Pembangunan dan Pemeliharaan Kebun Pangkas Untuk Produksi Bahan Stek Pucuk Jati (Tectona grandis Linn.f )
Abstract
Jati (Tectona grandis Linn.f ) merupakan salah satu spesies daun lebar famili Verbenaceae yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan sampai saat ini jati banyak digunakan dalam pembangunan hutan tanaman. Salah satu kesulitan dalam pembangunan hutan tanaman adalah masalah ketersediaan bibit yang relatif terbatas baik dari segi jumlah, kualitas maupun dari segi waktu ketersediaannya. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perbanyakan tanaman secara vegetatif menjadi salah satu alternatif utama. Salah satu cara pembiakan vegetatif yang relatif sederhana dan umum digunakan di bidang kehutanan adalah dengan stek, khususnya stek pucuk. Untuk menjamin pengadaan bibit dari stek pucuk bagi pembangunan hutan tanaman perlu dibangun suatu kebun pangkas. Untuk itu diperlukan penguasaan teknik pengelolaan kebun pangkas yang antara lain adalah teknik penanaman, pemupukan, pemangkasan, dan penaungan (Pramono et ul,, 2001). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah produksi tunas antara kebun pangkas yang menggunakan polybag'dengan kebun pangkas yang tidak menggunakan polybag (langsung ditanam di bedeng sapih) serta untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah tunas pada masing-masing unit tanaman. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dilakukan selama lima bulan, yakni mulai bulan . Juni 2003 - Oktober 2003. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag, cutter, cangkul, kalkulator, komputer, kalkulator, dan alat tulis, sedangkan bahan yang digunakan adalah bibit jati yang berumur 6 bulan, tanah latosol darrnaga, dan kompos. Metode penelitian terdiri dari 9 tahap, yaitu : inventarisasi potensi kebun pangkas, penyiapan bedeng kebun pangkas, penyiapan media, penseleksian bibit, penyapihan, pemangkasan, pemeliharaan (terdiri dari penyiraman dan penyiangan), pengamatan peubah (terdiri dari jumlah tunas, panjang tunas serta model pertumbuhan tunas), dan pengolahan data (Minitab dan Micosofr Excel). Dari hasil pengamatan, rata-rata jumlah tunas per minggu untuk tiap unit tanaman pada kebun pangkas yang menggunakan polybag adalah 2,60 (2 - 3 tunas), sedangkan yang tidak menggunakan polybag hanya 1,27 (1 - 2 tunas). Rata-rata jumlah tunas yang bisa dijadikan sebagai bahan stek pucuk per minggu untuk setiap unit tanaman pada kebun pangkas yang menggunakan polybag adalah 1,07 (1 - 2 tunas), sedangkan yang tidak menggunakan polybag hanya 0,634 (0 - 1 tunas), sehingga jumlah tunas yang bisa dijadikan sebagai bahan stek pucuk per bulan untuk masing-masing kebun pangkas adalah sekitar 4 - 5 dan 2 - 3 tunas. Pengamatan terhadap panjang tunas dengan kisaran panjang 1,l - 2 cm; 2,l - 3 cm; dan 3,l - 4 cm adalah panjang tunas yang dominan. Secara umum model pertumbuhan tunas yang timbul hampir sama, perbedaan hanya terdapat pada tempat munculnya tunas. Terjadinya pembentukan tunas hasil pemangkasan bila ditinjau dari segi fisiologis berkaitan erat dengan adanya pematahan dominansi apikal yang dilakukan pada saat pemangkasan. Terjadinya perubahan jumlah tunas setiap minggu diduga karena adanya perbedaan dalam efisiensi penyerapan unsur hara dan ketersediaan dari unsur hara itu sendiri. Adanya pola penurunan jumlah tunas yang bisa dijadikan sebagai bahan stek terjadi karena adanya mekanisme bertahan hidup dan keterbatasan hara. Perbedaan dalam hal panjang tunas ini diduga karena perbedaan kemampuan masing-masing tunas dalam melakukau pembelahan, disamping it11 juga disebabkan oleh ketersediaan unsur. Hara yalig dibutuhkan oleh bibit jati tersebut untuk pertumbuhan dan perkembangan tunasnya. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa perbedaan lokasi pembangunan kebun pangkas berpengaruh sangat nyata terhadap kemampuannya dalam memproduksi .bahan stek pucuk, di mana kebun pangkas yang menggunakanpolybag mampu menghasilkan tunas dengan jumlah yang lebih besar dan cepat dibandingkan dengan kebun pangkas yang tidak menggunakanpolybag, sedangkan sarannya adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui panjang tunas optimum yang bisa dijadikan sebagai bahan stek pucuk dan pemeliharaan kebun pangkas yang intensif dan optimal sangat diperlukan untuk mempertahankan kemampuannya dala~nm emproduksi tunas untuk bahan stek pucuk.
Collections
- UT - Forest Management [3068]