Analisis Tingkat Kesalahan Pengukuran Kayu Bundar Jenis Jati (Tectona Grandis) Akibat Kemelaran Phi Band Di TPK Cikaraha, KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat
Abstract
Hutan Jati merupakan salah satu dari sumber daya alam Indanesia yang sudah mendapat banyak perhatian sejak dahulu kala. Kayu jati mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah kualitas kayu yang baik dengan serat dan wama khas yang bemilai dekaratif tinggi dan hampir semua bagian kayu dapat dimanfaatkan. Selain itu kayu jati tergalang kayu dengan kelas kuat dengan kelas awet tinggi. Oleh karena itu kayu jati banyak digunakan sebagai bahan kanstruksi rumah danjilrnitllre, sehingga kayu jati dapat menunjukkan nilai sasial tersendiri bagi kansumen. Hal ini menyebabkan tingginya nilai jual jati di pasaran kayu Indanesia maupun di luar negeri. Mengingat tingginya nilai jati maka semua kegiatan mulai dari pemanenan sampai dengan pemasarannya harus dilakukan sebaik-baiknya. Pemanenan kayu jati merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mengubah pahan berdiri menjadi batang di dalam hutan dan memindahkan batang tersebut ke luar hutan untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Untuk menetapkan besaran nilai kayu dan dalam kegiatan pemanenan hasil hutan ada kegiatan pengukuran dan pengujian kayu (Scaling dan Grading). Pengukuran kayu jati dilakukan mulai dari pohon berdiri sampai dengan pengukuran kayu bundar di TPK sebelurn kayu dipasarkan. Pengukuran dilakukan dengan seksama, karena sedikit kesslahan pengukuran akan menyebabkan terjadinya perubahan harga jual kayu. Kesalahan pengukuran dapat disebabkan oleh bentuk kayu yang tidak beraturan, faktar pekerja yang melakukan pengukuran dan alat yang digunakan dalam pengukuran. Dalam penentuan volume kayu jati dibutuhkan data diameter dan pa.'1iang kayu. Pengukuran diameter dilakukan dengan menggunakan caliper, phi band atau meteran dan panjang kayu diukur dengan menggunakan meteran. Perhutani menggunakan phi band yang terbuat dari fiberlplastik sebagai alat pengukur diameter di lapangan karena mudah digunakan. Tetapi banyaknya penggunaan alat dalam pengukuran dapat menyebabkan terjadi kemelaran pada alat. Kemelaran pada alat juga dipengaruhi oleh material alat tersebut. Kernelaran alat ukur dapat menyebabkan kesalahan dalam penentuan volume. Hal ini akan berdampak pada penerimaan pendapatan Perhutani. Penelitian ini beltujuan untuk menganalisis tingkat kesalahan pengukuran diameter kayu bundar jenis jati (Tectono grandis) akibat kemelaran phi band, mengetahui kehilangan volume kayu dan nilai kerugian dan mengetahui masa pakai maksimal alat ukur diameter phi band. Hipotesis penelitian yaitu jumlah frekuensi pengukuran menyebabkan terjadinya kemelaran pada alat ukur dan pada jurnlah pengulangan pengllkllran yang sam a, kemelaran alat berbanding lurus dengan kelas sortimen kayujati, semakin tinggi kelas sortimen kayu jati semakin besar kernelaran alat. Penelitian dilakukan dengan asumsi teknik pengukuran standar dan dianggap sama, faktor lain (euaea, temperatur, kelembaban, dll) dianggap sama serta paJ~ang kayu bundar yang diukur dan mutu kayu dianggap sama. Pada jumlah frekuensi pengukw'an diameter kayu bundar jati 5000 kali sortimen AI meneapai tingkat kemelaran maksimtlm pada jumlah frekuensi pengukuran 3500 kali yaitu sebesar 0.771 em; sortimen All meneapai nilai maksimum pada jumlah frekuensi pengukuran 3300 kali yaitu sebesar 0.893 em; sortimen AIII meneapai nilai maksimum pada jumlah frekuensi pengukuran 5000 kali yaitu sebesar 1,490 em. Setelah dianalisis diperoleh model persamaan penduga tingkat kemelaran phi band yaitu, Y; = -0.123632719 + 0.000787932X; - 2,47168E-7X;' +2.36139E-IIX;' untuk kelas sortimen AI; Y; =- 0.176127 + 0.000902X; - 2.48226274X;' + 2.86822304E-llX;' untuk kelas sortimen All; Y; = 0.109219757 + 0.000683406X; - 2.06315E-7X;2 + 2.54497E-IIX;' untuk kelas sortimen AlII. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa peubah bebas (X) berpengaruh sangat nyata terhadap peubah tak bebasnya (Y) pada tarafnyata 0.05 dan 0.01. Volume kayu yang hilang akibat kesalahan pengukuran diameter karena kemelaran phi band pada jumlah frekuensi pengukuran 5000 kali adalah 0.209120 m' untuk tingkat kemelaran AI, 0.220027 m' untuk tingkat kemelaran All dan 0.324983 m'untuk tingkat kemelaran AlII. Penghitungan volume dilakukan dengan aStimsi panjang kayu 2 m dan kaytl berbentuk silinder. Kerugian minimum Perhutani akibat kemelaran phi band pada jumlah frekuensi pengukuran 5000 kali adalah Rp 36.386,87 untuk tingkat kemelaran AI, Rp.38.284,58 untuk tingkat kemelaran All dan Rp.56.547,95 untuk tingkat kemelaran AIII. Sedangkan kerugian maksimumnya adalah Rp. 621.504,50 untuk tingkat kemelaran AI, Rp. 653.918,30 untuk tingkat kemelaran All dan Rp. 965.848,00 untuk tingkat kemelaran AlII. Masa pakai Phi band optimal berbeda pada berbagai tingkat kemelaran. Masa pakai optimal terendah terjadi pada pengukuran 1082 kali yaitu pada tingkat kemelaran AIII dengan kerugian maksimum dan masa pakai optimal tertinggi terjadi pada pengukuran 14672 kali pada tingkat kemelaran AI dengan kerugian minimum.
Collections
- UT - Forestry Products [2391]