan menunjukkan area pusat kota terus mengalami perluasan akibat pengembangan jaringan jalan tol, pusat pertumbuhan baru, dan perkembangan industri. Proyeksi pada tahun 2030 menunjukkan bahwa Perkotaan Tegal dan sekitarnya akan masuk dalam kategori metropolitan; (3) hasil analisis derajat urbanisasi yang sudah dikombinasikan dengan batasan ekologi menemukan tujuh klaster perkotaan yang saling kontinum dan membentuk functional urban area. Batas perkotaan (urban centre) tersebut direkomendasikan menjadi batas UGB. Urbanization across countries is one of this decade's most significant demographic changes. By 2050, the global urban population is projected to increase to approximately 68.4%. In Indonesia, the urban population, which was around 56.4% in 2022, is projected to rise to about 72.9% by 2045. While the massive scale of urbanization can accelerate national economic growth, if not properly managed, it can also lead to negative consequences, including resource depletion, environmental degradation, and ecological damage. Currently, urban environments are under increasing stress due to uncontrolled urban growth, fostering urban sprawl.
Urban issues such as urban sprawl are not limited to large metropolitan areas but also occur in small and medium-sized cities. From an environmental perspective, small and medium-sized cities are crucial areas for ecological support and therefore require conservation and restoration efforts. On Java Island, cities like Cirebon and Tegal are expected to evolve into metropolitan areas in the future. Furthermore, in Tegal City and Tegal Regency, urban agglomerations have expanded approximately 60 km from the city center.
During the period from 1988 to 2000, about 60% of ecosystem services were degraded due to rapid urbanization. Exploring sustainable urban development strategies is essential to prevent this problem from worsening in the future. In small and medium-sized urban areas, it is necessary to apply urban development concepts focused on controlling urbanization through an ecological approach, such as the Urban Growth Boundary (UGB) concept. UGB is widely recognized as an effective method to inhibit urban sprawl and promote compact cities by identifying ecological constraint areas and developing dynamic scenarios for urban development.
The objectives of this research were to analyze ecological constraints in Tegal City and its surroundings, examine trends and projections of urban development in the region, and explore alternative delineations of the Urban Growth Boundary (UGB) and their implications for urban planning. The research methods included the Remote Sensing Ecological Index (RSEI), ecological sensitivity analysis, population projections using arithmetic methods, the Land Change Modeler (LCM), and the degree of urbanization.
The research findings indicate that: (1) the ecological constraints zone (Priority-1) can serve as a basis for delineating the Urban Growth Boundary (UGB); the conditional urban development zone (Priority-2) can be used as a basis for developing green open spaces; and the priority urban development zone (Priority-3) can be applied in implementing the compact city concept; (2) the trend of urban development shows that the urban center area continues to expand due to the development of toll road networks, new growth centers, and industrial development. Projections for 2030 indicate that Tegal and its surrounding areas will fall into the metropolitan category; (3) the analysis of the degree of urbanization, combined with ecological constraints, identified seven interconnected urban clusters that form a functional urban area. The urban center categories are recommended to be designated as UGB.