Emisi Gas Rumah Kaca (CO2,CH4,N2O) dan Serapan Karbon Vegetasi Mangrove di Teluk Benoa, Bali
Date
2024Author
Sugiana, I Putu
Prartono, Tri
Rastina
Koropitan, Alan Frendy
Metadata
Show full item recordAbstract
Ekosistem mangrove memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim melalui fungsi penyerap dan penyimpan karbon. Namun, sedimen mangrove juga melepaskan gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer melalui hasil metabolisme mikroba, yang membuktikan bahwa mangrove tidak hanya menyerap karbon tetapi juga melepaskannya. Pelepasan GRK ini bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan dan faktor iklim musiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur fluks GRK dari sedimen ke atmosfer dan serapan karbon pada vegetasi mangrove, serta menganalisis pengaruh zonasi jenis mangrove terhadap fluks GRK dan serapan karbon di Teluk Benoa, Bali. Penelitian dilakukan dengan metode chamber tertutup untuk mengukur fluks GRK dari sedimen ke atmosfer. Serapan karbon pada vegetasi diukur dengan pendekatan nilai serasah yang dihasilkan. Lokasi pengukuran ditentukan berdasarkan zonasi dari tiga genus mangrove dominan: Bruguiera, Rhizophora, dan Sonneratia. Fluks GRK yang diukur meliputi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O). Analisis faktor lingkungan meliputi kondisi sedimen berupa pH tanah, persentase kandungan air, bulk density, ukuran butir (kerikil, pasir, lanau, dan liat), serta total organic carbon (TOC), total nitrogen Kjeldahl (TKN), dan total fosfor (TP), serta air poros berupa suhu, pH, salinitas, potential redox (ORP), dan oksigen terlarut (DO). Hasil pengukuran menunjukkan fluks CO2 berkisar antara 322,5-3494,5 µmolm?²h?¹, fluks CH4 antara -24,7-60,9 µmolm?²h?¹, dan fluks N2O antara -1,2-2,3 µmolm?²h?¹. Fluks GRK tertinggi ditemukan di zona yang didominasi oleh Sonneratia, namun secara statistik tidak ada perbedaan signifikan antar zona jenis mangrove. Analisis menunjukkan bahwa fluks GRK berhubungan erat dengan struktur tegakan mangrove seperti kerapatan pancang dan kondisi sedimen (TOC, TKN, kadar air, bulk density, dan tipe sedimen), namun faktor zonasi jenis mangrove tidak signifikan dalam mempengaruhi fluks GRK. Serapan karbon pada vegetasi dihitung berdasarkan nilai serasah yang dihasilkan, dengan nilai serapan berkisar antara 26,08-32,65 MgCO2 ha?¹ yr?¹. Warming effect bernilai hanya 0,9-1,8 MgCO2 ha?¹ yr?¹, yang setara dengan 3-7% dari serapan karbon pada vegetasi. Ini menunjukkan bahwa meskipun ekosistem mangrove mengemisi GRK dari sedimen ke atmosfer, jumlah emisi ini sangat rendah dibandingkan dengan laju sekuestrasi karbon pada vegetasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di Teluk Benoa, Bali cenderung lebih berperan sebagai penyerap dan penyimpan karbon dibandingkan sebagai sumber emisi GRK. Kategori mangrove berdasarkan jenis dominan tidak menyebabkan variasi signifikan pada fluks GRK dari sedimen ke atmosfer, sehingga faktor zonasi jenis mangrove dapat diabaikan dalam perhitungan fluks GRK dan serapan karbon pada vegetasi.
Collections
- MT - Fisheries [3011]