Analisis Biaya, Volume dan Laba Dalam Rangka Pencapaian Target Laba Pada Pt. Semen Padang
Abstract
Bagi PT. Semen Padang, tantangan yang dihadapi menjadi semakin berat dengan adanya rencana privatisasi oleh pemerintah terhadap perusahaan semen terbesar nomor dua di Indonesia yakni PT. Semen Gresik, Tbk di mana PT. Semen Padang adalah salah satu perusahaan yang berada dalam holding perusahaan ini. Oleh karena itu, PT. Semen Padang yang merasa optimis dapat memisahkan diri dari PT. Semen Gresik (spin off) agar terhindar dari rencana privatisasi, dituntut untuk dapat membuktikan diri sebagai perusahaan yang survive dalam kondisi ekonomi yang sulit sekaligus sebagai perusahaan yang dapat memberikan sumbangan pendapatan yang cukup besar bagi negara. PT. Semen Padang berupaya keras untuk meningkatkan produktifitasnya dengan cara meningkatkan efisiensi, meningkatkan keuntungan dan menciptakan cara efektif dalam memproduksi semen olahannya sehingga penggunaan bahan baku dan bahan penolong lebih efisien Namun dalam upaya pencapaian tujuannya, perusahaan ini mengalami kesulitan dalam pengelolaan produksi dan biaya yang harus dikeluarkan. Bahkan pada tahun 2001, perusahaan ini mengalami kerugian yang cukup besar akibat tingginya biaya bunga dan beban selisih kurs yang ditanggung perseroan (termasuk unrealized foreign exchane loss yang terkait dengan sisa pinjaman yang belum jatuh tempo). Untuk itu, perlu adanya pengkajian tentang bagaimana PT. Semen Padang mengelola biaya dan produksinya dalam upaya pencapaian tujuan tersebut. Hal ini terutama dilakukan pada saat perusahaan berupaya meningkatkan volume produksi dan penjualan, melakukan ekspansi pabrik dengan skala usaha yang lebih luas dan untuk perencanaan aktifitas produksi ke depan. Untuk itulah maka tesis ini bertujuan menganalisis biaya (Biaya Tetap, Biaya Variabel dan Biaya Semivariabel), volume dan laba perusahaan, selain itu juga analisis terhadap penjualan dan harga, analisis Titik Impas (Break Even Point) baik dilihat dari sisi unit maupun rupiah, menentukan nilai Contribution Margin (CMU dan CMR), menentukan batas aman penurunan penjualan (MoS) serta menentukan proporsi produk dan target laba perusahaan untuk tahun mendatang. Hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi biaya yang terbesar terletak pada Biaya Variabel. Hal ini disebabkan karena tingginya biaya yang dikeluarkan terutama untuk membiayai pembelian bahan baku dan penolong terutama bahan impor, ongkos transport, bahan bakar dan tarif listrik. Dengan komposisi Biaya Tetap yang dikeluarkan lebih rendah maka perusahaan tidak akan terlalu sulit untuk mencapai titik BEP dan akan lebih cepat dalam perolehan laba dibandingkan jika perusahaan memiliki komposisi Biaya Tetap yang lebih tinggi. Tingginya Biaya Tetap akan mengakibatkan nilai BEP yang dihasilkan juga menjadi lebih besar. Hal ini berarti perusahaan akan sulit untuk sampai pada tingkat BEP karena harus menjual produknya dalam jumlah yang sangat besar.
Collections
- MT - Business [2031]