Kearifan Tradisional dalam Penyiapan Ladang
Abstract
Kebakaran hutan merupakan salah satu peristiwa yang menyebabkan kerusakan dan musnahnya hutan alam maupun hutan tanaman dalam waktu cepat. Kebakaran hutitn mengakbathn kerugian yang sangat ksar sepert~h ilnngnya kcnnckeragaman flora f m serta musnahnya plasma nuifah. Kebakaran hutan yang n~engakibatkank msakan ekosistem dunia sampai saat ini k1um dapat ditanggulsngi secarit optinlal. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah masyarakat tradisioni~l Baduy Desrt Ranekes, Kecamaian Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Bantcn. I'melitian ini bert~~juaunn tuk : (1) Mempelajari teknik pernlx~karan yang digunakan dalarn penyiapan l a d q di desa seternpat (Kanekes), (2) Mempel,?jari tahapan - talulpan kegiatan dalm penyiapan ladang, ('3) Mempelajari kankteristik pelalndmg serta sistem per1adanga:i msynraht tmdisional Baduy di desa Kitnekes, (4) Memlxli!ii~ri nilainilai kearifan tradisional masyarakat Raduy &lam penyiapan ladang. Pengun~pulan data dildukan dengan cara studi literatur, observasi lapang, dan mnelnhuknn wawnncara yang dilakuknn terhadap 30 responden yang terbagi ke &lam 15 kelompok pelactlng yang terdiri dari peladang, kepila adat (Prrun), dan kepla desa (Jaro). . Data ymg dikurnpulkan melipufi karakteristik peladilng, sisten? ]?erladangan, tahnpnn pernbukaan ladang serta teknik pembakaran yang digunakatl &lam penyiopim lading. Berdasarkan studi menunjukan bahwa lokasi yang dijadikan calon ladong tercliri dnri dua jenis lohsi yaitu : (1) Hutan sekunder (66,6 %), &in (2) S e n d behkar (33,3 YO), adapun status lahn g,arapn terdiri dari : (1) Milik pribadi (40%), (2) Menggarap (26,7%), serta (3) Sewa (33,3%). Peladan& respo~~debnn unur antara 15-60 tal~tu~ . . . . .. , dan sebagian besar berumur antara 20-29 tahun (46,68%). Peladang kebanycikim mernbuk,~ lalmn untuk perlaclangan seluis 0,5 - 1 ha ( 86,8 %). .- . Tahapan kegiatan penlbukaan ladang meliputi (1) Pemilihan lokasi calon ladring, dalam pemiliin calon lading para peladring mempertimbangkan beberapa f'aktor antara lain kondisi tanah yang subur, dekat dengan sunher air dan areal yeng ciatar, (2) Penebasan, merupakan upiya yang dilakukan untuk me~nbersihkan tun~bu~lmbna wah dengan menggunakan golok, (3) Penebangan, d~lakuki11u1 nt~lk menhersihkan lahan dengan cara mematikan pollon dengan n~enggunakan golok, (4) Melencang, merupakan kegiatnn pemotongan ranting - ranting atau citbnng - ciibang yang terdapctt pada pohon yang telah ditehing lml ini dilakukan agar inc~nu~l~kan dalam proses pengeringan bahan bakar, (5) Pengeringan baha~b akar, bahan bakar hasil penebasan - penebangan dijemur di bawah simr mitahri selama 20-60 hari tergantung kepi& besar dan banyaknya bahn bitlcar serla cuaca, (6) Pembuiitan sckat bal<ar, suatu upaya yang dilakukan untuk mcncegah penjalaran api ke luar areal ladzing dengan cara tne:nbersil&an sisi - sisi ladnng dari semsah rnaupun sisa tumnbulmn bawah dengan lebar 1-2 meter, (7) Penu~npukan bnhan baki~r, t~<uan penu&pukan bahan bakar adalah agnr api cepat rnenghabiskilil bahan bakar, (8) ~embakckca lon ladang, (9) Peml,akamn ulang, dilnkukan terhiidap ballan bakar ynng tidak habis terhikar pada proses pembakaran pertam, (10) Penarui~nnnd cngan jellis (ananan diantaranya adalal~p adi, sinpjcong, pisang, kacang-kacanga~c, engkeh. Teknik pembakaran yang diterapkan oleh para peladang Baduy nieliputi tekuik pembkaran tmnpukan (Pile Burning) searah angin dan berlawanan arah angin. T e b k pembakaran tersebut dilakukan dengan c~wa menunlpuk bahan bakar hasil penebasan - penebangan yang telah dijemur ke &lam beberapa tu~npulran dengan ukurran diameter antara 1-2 meter dan tinggi huang lebih 1 meter, juunlah dnn jarak turnpukan yang berbeda - beda.Waktu melakukan pembakaran oleh peladang di desa Knnekes yaitu sekitar pdul 11.00 - 13.00 WIB ynitu pa& saat ~natahari bersinar terik dan angin rnulai agak kencang bertiup, sehingga diharapkan dripat menlperccpal proses pembakaran. Terdapat kbmp nilai kearikn tradisioml tmcsyarakc1t Baduy di dalanl perladnngan diantaranya adnlah (I) Sebelum rnembuk,~ lahan untuk dijadikan lachng para peladang Baduy mel&san&an ritual khusus yang htujukan kepada para lelul~ur xnereka dengan tuiWn memohon agar la&mg yang akan mereka tanam tidak mengalmi gaga1 panen, adapun ritual tersebut bempa pe~nanjatan doa-doa yang dilakukan secara individu peladang. (2) Di &lam p e ~ n b ~ alanha n untuk perlaclangan p7ra peladang h~nya menggunakiin peralatan tradisionril seperti golok dan parang sehingga kerusakan yang disebabkan ole11 pembukaan ladang dapat dihin&cri. (3) Peladang Baduy selalu bekeja secara gotong royong baik diiliim pelrlaclangrtn mnaupun hal-ha1 lainnya seperti cwml~uat ~xunah untuk calon keluarga baru. (4) Pada proses penanamn, peladmg Baduy melakukan 1:efjahn penananan di~nulai dnri arah selatan menuiu utara hnl itu disebabhln utara merupakan ciaera11 yang dianggap suci (kxblat) orang Daduy. (5) Pada saat pnncn pela&~ng Baduy ~nelakukan kenlbali ritual yang ditujtlkan kepada para leluhur nya dengan mdsud krterima kasildbersyukur bahwa panen mereka telah krhasil dan beberapa basil panen merekc7 disisihkan untuk diber;.kc~nk epada pemerintah herall tingkat I1 Lebak sebagai wujud terirna kasih abs dukungan perinhh didalan~ pelestarian budaya tradisioml Badly ynng diwjudkan di &lam upacarri sebn. (6) padi yrcng inel-t~paketl lmsil panen pokok para peladang Baduy dishpan didalam lumbung padi (Leuit) dinlama': setiap keluarga Wajib memilkinyo yang tcn~yata txrciasarkan hasil wawancara padi tersebut &?pat krtahan ratusan tahun larnanya tanpa ~nengalami pembusukan.
Collections
- UT - Forest Management [3059]