Risiko Produksi dan Preferensi Risiko Petani Kopi Arabika Sistem Agroforestri dan Non Agroforestri di Kabupaten Bandung Jawa Barat
Date
2024Author
Ratnawati, Melania Isti
Fariyanti, Anna
Utami, Anisa Dwi
Metadata
Show full item recordAbstract
Produktivitas kopi yang berfluktuasi mengindikasikan adanya risiko produksi yang
dihadapi petani. Budidaya kopi di Kabupaten Bandung dilakukan dengan dua sistem, yaitu
agroforestri dan non agroforestri. Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi produksi pada budidaya kopi arabika sistem agroforestri dan non
agroforestri 2) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi risiko produksi pada
budidaya kopi arabika sistem agroforestri dan non agroforestri 3) menganalisis preferensi
risiko petani kopi arabika dalam menghadapi risiko produksi pada budidaya kopi arabika
sistem agroforestri dan non agroforestri.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Project The Economics of Ecosystem
and Biodiversity for Agriculture and Food Initiative Indonesia (TEEBAgrifood).
Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode multistage sampling dengan jumlah
responden sebanyak 144 petani kopi sistem agroforestri dan 56 petani kopi sistem non
agroforestri. Analisis data menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas yang
ditransformasi dalam model regresi linear berganda dan menggunakan pendekatan model
Just and Pope. Pada fungsi produksi diestimasi dengan metode Ordinary Least Square
(OLS) sedangkan pada fungsi risiko produksi diestimasi dengan metode Maximum
Likelihood Estimation (MLE). Preferensi risiko dianalisis dengan menggunakan
pendekatan Arrow-Pratt Absolute Risk Aversion (ARA).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan faktor produksi dan faktor risiko
produksi pada kedua sistem. Namun preferensi risiko petani dalam menghadapi risiko tidak
ada perbedaan dari kedua sistem. Faktor yang memengaruhi produksi pada sistem
agroforestri adalah luas lahan, umur tanaman, tenaga kerja, dan jumlah pohon. Sedangkan
pada sistem non agroforestri adalah luas lahan, umur tanaman, pupuk anorganik, pestisida
anorganik, dan jumlah pohon. Adapun faktor produksi yang bersifat meningkatkan risiko
(risk inducing factor) pada sistem agroforestri adalah luas lahan, tenaga kerja, pupuk
organik, dan pestisida anorganik. Sedangkan pada sistem non agroforestri adalah luas lahan,
pupuk organik, dan pestisida anorganik. Faktor produksi yang bersifat menurunkan risiko
produksi (risk reducing faktor) pada sistem agroforestri adalah umur tanaman, pupuk
anorganik, dan jumlah pohon. Sedangkan pada sistem non agroforestri adalah umur
tanaman dan jumlah pohon. Preferensi petani kopi arabika pada kedua sistem budidaya
secara keseluruhan bersifat risk taker yang tetap menjalankan usaha budidaya kopi arabika.
Peningkatan produktivitas kopi dapat dilakukan oleh petani dengan meningkatkan
alokasi penggunaan input yang bersifat menurunkan risiko produksi. Budidaya kopi sistem
agroforestri dapat tetap dipertahankan dan mendorong petani lain untuk menerapkannya.
Dalam rangka mitigasi risiko produksi, peran pemerintah Kabupaten Bandung diperlukan
dalam meningkatkan penyuluhan atau pelatihan tentang praktik GAP budidaya kopi
arabika dan adopsi teknologi sambung pucuk dan kepada petani.
Collections
- MT - Economic and Management [2975]