Pengaruh Kebijakan Pajak Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Minyak Sawit Indonesia dan Hilirisasi Sawit Nasional
Abstract
Minyak kelapa sawit saat ini menduduki posisi pertama sebagai minyak nabati yang paling banyak diperdagangkan dan dikonsumsi dunia. Sebagai produsen dan eksportir terbesar minyak sawit dunia, Indonesia memproduksi 59,3% total minyak sawit dunia. Indonesia sebagai produsen terbesar minyak sawit dunia berperan untuk menjaga rantai pasok minyak nabati di pasar internasional. Sebagian besar produksi minyak sawit Indonesia dalam bentuk Crude Palm Oil (CPO) masih dialokasikan untuk kebutuhan ekspor. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan kebijakan pajak eskpor yang bertujuan menekan laju volume ekspor CPO untuk menjaga ketersediaan CPO domestik dan mendorong pertumbuhan industri hilir.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan pajak ekspor terhadap kinerja ekspor minyak kelapa sawit di pasar internasional dan pengaruh penawaran ekspor CPO terhadap penawaran domestik CPO serta pengaruhnya terhadap harga CPO di pasar domestik. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis pengaruh kebijakan pajak ekspor minyak kelapa sawit terhadap industri hilir CPO dan hilirisasi sawit nasional. Metode analisis yang digunakan yaitu Two Stage Least Squares (2SLS) dengan menggunakan data deret waktu tahunan selama periode 1999-2022. Hasil estimasi menunjukkan bahwa penerapan kebijakan pajak ekspor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran ekspor CPO Indonesia. Penawaran eskpor CPO Indonesia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran domestik CPO Indonesia. Produksi CPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran domestik CPO. Sementara itu, penawaran domestik CPO Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap harga domestik CPO.
Kombinasi pajak eskpor berupa bea keluar dan pungutan ekspor yang diterapkan secara progresif merupakan bentuk instrumen kebijakan yang tepat untuk mendukung hilirisasi sawit nasional. Hal ini dapat dilihat perubahan struktur ekspor minyak sawit Indonesia dari didominasi barang mentah di tahun 2010 menjadi produk olahan di tahun 2022. Strategi hilirisasi sawit domestik dengan tiga jalur (oleofood complex, oleochemical complex dan biofuel complex) dan kebijakan mandatori biodiesel yang intensif juga berimplikasi pada peningkatan devisa ekspor produk sawit hingga mencapai 39,07 miliar US$ di tahun 2022 dan berhasil membawa Indonesia menjadi salah satu produsen biodiesel terbesar dunia. Palm oil is the world's most traded and consumed vegetable oil. As the world's largest palm oil producer and exporter, Indonesia produces 59,3% of the world's total palm oil. Indonesia has an important role in maintaining the vegetable oil supply chain in the international market. The majority of Indonesia's Crude Palm Oil (CPO) output is exported. Therefore, the Indonesian government implements an export tax policy to secure the availability of CPO in the domestic market and encourage the growth of the CPO downstream industry.
This research aims to analyze the impact of export tax policy on the performance of palm oil exports in the international market and the impact of CPO export supply on CPO domestic supply and their impact on CPO prices in the domestic market. This research also analyzes the impact of palm oil export tax policy on the CPO downstream industry and national palm oil downstream. The analytical method used in this research is Two Stage Least Squares (2SLS) using annual time series data 1999-2022. The estimation results show that the implementation of export tax policy has a significant negative effect on the volume of Indonesian CPO exports. Indonesian CPO export volume has a significant negative effect on Indonesian CPO domestic supply. Indonesian CPO production has a significant positive effect on Indonesian CPO domestic supply. Meanwhile, Indonesian CPO domestic supply has no significant effect on the CPO’s domestic price.
The combination of progressive export duty and progressive export levy has become an export tax policy instrument that has successfully supported national palm oil downstream. It can be seen from the change in the composition of exports of Indonesian oil palm products, which was dominated by exports of raw materials (CPO) in 2010 to processed product of palm oil in 2022. The domestic palm oil downstream strategy with three channels (oleofood complex, oleochemical complex, and biofuel complex) and the mandatory biodiesel policy also has implications for increasing the export foreign exchange of palm oil products to reach 39,07 billion US$ in 2022 and succeeded in bringing Indonesia to become one of the world’s largest producers of biodiesel.
Collections
- MT - Economic and Management [2975]